Pontianak (Antaranews Kalbar) - Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat mencatat hingga saat ini, realisasi imunisasi Meusles Rubella (MR) di provinsi itu, sudah mencapai 11 persen dari target sebesar 95 persen diakhir September 2018.
Kepala Dinkes Provinsi Kalbar, Andi Jap di Pontianak, Selasa, mengatakan hingga hari ketujuh pencapaian pemberian imunisasi MR sudah sebesar 11 persen, yang menyasar anak-anak berumur sembilan bulan hingga 15 tahun.
Ia menjelaskan, saat ini pemberian imunisasi MR di 14 kabupaten/ kota ada di Kalbar, ada yang tetap jalan dan ada juga dijadwal ulang.
"Tetapi bagi sekolah-sekolah yang murid-murid tidak ada yang mempermasalahkan dari segi agama tetap jalan terus. Tetapi yang mempermasalahkannya, maka sesuai dengan imbauan dari MUI, yakni menunggu dulu," katanya.
Ia mengemukakan, masih banyak waktu untuk pemberian imunisasi MR secara menyeluruh kepada anak-anak di Kalbar. "Namun permasalahan itu saya harapkan dalam seminggu ini sudah bisa selesai. Dan terkait hal ini surat edaran dari Menkes sudah keluar yang intinya imbauan sudah jadwalkan ulang," katanya.
Dijadwalkan ulang dalam hal pemberian imunisasi MR tersebut, tidak berarti hak masyarakat yang beragama Muslim yang masih menunggu fatwa keputusan MUI itu dihilangkan.
Akan tetapi pemerintah tetap memberi kesempatan dan bila hal itu sudah selesai, maka anak-anak itu akan tetap diberikan imunisasi MR.
"Dalam menyukseskan program imunisasi MR, maka pemerintah juga telah membentuk Komite Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang bertugas untuk mengawasi timbulnya kasus usai anak mendapatkan suntikan imunisasi campak dan MR," ujarnya.
Ia mengemukakan, hingga saat ini pihaknya belum mendapat laporan dari KIPI terkait kasus-kasus, baik yang ringan mau pun yang berat pasca imunisasi di Kalbar.
"Masyarakat memang perlu diberikan edukasi bahwa efek dari suntikan itu sangat beragam, ada yang tidak mengalami efek apa-apa, dan ada juga yang mengalami efek seperti panas badan. Namun tidaklah mengakibatkan fatal, paling hanya sementara, apabila sudah terserap tubuh, maka efek tersebut akan pulih kembali," kata Andi.
Ia meminta bila memang terjadi kasus-kasus pasca pemberian suntik vaksin MR segeralah ke Pukesmas dan rumah sakit agar segera mendapat pertolongan dan dapat diketahui penyebab terjadinya kasus-kasus itu, apakah benar kasus ini hanya karena pemberian imunisasi atau memang ada kasus lain kebetulan muncul pada saat setelah diberikan imunisasi.
Tetapi, Andy memastikan, disebabkan atau tidaknya dari pemberian imunisasi kasus-kasus yang terjadi tetap ditangani pemerintah.
(A057/L005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
Kepala Dinkes Provinsi Kalbar, Andi Jap di Pontianak, Selasa, mengatakan hingga hari ketujuh pencapaian pemberian imunisasi MR sudah sebesar 11 persen, yang menyasar anak-anak berumur sembilan bulan hingga 15 tahun.
Ia menjelaskan, saat ini pemberian imunisasi MR di 14 kabupaten/ kota ada di Kalbar, ada yang tetap jalan dan ada juga dijadwal ulang.
"Tetapi bagi sekolah-sekolah yang murid-murid tidak ada yang mempermasalahkan dari segi agama tetap jalan terus. Tetapi yang mempermasalahkannya, maka sesuai dengan imbauan dari MUI, yakni menunggu dulu," katanya.
Ia mengemukakan, masih banyak waktu untuk pemberian imunisasi MR secara menyeluruh kepada anak-anak di Kalbar. "Namun permasalahan itu saya harapkan dalam seminggu ini sudah bisa selesai. Dan terkait hal ini surat edaran dari Menkes sudah keluar yang intinya imbauan sudah jadwalkan ulang," katanya.
Dijadwalkan ulang dalam hal pemberian imunisasi MR tersebut, tidak berarti hak masyarakat yang beragama Muslim yang masih menunggu fatwa keputusan MUI itu dihilangkan.
Akan tetapi pemerintah tetap memberi kesempatan dan bila hal itu sudah selesai, maka anak-anak itu akan tetap diberikan imunisasi MR.
"Dalam menyukseskan program imunisasi MR, maka pemerintah juga telah membentuk Komite Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang bertugas untuk mengawasi timbulnya kasus usai anak mendapatkan suntikan imunisasi campak dan MR," ujarnya.
Ia mengemukakan, hingga saat ini pihaknya belum mendapat laporan dari KIPI terkait kasus-kasus, baik yang ringan mau pun yang berat pasca imunisasi di Kalbar.
"Masyarakat memang perlu diberikan edukasi bahwa efek dari suntikan itu sangat beragam, ada yang tidak mengalami efek apa-apa, dan ada juga yang mengalami efek seperti panas badan. Namun tidaklah mengakibatkan fatal, paling hanya sementara, apabila sudah terserap tubuh, maka efek tersebut akan pulih kembali," kata Andi.
Ia meminta bila memang terjadi kasus-kasus pasca pemberian suntik vaksin MR segeralah ke Pukesmas dan rumah sakit agar segera mendapat pertolongan dan dapat diketahui penyebab terjadinya kasus-kasus itu, apakah benar kasus ini hanya karena pemberian imunisasi atau memang ada kasus lain kebetulan muncul pada saat setelah diberikan imunisasi.
Tetapi, Andy memastikan, disebabkan atau tidaknya dari pemberian imunisasi kasus-kasus yang terjadi tetap ditangani pemerintah.
(A057/L005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018