Sukadana (Antara Kalbar) - Masyarakat Singapura dan wisatawan asing yang memadati arena Festival Muara 2017 di negeri Singa tersebut, terpukau oleh penampilan para penari asal Kabupaten Kayong Utara.
    Ribuan penonton pun memberi aplaus kepada penari Kabupaten Kayong Utara di festival yang digelar pada 3 - 5 November Outdoor Teater Esplanade, Singapura.
   Acara yang dibuka Menteri Negara Untuk Luar Negeri Singapura, Mr. DR. Muhamad Maliki Osman, ditandai dengan pemukulan gong. Tidak ada sambutan, dalam kegiatan tersebut. Usai dibuka, acara langsung pada penampilan tari pembuka festival muara yang dipersembahkan gabungan penari asal Singapura, Malaysia dan Indonesia.
    Bupati Kayong Utara, H Hildi Hamid didampingi Ketua Tim Penggerak PKK, Hj Diah Permata Hildi ikut menyaksikan langsung penampilan para penari asal Kayong Utara. Dalam kesempatan itu, Hildi juga duduk bersebelah dengan dengan Mr. DR. Muhamad Maliki Osman.
    "Saya bangga, kepada para penari asal Kayong Utara yang mampu mempersembahkan karya terbaik mereka di Singapura," kata  Bupati yang berkomitmen akan melestraikan seni dan budaya Kalimantan Barat itu.
    Para penari yang mengikuti kegiatan ini diakui Hildi adalah para pelajar asal Kayong Utara, yang pernah menari pada Pembukaan Sail Selat Karimata 2016 yang lalu.
    Osman Abdul Hamid selaku penyelanggara Festival Muara 2017, memuji penampilan Tim Kayong Utara. Menurutnya, Festival Muara diambil dari nama MUARA mewujudkan konvergensi gagasan dan praktik, titik temu, dari seluruh dunia di muara. Secara simbolis, MUARA merupakan kelompok pelestari budaya dan tradisi.  
   "Kegiatan ini kita buat di panggung terbuka Teater Esplanade, yang terletak di dekat bibir sungai Singapura.  Sebagai  panggung internasional, memberikan lokasi yang sesuai dengan apa yang dinamakan Muara. Pertunjukan mewah dan bangga karya budaya Melayu kepada khalayak universal. Menyuntikkan rasa baru pada seni tradisional Melayu dengan dinamika kontemporer yang menyegarkan," jelasnya dengan logat melayu Singapura.
    Festival ini juga menjadi evolusi dan fleksibilitas kesenian Melayu. Dimana seni Melayu tidak pernah statis namun tetap kreatif digunakan untuk mencerminkan dan mewujudkan konteks saat ini sambil tetap mempertahankan unsur khasnya.
    "Tampilan gerakan dinamis yang mempesona, iringan nada halus dan halus serta lampu yang berkilauan membuat tontonan yang membangkitkan indera. Dengan latar belakang pencakar langit Singapura yang megah, suasana perayaan dan rasa komunitas yang kuat di Muara, mewujudkan harapan dan antisipasi masa depan - bahwa budaya dan seni kita tetap menjadi inti dari identitas kita saat kita maju," kata dia.
    Peserta dari Kayong Utara, telah berada di Singapura sejak tanggal 27 Oktober yang lalu. Mereka di sana melakukan latihan bersama. Baik latihan menari maupun latihan bermain musik. "Kita banyak mendapatkan ilmu dari negara lain, selama di sini kita latihan dari pukul sepuluh pagi hingga pukul sepuluh malam," ujar Raden Jamhari yang menjadi ketua Tim Musik Sanggar Simpang Bertuah yang hadir ke Singapura.
    Peserta dari Kayong Utara, dalam kegiatan ini menampilkan tari Zapin Senggayong, Joget Berkaseh, Tari Tanggok dan Tari Kontemporer dengan nama Jala Sampah. Penampilan yang memukau juga tidak kalah ditampilkan, Hikmatul Munawaroh penyanyi lagu Melayu asal Kecamatan Simpang Hilir. Hikmah sapaan karibnya, menyanyikan lagu Lempok Durian. Selain itu, dia juga dipercaya oleh panitia menyanyikan lagu Adai-adai asal Negara Brunei Darussalam.

Pewarta: Doel/Humas KKU

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017