Pontanak (Antara Kalbar) - Kepala BPBD Kalimantan Barat TTA Nyarong menyatakan sudah mengajukan anggaran sebesar Rp17 miliar kepada Badan Penanggulangan Bencana Nasional untuk penanganan kabut asap di Kalbar.

"Dananya sudah kita ajukan Rp17 miliar untuk penanganan bencana kabut asap di provinsi ini. Kami masih menunggu dana itu cair," kata Nyarong di Pontianak, Senin.

Ia menuturkan, pengajuan itu baru bisa dicairkan, jika bencana kabut asap yang terjadi di Kalbar dalam status tanggap darurat. Namun, saat ini bencana asap di Kalbar masih dalam status siaga darurat, sehingga dana tersebut belum bisa dicairkan.

"Namun, kita ajukan dahulu, agar ketika statusnya sudah darurat, dana tersebut tinggal kita minta," tuturnya.

Untuk saat ini, lanjutnya, Pemprov Kalbar telah menganggarkan Rp5 miliar untuk penanggulangan bencana di provinsi itu. Pos dana tersebut juga masih berada di Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah.

"Untuk kategori tanggap darurat, ditetapkan saat ispu sudah mulai merah. Saat ini Kalbar masih kuning jadi dianggap tingkat bahayanya sedang," katanya.

Selain itu juga, lanjut dia, penggunaan anggaran itu tidak hanya untuk kabut asap saja, melainkan bencana lain yang terjadi di provinsi ini.

Kemudian dana yang diajukan itu di luar biasa operasional heli untuk water bombing. Sat ini, Kalbar mendapat bantuan empat heli untuk penanganan kabut asap.

Dia menjelaskan, helikopter tersebut sudah berada di beberapa bandara Kalbar seperti heli Kamov dan Bolkow di Bandara Supadio, heli MI8 di Sintang, dan heli BelL di Ketapang.

Helikopter ini tidak bisa menjangkau kawasan yang terbakar di Kapuas Hulu karena bahan bakarnya harus dikrim lewat jalan darat, dan hal itu sulit dilakukan.

"Untuk menerbangkan heli ke Kapuas Hulu, afvturnya tidak memungkinkan. Satu heli besar saja, bahan bakar sembilan drum setara 1.800 liter. Sembilan drum hanya bisa berangkat, tak bisa pulang," katanya.

Kemudian di antara helikopter itu, jenis Bell berkapasitas angkut sekitar empat ton air yang dicampur dengan bubuk kimia, sedangkan Kamov dan MI8 masing-masing berkapasitas lima ton air. Lalu bubuk kimia itu untuk membasahkan lahan gambut.

Kemudian, heli Bolkow, kata dia, karena kecil, maka difungsikan untuk patroli dan pemadaman di sekitar Supadio, Kubu Raya, Mempawah dan Landak.

"Biaya operasional untuk heli juga tak sedikit. Bolkow, misalnya, satu jam terbang menelan biaya Rp20 juta sampai Rp50 juta. Kamov, Bell dan MI8 biaya satu jam Rp150 juta. Jadi empat heli saja terbang satu jam sehari biayanya Rp600 juta," kata Nyarong.




(U.KR-RDO/A013)

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017