Semarang (Antaranews Kalbar) - Pakar obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kusuma Pradja Semarang Dokter Muhammad Irsam, SpOG (K) menyebutkan tidak benar anggapan mengonsumsi pil Keluarga Berencana (KB) membikin gendut.
"Gendut atau tidak itu tergantung orangnya. Kegemukan itu kan lebih karena pola makan yang tidak terkendali," katanya saat Seminar "Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Masyarakat Umum" di RSIA Kusuma Pradja Semarang, Sabtu.
Seminar kesehatan yang merupakan rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-25 RSIA Kusuma Pradja Semarang itu mengangkat dua tema yang tengah krusial, yakni "HIV pada Ibu Hamil" dan "Kontrasepsi Hormonal".
Irsam yang menyampaikan materi untuk tema "Kontrasepsi Hormonal" menjelaskan selama ini banyak mitos yang berkembang di masyarakat mengenai pil KB yang tidak sepenuhnya benar, seperti menyebabkan gemuk.
"Memang, pil KB mengandung estrogen. Hormon estrogen yang terlampau banyak memang menyebabkan retensi cairan di tubuh, cairan tidak keluar, sehingga ada kecenderungan kenaikan berat badan," katanya.
Meski demikian, kata dia, jika mengonsumsi pil KB diimbangi dengan pola makan yang wajar sebenarnya tidak akan sampai menyebabkan kegemukan, apalagi sekarang sudah ada pil KB terbaru dengan drospirenone.
Selain membikin gemuk, diakuinya, masih banyak lagi mitos mengenai pil KB di masyarakat yang keliru, termasuk menyebabkan jerawat, kanker, hingga menyebabkan rahim kering atau susah memiliki anak lagi.
"Faktanya, pil KB justru menurunkan risiko kanker ovarium dan endometrium, serta reversibel yang paling cepat jika ingin memiliki anak lagi. Jika berencana memiliki anak lagi, hentikan saja konsumsi," katanya.
Pil KB, kata dia, merupakan salah satu bentuk kontrasepsi hormonal, selain KB suntik, susuk, sementara kontrasepsi nonhormonal, di antaranya intrauterine device (IUD) atau sering disebut KB spiral dan kondom.
Sebenarnya, kata Irsam, masih ada lagi jenis kontrasepsi lainnya, seperti kontrasepsi alami, yakni sistem kalender atau panjang berkala, menyusui, hingga "coitus interuptus" atau senggama terputus.
Namun, ia mengatakan kontrasepsi yang permanen adalah lewat medis operasi wanita (MOW) atau medis operasi pria (MOP) yang disebut juga kontrasepsi mantap yang sekarang ini juga sudah banyak dipilih masyarakat.
"Hanya saja, lebih banyak perempuan yang melakukan dengan MOW, sementara laki-laki lebih sedikit. Kemungkinan pengaruh budaya patrilineal hingga mitos keliru bahwa laki-laki tidak bisa lagi berhubungan, dan sebagainya," katanya.
Sementara itu, Pembina Yayasan Warendra Kusumapradja yang menaungi RSIA Kusuma Pradja Semarang Prof dr Noerpramana MMedSc Sp.OG (K-Fer) yang menjadi moderator membenarkan program KB merupakan persoalan krusial.
"Kalau tidak KB kan pertumbuhan penduduk menjadi tidak terkendali. Populasi penduduk yang cepat membuat ekonomi sulit tumbuh. Sementara, program KB secara umum 'kurang perhatian' dari pemerintah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018