Pontianak (Antara Kalbar) - Manager PLN Area Penyaluran dan Pengaturan Beban (AP2B) Wilayah Kalbar, Ricky Andrian mengatakan PLN belum memetik keuntungan di wilayah itu sebab masih tingginya biaya pokok produksi akibat penggunaan pembangkit listrik bermesin diesel.

"Kita sampai saat ini belum memetik keuntungan dari hasil penjualan listrik. Ini melihat dari biaya pokok produksi yang masih tinggi meskipun di sisi lain biaya untuk membeli listrik dari Malaysia lebih murah," ujarnya di Pontianak, Rabu.

Ia memaparkan bahwa saat ini biaya yang dikeluarkan PLN Kalbar yakni sebesar Rp1.550 per Kwh. Sementara tarif listrik per Kwh yang dijual ke pelanggan non subsidi sebesar Rp1.450.

"Jadi masih ada Rp100 yang ditutupi oleh pemerintah. Kira-kira seperti itu sehingga secara matematika tidak ada keuntungannya," jelasnya.

Pada sisi lain kata Ricky, listrik yang dibeli dari Malaysia (Sesco) yakni sebesar Rp1.000 atau setara dengan RM31 sen.

"Masyarakat jangan melihat biaya yang lebih murah untuk mendapatkan suplai listrik tersebut. Sebab meskipun murah penyaluran listrik dari Malaysia tetap digabung dengan mesin pembangkit yang ada di wilayah Kalbar," kata dia.

Ia menjelaskan saat ini di Sistem Khatulistiwa yang meliputi enam kabupaten, beban puncaknya sebesar 300 Mega Watt. Sementara daya yang disuplai dari Malaysia (Sesco) sebesar 100 Mega Watt dan daya yang tersedia dari mesin pembangkit di Kalbar sebesar 200 Mega Watt.

"Jadi jika ditanya listrik mana yang mengalir di rumah mu, apakah itu listrik Malaysia, belum tentu. Karena suplai listriknya sudah dimix-kan," jelasnya.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017