Sanggau (Antara Kalbar) - Bupati Sanggau Paolus Hadi mengungkapkan rata-rata lama sekolah masyarakat masih rendah yakni pada tahun 2016 sebesar 6,92 tahun.
    Menurut Paolus saat menyampaikan materi kuliah umum di STKIP Entikong, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) RI masih rendahnya pula harapan lama sekolah masyarakat di Kabupaten Sanggau yaitu 11,05 tahun (2016). Kemudian IPM Kabupaten Sanggau yaitu 63,90 (tahun 2016), jumlah masyarakat yang mengenyam pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi yaitu 3,20 persen atau sama dengan 16.835 orang.
    Ia melanjutkan, menyikapi hal itu, perlu ada kebijakan serta upaya yang terencana dan serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Sanggau dari hilir sampai ke hulu. Yaitu dengan cara menggalakkan program pendidikan anak usia dini sampai merealisasikan pendirian perguruan tinggi kondisi sumber daya manusia Kabupaten Sanggau.
   "Kebijakan  untuk Sanggau Pintarmendorong pertumbuhan pendapatan asli daerah (PAD) untuk menunjang dana pendidikan, penetapan jam belajar pukul 18.30-19.30 setiap hari, program satu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk satu desa (163 desa 6 kelurahan) juga mengangkat guru tenaga kontrak daerah," ungkapnya.
    Selain itu, upaya pendirian perguruan tinggi, kerja sama pengembangan SDM dengan berbagai berbagai perguruan tinggi diantaranya dengan Unitri, Untan, Unnes, Unesa, Poltekkes, SPP/SPMA, UGM dan Universitas Brawijaya, STKIP Melawi Entikong.
    Kemudian, pelibatan tanggung jawab sosial perusahaan dalam pendidikan pembangunan fasilitas pendidikan seperti gedung sekolah baru, ruang kelas baru, rehab gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium.
    Pendirian dan pengembangan perguruan tinggi, kemudian peraturan daerah tentang dukungan pendirian dan pengembangan PSDKU Politeknik Negeri Pontianak di Sanggau sudah disetujui oleh DPRD Kabupaten Sanggau.
    Program studi di luar kampus utama (PSDKU) Politeknik Negeri Pontianak di Sanggau akan mulai beroperasi pada tahun 2018.
    Kuliah umum STKIP wilayah perbatasan Entikong mengusung tema pengembangan sumber daya manusia Kabupaten Sanggau melalui pendidikan tinggi.
    Ketua Yayasan Kelungkung Clarry Sada  mengatakan status STKIP masih Kampus STKIP Melawi wilayah perbatasan Entikong dan tahun 2018 akan dilakukan pemisahan sehingga STKIP wilayah perbatasan berdiri dan punya nama sendiri.
    Disamping itu, mahasiswa yang kuliah di Kampus STKIP ini adalah masyarakat yang tersebar di wilayah perbatasan, baik itu masyarakat dari wilayah Kecamatan Kembayan, Beduai, Sekayam, Noyan dan Entikong.
    Selanjutnya, pihak yayasan merasa terbantu atas dukungan pemerintah provinsi Kalimantan Barat maupun pemerintah daerah Kabupaten Sanggau, harapan dengan adanya kampus ini masyarakat khususnya mahasiswa agar memperoleh pengetahuan yang mempuni sehingga berdaya saing terhadap daerah lainnya.
    Gubernur Kalbar diwakili oleh Sekda Provinsi Kalbar Dr M.Zeet Hamdy Assovie MTM saat membuka kegiatan mengatakan mengenai hal ini, Pemprov Kalbar menyambut baik terhadap kuliah umum ini.
    "Dengan demikian tentu agar masyarakat perbatasan khususnya mahasiswa dapat menambah pengetahuan, kemudian pemprov juga menyambut baik terhadap pengubahan nama kampus kedepan, karena kampus ini sebagai beranda depan guna mewakili indonesia di wilayah perbatasan," ujar dia.
    Selanjutnya Pemprov Kalbar juga berkeinginan agar kampus ini setara dengan kampus-kampus lainnya, mahasiswa diharapkan jangan minder dan merasa kecil hati. "Namun harus percaya diri bisa bersaing dengan yang lainnya, jangan mudah menyerah, jangan banyak mengeluh, teruslah mengasah otak dengan banyak belajar sehingga ilmu pengetahuan dapat dimiliki dan berdaya saing tinggi," kata dia.


Pewarta: M Khusyairi/Sukardi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017