Moskow (Antaranews Kalbar) - Dengan tim tuan rumah memastikan melaju ke babak sistem gugur untuk pertama kalinya sejak keruntuhan Uni Soviet, Piala Dunia Rusia akan lebih baik daripada yang diperkirakan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Semakin terisolasi di panggung global, Piala Dunia sejauh ini telah membantu Putin mengirim pesan menantang kepada lawan-lawannya bahwa Rusia berhasil meski ada upaya Barat untuk menahannya.

Seruan untuk boikot oleh beberapa politisi Barat dianggap gagal, semua komitmen organisasi dan infrastruktur Moskow telah dipenuhi, dan 11 kota tuan rumah Rusia telah dibanjiri fans internasional dengan minum, bernyanyi dan menari di jalanan.

Bagi Putin, keberhasilan Rusia di atas lapangan ibarat lapisan gula pada kue.

Setelah menghancurkan Arab Saudi 5-0 dalam pertandingan pembukaan mereka dan mengamankan kemenangan mengejutkan 3-1 atas Mesir di St Petersburg pada Selasa, Rusia dijamin mendapat tiket melaju ke tahap akhir turnamen.

"Saya pikir keberhasilan ini sangat penting, dan terlebih lagi karena tidak ada yang benar-benar mengharapkannya," kata Maxim Trudolyubov, mitra senior di Kennan Institute dan editor dari harian terbesar Rusia Vedomosti.

"Putin adalah tipe politisi yang menginginkan kemenangan," katanya. "Bagi Putin, (politik) adalah pertarungan, permainan, pertaruhan, kemenangan ... dan tentang menunjukkan kepada semua orang bahwa Rusia berarti sesuatu di dunia." Rusia memasuki Piala Dunia dengan peringkat FIFA sebagai tim terlemah turnamen dan tanpa kemenangan di lapangan dalam lebih dari tujuh bulan.

Begitu rendahnya harapan, maka ada banyak suara mengejek tim nasional dan mempertanyakan keuntungan finansial menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 yang viral secara online, mengumpulkan lebih dari 9 juta tampilan di YouTube. "Tim kami, mari kita jujur, sial," kata komika Rusia Semyon Slepakov dalam syair lagunya.

Bahkan Putin tampaknya tidak akan memfokuskan perhatiannya pada kemenangan lebih jauh di lapangan, dan mengomel bahwa "para pemenang akan menjadi penyelenggara" ketika ditanya di sebuah forum ekonomi bulan lalu tentang siapa yang akan memenangkan Piala Dunia.

"Kemenangan Manis" Sejak itu, pemimpin Rusia, yang merupakan olahragawan meskipun bukan seorang pemain sepak bola, terlihat tertawa dan bercanda dengan ketua FIFA Gianni Infantino dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman saat Rusia meraih kemenangan besar dalam pertandingan pembukaan turnamen.

Jurubicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Putin tidak bisa menyaksikan pertandingan Rusia menghadapi Mesir ketika ia masih berada di pesawat sepulang dari perjalanan ke Belarus, tetapi ia diberitahu tentang hasilnya oleh stafnya segera setelah ia mendarat.

"Dia bereaksi sama seperti seluruh rakyat negara kami, sangat positif," kata Peskov dalam konferensi dengan para wartawan. "Ini adalah kemenangan yang sangat manis untuk semua orang, sangat membahagiakan, dan jadi presiden juga merasa senang." Beberapa pengamat Kremlin, bagaimanapun, percaya setiap dividen politik yang diterima Putin dari keberhasilan Rusia di turnamen akan terbatas.

Andrei Kolesnikov, seorang rekan senior di lembaga kajian Carnegie Moscow Center, mengatakan Piala Dunia tidak mungkin untuk menghasilkan sejenis demam nasionalis Putin yang sebelumnya dia gunakan untuk meningkatkan popularitasnya, seperti setelah aneksasi Rusia atas Crimea dari Ukraina pada 2014.

"Tidak ada yang mengharapkan sesuatu dari tim sepak bola nasional kami," katanya. "Jadi tidak ada alasan untuk histeria patriotik." "Yang terbaik (Putin) dapat lakukan dalam hal soft power adalah membuat kejuaraan berlangsung baik tanpa episode yang tidak menyenangkan, terutama dalam hal keamanan, dan hanya menikmati olahraga. Saya tidak berpikir bahwa semua hal ini berarti apa pun di dalam negeri." Sementara turnamen Piala Dunia telah membantu Kremlin mengalihkan perhatian dari beberapa hal luput dari perhatian -- seperti keputusan tidak populer untuk menaikkan pajak dan meningkatkan usia pensiun di dalam negeri, atau peran Moskow yang tampaknya berkurang dalam krisis Korea Utara -- pada akhirnya tidak mungkin cukup.

Ned Pendleton, seorang fans Inggris berusia 32 tahun dari London, mengatakan bahwa turnamen yang diselenggarakan dengan baik dan ramah tidak akan membantu merehabilitasi bayangan Moskow di Inggris, di mana Kremlin dituduh meracuni mantan mata-mata Rusia dalam serangan gas saraf sebelumnya pada tahun ini. Moskow menyangkal terlibat.

"Mereka ingin mencoba meningkatkan citra dengan menjadi tuan rumah turnamen ini, dan mereka akan membuatnya sebagai penyambutan bagi para fans seperti biasa," katanya ketika mengunjungi Lapangan Merah Moskow pada Rabu.

"Tapi ... itu tidak ada hubungannya dengan hubungan internasional, seperti menyerang Crimea dan meracuni orang di Inggris," katanya. "Ini adalah latihan PR, seluruh Piala Dunia. Itu tidak berubah, bagi saya itu tidak mengubah sama sekali."

Pewarta: -

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018