Pontianak  (Antara Kalbar) - Kantor Berita Antara Biro Kalbar dan Forum Jurnalis Ekonomi Khatulistiwa (Fojekha) akan menggelar diskusi singkat dengan tema, "Sharing Session : How to Develop (Industry) Jazz", di Aula Gedung Lama Kantor BI Perwakilan Kalbar, di Jalan Rahadi Oesman Pontianak pada Selasa (26/9). Menurut Kepala Kantor Berita Antara Biro Kalbar Teguh Imam Wibowo di Pontianak, Senin, musik menjadi salah satu perhatian penting di bidang ekonomi kreatif. Ia melanjutkan, ketika ekonomi kreatif Indonesia mengelompokkan subsektornya, musik menjadi salah satu subsektor yang teridentifikasi sebagai salah satu subsektor yang potensial meski tak sedikit yang merasa rancu dalam memahaminya. Dalam laman Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang menyebut subsektor musik, terlihat sepertinya subsektor ini berfokus pada dunia gemerlap showbiz dalam dunia hiburan. Namun sesungguhnya nomenklatur subsektor musik terbilang lengkap dan menyeluruh sembari juga melingkupi aktivitas musik yang mungkin sebelumnya dirasa sebagai kegiatan non-komersial. Dalam Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2015 yang disusun Badan Ekonomi Kreatif bersama Badan Pusat Statistik, Bekraf mendefinisikan musik sebagai "segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik". "Artinya, lingkup musik pun menjadi sangat besar dan tidak hanya berkisar kepada aktivitas industri rekaman saja yang sempat mendominasi subsektor ini," ujar dia di Pontianak, Senin. Ia menambahkan, jazz adalah salah satu jenis musik yang kini semakin ramai dihelat dalam skala luas dan tersebar di Indonesia. Diperkirakan ada puluhan festival jazz yang digelar di seluruh Tanah Air. Mulai dari yang skala kecil hingga mendunia seperti JakJazz. Di Pontianak, meski komunitas musik jazz ada dan tumbuh, namun masih belum terekspos dengan baik. Sementara jika dibandingkan dengan daerah lain atau jiran Indonesia di Malaysia, sudah menggelar festival jazz yang mendatangkan devisa. Contohnya di Borneo Jazz Festival yang rutin digelar setiap tahun. "Ribuan pengunjung hadir, tidak hanya dari dalam negeri Sarawak, melainkan juga dari Sabah, Brunei Darussalam, Semenanjung Malaysia, hingga negara lain,"ujar dia. Untuk itu, diharapkan kegiatan ini tidak hanya terhenti hingga diskusi belaka. "Tetapi ada target lain yang memberi dampak positif bagi daerah, bukan tidak mungkin mendatangkan turis dari luar yang ingin mendengarkan musik jazz sembari menikmati keindahan Sungai Kapuas," kata dia. Diskusi tersebut akan menghadirkan dua pembicara, yakni Aji Wartono, Co-Founder/Production Director WartaJazz, Board NgayogJazz, dan Agus Setiawan Basuni, Founder/Managing Director WartaJazz, German Jazz Expo Jury 2017.

Pewarta: Dedi

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017