Jakarta (Antara Kalbar) - Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menyebutkan Indonesia membutuhkan setidaknya 126 pemantau radiasi nuklir atau "Radiation Data Monitoring System" (RDMS) di Indonesia.

"Setidaknya dibutuhkan 126 pemantau radiasi nuklir yang dipasang di seluruh Indonesia," ujar Kepala Bapeten Jazi Eko Istyanto di Jakarta, Kamis.

Pemasangan alat pemantau nuklir tersebut sangat penting untuk mengantisipasi penyalahgunaan teknologi nuklir yang membahayakan manusia.

Pihaknya akan bekerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk pemasangan alat tersebut.

"Kami akan bekerja sama dengan BMKG karena sistem BMKG dalam mendeteksi gempa atas percobaan nuklir sudah cukup mumpuni. Makanya lebih baik mengoptimalkannya," jelas Jazi.

Jazi menjelaskan saat ini baru enam alat pemantau nuklir yang terpasang di Pulau Jawa. Salah satunya ada di Istana Negara. Pihaknya menargetkan akan menambah enam RDMS lagi pada 2018.

"Kami akan menaruhnya di daerah-daerah perbatasan. Tentu saja kami ingin alat ini dipasang di banyak tempat, tapi masalahnya terkendala anggaran," katanya.

Ia mengatakan melalui pemasangan alat pemantau tersebut dampak negatif radiasi nuklir biasa dikurangi.

"Alat itu akan memberikan peringatan apabila terjadi bahaya penyalahgunaan nuklir," katanya.

Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017