Pontianak (Antara Kalbar) -Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, menggelar Festival Saprahan tingkat SMP/sederajat se-Kota Pontianak.
Pejabat Sekretaris Daerah Kota Pontianak, Zumiyati di Pontianak, Selasa, mengatakan Festival Saprahan bagian dari upaya Pemkot Pontianak,menggali budaya dan mengenalkan budaya Melayu Pontianak sebagai kearifan lokal yang harus dilestarikan.
"Kalau budaya Saprahan ini tidak kita kenalkan kepada generasi muda nantinya bisa hilang, sekarang ini hanya orang-orang tua saja yang tahu mengenai Saprahan ini," ungkapnya.
Festival Saprahan tersebut diikuti oleh 23 peserta yang berlangsung di Rumah Adat Melayu Jalan Sultan Syahril dengan mengangkat tema "Bikin Pontianak Bangge" dalam rangka menyambut Hari Jadi Kota Pontianak yang ke-246.
Zumiyati menambahkan, pihaknya menginginkan semua sekolah setingkat SLTP se-Kota Pontianak ke depannya mewajibkan mengikutinya, baik itu sekolah negeri maupun swasta.
"Kerena melalui pelajarlah warisan budaya Saparan inilah bisa terjaga. Sehingga lebih dari upaya pelestarian, budaya Saprahan memiliki makna besar dalam melestarikan sikap sosial masyarakat yakni nilai-nilai kebersamaannya," harapnya.
Festival Saprahan tingkat pelajar SMP se-Kota Pontianak yang diikuti 23 peserta dari SMP Negeri maupun swasta itu akhirnya dimenangkan peserta asal SMP Negeri 11 sebagai juara pertama, SMP Negeri 10 Sebagai juara ke dua, SMP Negeri 14 sebagai juara ke tiga, sedangkan SMP Negeri 4 sebagai juara harapan pertama, SMP Bawari juara harapan tiga, dan SMP Negeri 10 sebagai juara harapan tiga.
Saprahan dalam adat istiadat Melayu berasal dari kata "Saprah" yang artinya berhampar, yakni budaya makan bersama dengan cara duduk lesehan atau bersila di atas lantai secara berkelompok yang terdiri dari enam orang dalam satu kelompoknya.
Dalam Saprahan, semua hidangan makanan disusun secara teratur di atas kain saprah. Sedangkan peralatan dan perlengkapannya mencakup kain Saprahan, piring makan, kobokan beserta serbet, mangkok nasi, mangkok lauk pauk, sendok nasi dan lauk serta gelas minuman.
Untuk menu hidangan diantaranya, nasi putih atau nasi kebuli, semur daging, sayur dalca, sayur paceri nanas atau terong, selada, acar telur, sambal bawang dan sebagainya. Kemudian untuk minuman yang disajikan adalah air serbat berwarna merah.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
Pejabat Sekretaris Daerah Kota Pontianak, Zumiyati di Pontianak, Selasa, mengatakan Festival Saprahan bagian dari upaya Pemkot Pontianak,menggali budaya dan mengenalkan budaya Melayu Pontianak sebagai kearifan lokal yang harus dilestarikan.
"Kalau budaya Saprahan ini tidak kita kenalkan kepada generasi muda nantinya bisa hilang, sekarang ini hanya orang-orang tua saja yang tahu mengenai Saprahan ini," ungkapnya.
Festival Saprahan tersebut diikuti oleh 23 peserta yang berlangsung di Rumah Adat Melayu Jalan Sultan Syahril dengan mengangkat tema "Bikin Pontianak Bangge" dalam rangka menyambut Hari Jadi Kota Pontianak yang ke-246.
Zumiyati menambahkan, pihaknya menginginkan semua sekolah setingkat SLTP se-Kota Pontianak ke depannya mewajibkan mengikutinya, baik itu sekolah negeri maupun swasta.
"Kerena melalui pelajarlah warisan budaya Saparan inilah bisa terjaga. Sehingga lebih dari upaya pelestarian, budaya Saprahan memiliki makna besar dalam melestarikan sikap sosial masyarakat yakni nilai-nilai kebersamaannya," harapnya.
Festival Saprahan tingkat pelajar SMP se-Kota Pontianak yang diikuti 23 peserta dari SMP Negeri maupun swasta itu akhirnya dimenangkan peserta asal SMP Negeri 11 sebagai juara pertama, SMP Negeri 10 Sebagai juara ke dua, SMP Negeri 14 sebagai juara ke tiga, sedangkan SMP Negeri 4 sebagai juara harapan pertama, SMP Bawari juara harapan tiga, dan SMP Negeri 10 sebagai juara harapan tiga.
Saprahan dalam adat istiadat Melayu berasal dari kata "Saprah" yang artinya berhampar, yakni budaya makan bersama dengan cara duduk lesehan atau bersila di atas lantai secara berkelompok yang terdiri dari enam orang dalam satu kelompoknya.
Dalam Saprahan, semua hidangan makanan disusun secara teratur di atas kain saprah. Sedangkan peralatan dan perlengkapannya mencakup kain Saprahan, piring makan, kobokan beserta serbet, mangkok nasi, mangkok lauk pauk, sendok nasi dan lauk serta gelas minuman.
Untuk menu hidangan diantaranya, nasi putih atau nasi kebuli, semur daging, sayur dalca, sayur paceri nanas atau terong, selada, acar telur, sambal bawang dan sebagainya. Kemudian untuk minuman yang disajikan adalah air serbat berwarna merah.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017