Teheran (Antaranews Kalbar) - Duta besar Iran untuk badan pengawas nuklir PBB pada Kamis (7/6) mengatakan program nuklir Israel menimbulkan ancaman bagi keamanan dan perdamaian dunia.
Reza Najafi mengatakan kemampuan nuklir Israel mesti dimasukan ke dalam pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) sebagai ancaman nyata bagi keamanan dan perdamaian regional serta internasional, demikian laporan Press TV.
Pengawasan mesti dilanjutkan sampai Tel Aviv bergabung dengan Kesepakatan Anti-Penyebaran Nuklir (NPT) tanpa syarat dan semua instalasi nuklir gelap rejim Israel ditempatkan di bawah Pengamanan badan PBB, kata Najafi dalam pertemuan Dewan Gubernur IAEA di Wina, Austria, pada Kamis, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi.
Ia menyerukan pelangaran penuh atas setiap kerja sama nuklir dengan Israel dan penyerahan perlengkapan serta barang nuklir ke negeri Yahudi tersebut.
Israel telah melanjutkan dimensi militer program nuklirnya dengan mengabaikan tuntutan sah masyarakat global, dan mengandalkan dukungan negara tertentu serta pelanggaran nyata hukum internasional, ia menambahkan.
Tel Aviv telah menolak seruan global untuk bergabung NPT, dan menolak untuk mengizinkan pemeriksa internasional untuk mengawasi program nuklinya, yang kontroversial.
Sementara itu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus mendesak Perdana Menteri Inggris Theresa May agar mengakui bahwa kesepakatan nuklir Iran 2015 "berada di ambang keambrukan" dan rencana baru diperlukan untuk menghentikan Iran memulai kembali program pengayaan uraniumnya.
Netanyahu bertemu dengan May pada Rabu (6/6), setelah pembicaraannya pekan ini dengan pendukung lain kesepakatan bersejarah 2015 tersebut di Eropa --Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Netanyahu telah melobi para pemimpin Eropa agar mengikuti contoh Presiden AS Donald Trump dan keluar dari Rencana Aksi Menyeluruh Gabungan (JCPOA) mengenai Iran.
"Bersama dengan Prancis dan Jerman, Inggris terus percaya (JCPOA) adalah jalur terbaik untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir," kata May. "Kami akan tetap berkomitmen padanya selama Iran memenuhi kewajibannya. Tapi kami memang mengakui bahwa ada masalah lain yang perlu ditangani sehubungan dengan Iran --kemampuan merusaknya pada negara regional seperti Suriah dan Yaman dan juga penyebaran rudal balistik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
Reza Najafi mengatakan kemampuan nuklir Israel mesti dimasukan ke dalam pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) sebagai ancaman nyata bagi keamanan dan perdamaian regional serta internasional, demikian laporan Press TV.
Pengawasan mesti dilanjutkan sampai Tel Aviv bergabung dengan Kesepakatan Anti-Penyebaran Nuklir (NPT) tanpa syarat dan semua instalasi nuklir gelap rejim Israel ditempatkan di bawah Pengamanan badan PBB, kata Najafi dalam pertemuan Dewan Gubernur IAEA di Wina, Austria, pada Kamis, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi.
Ia menyerukan pelangaran penuh atas setiap kerja sama nuklir dengan Israel dan penyerahan perlengkapan serta barang nuklir ke negeri Yahudi tersebut.
Israel telah melanjutkan dimensi militer program nuklirnya dengan mengabaikan tuntutan sah masyarakat global, dan mengandalkan dukungan negara tertentu serta pelanggaran nyata hukum internasional, ia menambahkan.
Tel Aviv telah menolak seruan global untuk bergabung NPT, dan menolak untuk mengizinkan pemeriksa internasional untuk mengawasi program nuklinya, yang kontroversial.
Sementara itu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus mendesak Perdana Menteri Inggris Theresa May agar mengakui bahwa kesepakatan nuklir Iran 2015 "berada di ambang keambrukan" dan rencana baru diperlukan untuk menghentikan Iran memulai kembali program pengayaan uraniumnya.
Netanyahu bertemu dengan May pada Rabu (6/6), setelah pembicaraannya pekan ini dengan pendukung lain kesepakatan bersejarah 2015 tersebut di Eropa --Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Netanyahu telah melobi para pemimpin Eropa agar mengikuti contoh Presiden AS Donald Trump dan keluar dari Rencana Aksi Menyeluruh Gabungan (JCPOA) mengenai Iran.
"Bersama dengan Prancis dan Jerman, Inggris terus percaya (JCPOA) adalah jalur terbaik untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir," kata May. "Kami akan tetap berkomitmen padanya selama Iran memenuhi kewajibannya. Tapi kami memang mengakui bahwa ada masalah lain yang perlu ditangani sehubungan dengan Iran --kemampuan merusaknya pada negara regional seperti Suriah dan Yaman dan juga penyebaran rudal balistik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018