Pontianak (Antaranews Kalbar) - Tercatat satu kasus difteri dari empat kasus terduga difteri terjadi di Kota Pontianak kata Kadis Kesehatan Kota setempat, Sidiq Handanu.
"Kami sudah melakukan langkah cepat, dengan mendatangi empat tempat tinggal tiap pasien terduga difteri tersebut dan melakukan imunisasi massal, termasuk di sekolahnya pasien tersebut," kata Sidiq Handanu di Pontianak, Minggu.
Ia menjelaskan, pihaknya sudah mendapatkan surat dari Kemenkes bahwa Kota Pontianak merupakan salah satu kabupaten/kota di Indonesia yang harus melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) atau ORI sebagai salah satu upaya penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) suatu penyakit dengan pemberian imunisasi.
"Tindakan itu sebagai strategi untuk mencapai kekebalan individu dan komunitas hingga sekitar 90 - 95 persen, sehingga KLB difteri bisa diatasi, yang dilakukan di bulan Juli hingga Agustus 2018, dan Februari 2019," ungkapnya.
Ia menambahkan, karena masih ada beberapa bulan lagi, sejak awal tahun dirinya telah memerintahkan masing-masing Puskesmas melakukan imunisasi kepada anak-anak yang tidak, atau belum mendapatkan imunisasi secara lengkap, malah sudah ada posko pelayanan imunisasi di tiap Puskesmas.
"Kota Pontianak akan mendapatkan jatah vaksin sekitar 90 ribu sasaran dan ini gratis," katanya.
Ia menambahkan, berkaitan dengan difteri, anak di bawah satu tahun harus tiga kali imunisasi. Imunisasi kembali diberikan saat umur 18 bulan, dan ketika di Sekolah Dasar.
Difteri disebabkan oleh bakteri, menurut dia, penyakit itu sangat mudah menular, bahkan air ludah, bisa jadi media penularan. Penyakit ini tergolong berbahaya dengan angka kematian sekitar 10 persen.
(A057/T011)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Kami sudah melakukan langkah cepat, dengan mendatangi empat tempat tinggal tiap pasien terduga difteri tersebut dan melakukan imunisasi massal, termasuk di sekolahnya pasien tersebut," kata Sidiq Handanu di Pontianak, Minggu.
Ia menjelaskan, pihaknya sudah mendapatkan surat dari Kemenkes bahwa Kota Pontianak merupakan salah satu kabupaten/kota di Indonesia yang harus melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) atau ORI sebagai salah satu upaya penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) suatu penyakit dengan pemberian imunisasi.
"Tindakan itu sebagai strategi untuk mencapai kekebalan individu dan komunitas hingga sekitar 90 - 95 persen, sehingga KLB difteri bisa diatasi, yang dilakukan di bulan Juli hingga Agustus 2018, dan Februari 2019," ungkapnya.
Ia menambahkan, karena masih ada beberapa bulan lagi, sejak awal tahun dirinya telah memerintahkan masing-masing Puskesmas melakukan imunisasi kepada anak-anak yang tidak, atau belum mendapatkan imunisasi secara lengkap, malah sudah ada posko pelayanan imunisasi di tiap Puskesmas.
"Kota Pontianak akan mendapatkan jatah vaksin sekitar 90 ribu sasaran dan ini gratis," katanya.
Ia menambahkan, berkaitan dengan difteri, anak di bawah satu tahun harus tiga kali imunisasi. Imunisasi kembali diberikan saat umur 18 bulan, dan ketika di Sekolah Dasar.
Difteri disebabkan oleh bakteri, menurut dia, penyakit itu sangat mudah menular, bahkan air ludah, bisa jadi media penularan. Penyakit ini tergolong berbahaya dengan angka kematian sekitar 10 persen.
(A057/T011)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018