Kazan (Antaranews Kalbar/Reuters) - Belgia mencetak gol lebih awal untuk meredam kebangkitan larut Brazil sekaligus menyingkirkan juara dunia lima kali itu dari Piala Dunia dengan kemenangan 2-1, pada pertandingan yang berlangsung menegangkan di Kazan pada Jumat (Sabtu dini hari WIB). Belgia akan berhadapan dengan Prancis di semifinal.

        Gol bunuh diri Fernandinho dan sepakan brilian Kevin de Bruyne mengamankan tiket empat besar bagi Belgia untuk kedua kalinya setelah 1986, dan memulangkan Brazil di fase perempat final untuk ketiga kalinya dari empat Piala Dunia terakhir.

        Brazil mendominasi permainan dan menciptakan peluang demi peluang namun tidak mampu mencetak gol sampai pemain pengganti Renato Augusto menanduk bola umpan silang Philippe Coutinho 14 menit sebelum pertandingan usai.

        Mendapat dukungan dari mayoritas penonton di Kazan Arena, Brazil menggempur dan berusaha untuk menyamakan kedudukan, namun Roberto Firmino, Augusto, dan Coutinho menyia-nyiakan peluang untuk menyamakan kedudukan.

        Neymar terus berlari di pertahanan Belgia sampai akhir, namun permohonan penalti keduanya ditolak wasit asal Serbia Milorad Mazic dan tembakan terakhirnya ditepis ke atas gawang oleh kiper Belgia Thibaut Courtois saat laga tinggal menyisakan detik-detik terakhir.

        "Mereka melakukannya... Mereka luar biasa, hati yang luar biasa muncul di sini," kata pelatih Belgia yang berasal dari Spanyol Roberto Martinez.

        "Saya tidak berpikir semenit pun bahwa mereka akan menyerah... Eksekusi (kami) begitu indah. Ketika Anda berkata kami akan memainkan cara tertentu, mereka mengganti disposisi taktikal dan taktik mereka... (Rencana permainan kami) itu dieksekusi menuju kesempurnaan."

   Gol mengejutkan De Bruyne
   Jika gol pertama Belgia pada menit ke-13 diwarnai sedikit keberuntungan, bola masuk ke gawang setelah mengenai bahu Fernandinho dari tendangan sudut, gol kedua pada menit ke-31 merupakan contoh nyata dari sepak bola serangan balik.

        Romelu Lukaku mendapat bola dengan punggungnya menghadap gawang, berbalik untuk mendapat ruang dan melaju melewati Fernandinho di lapangan sebelum mengoperkan bola kepada De Bruyne di sisi kanannya, untuk kemudian sang pengatur serangan menembakkan bola ke gawang dari tepi kotak penalti.

        De Bruyne, yang bermain lebih ke depan dibanding pada empat pertandingan Belgia sebelumnya, menjadi jantung pekerjaan bagus timnya, mengatur transisi dari lini pertahanan untuk kemudian menyerang dengan visi, kecepatan, dan akurasi.

        Bagaimanapun, ini bukan ulangan apa yang terjadi di Belo Horizonte empat tahun silam, ketika Brazil dihancurkan 1-7 oleh Jerman di semifinal di kandang sendiri, dan tim asuhan Tite tetap mempertahankan bentuk dan ketenangan mereka meski kemasukan dua gol untuk pertama kalinya dari 26 pertandingan di bawah asuhan Tite.

        Namun "Generasi Emas" Belgialah yang akan mengisi tempat di semifinal, yang untuk pertama kalinya tidak dihuni salah satu dari Brazil, Argentina, atau Jerman.

        "Kami meninggalkan Piala Dunia dengan kesedihan," kata kapten Brazil Miranda. "Kami kalah dari tim hebat yang memaksimalkan peluang mereka untuk mencetak dua gol. Kami adalah grup penuh perjuangan, dengan pemain-pemain muda yang sangat bagus, yang dapat menjuarai Piala Dunia berikutnya."
   "Tim kami berusaha, berjuang sampai akhir, dan kami pergi dengan kepala tegak karena kami telah memberikan segalanya."




 

Pewarta: -

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018