Pontianak (Antaranews Kalbar) - Meski sudah 73 tahun Indonesia merdeka, namun belum semua daerah dapat dijangkau dengan infrastruktur yang baik. Pembangunan jalan menjadi impian besar bagi sebagian warga yang tinggal di wilayah yang selama ini terisolir, seperti yang dialami warga Desa Bagan Asam, Kecamatan Toba, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.

Kepala Desa Bagan Asam, Liliapati menceritakan bahwa selama ini transportasi yang diandalkan untuk berbagai keperluan dan lintas antardesa ke dusun serta ke kota Kecamatan hanya menggunakan angkutan air.

Selain membutuhkan waktu lama, perjalanan lewat air ini biayanya cukup tinggi sehingga sangat membebani kehidupan sehari-hari masyarakat yang tinggal di desa tersebut.

Untuk menghapus Desa Bagan Asam sebagai daerah terisolir, jajaran Kodam XII Tanjungpura mengambil langkah strategis melalui sasaran program karya bakti dalam rangka memperingati Hari Juang Kartika Tahun 2018.

Panglima Kodam XII/Tpr Mayor Jenderal Achmad Supriyadi didampingi Bupati Sanggau Poulus Hadi berkunjung ke Desa Bagan Asam. Lalu pada tanggal 15 Oktober 2018 memutuskan untuk memulai membuat alan sepanjang 19,8 kilometer dari Dusun Mangkuk, lanjut ke Dusun Pasir dan tembus ke Dusun Bagan Asam yang juga merupakan pusat desa.
 
proses pembangunan jalan Desa Bagan Asam, Kecamatan Toba, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. (Slamet Ardiansyah)

Kodam Tanjungpura membawa sejumlah media pada 20 Oktober lalu untuk melihat langsung kegiatan pembuatan jalan yang sudah berjalan selama 13 hari. Dalam kurun waktu tersebut, berhasil dibangun jalan sepanjang 4,5 kilometer dengan lebar badan jalan enam meter.

Menuju Bagan Asam
Untuk tiba di Desa Bagan Asam, rombongan berangkat dari Kota Pontianak dengan mengunakan empat buah mobil sekitar pukul 07.00 WIB. Sekitar 10.15 WIB, rombongan yang didampingi anggota Pendam XII/Tpr tiba di Koramil 09/Toba, bagian dari Kodim 1240/Sanggau.

Dari Koramil 09/Toba, rombongan kemudian menuju Desa Bagan Asam menggunakan mobil dan sekitar 10 menit kemudian tiba di Dusun 00. Dari Dusun 00, kemudian perjalanan dilanjutkan menggunakan transpotasi air berupa longboat 15 PK ke Desa Bagan Asan, waktu tempuhnya selama 45 menit.

Kades Bagan Asam Liliapati menuturkan, sejak 15 tahun lalu sudah mengajukan permohonan pembuatan jalan namun belum juga terealisasi.

Desa Bagan Asam diakui warga setempat merupakan desa tertua di daerah itu dan sudah ada sejak tahun 1935. Desa tersebut berpenduduk 108 KK atau 356 jiwa dengan luas daerah 296,57 kilometer persegi. Hampir 100 persen penduduknya bekerja sebagai petani karet.

Liliapati bersyukur tak lama lagi keterisolasian mereka akan berakhir. Sebentar lagi akses ke desanya akan terbuka seiring program dari TNI khususnya Kodam Tanjungpura serta pihak lain yang terlibat. Tak putus ia panjatkan syukur akan kondisi tersebut. Selain akses yang terbuka, ekonomi warga pun meningkat karena semakin mempermudah akses menjual hasil desa ke daerah lain, terutama karet.

Ongkos Rp600 ribu
Liliapati bercerita, betapa berat beban warga karena keterisolasian tersebut. Mereka harus merogoh kocek dalam-dalam untuk keperluan sehari-hari seperti mengurus dokumen kependudukan atau berbelanja.

Ia mencontohkan, untuk satu kali berangkat, ongkos longboat sebesar Rp150 ribu untuk tiba di Dusun 00.

Belum lagi ke kota Kecamatan Toba. Pokoknya paling tidak harus menyiapkan sekitar Rp500 ribu - Rp600 ribu hanya buat biaya perjalanan, kata salah seorang tokoh masyarakat Desa Bagan Asam, Pendeta Ridu Wisnu Pratama.
proses pembangunan jalan Desa Bagan Asam, Kecamatan Toba, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. (Slamet Ardiansyah)


Sedangkan untuk pendidikan memang sudah ada SD dan SMP, hanya guru yang masih kurang. Terdiri dari tiga guru PNS dan sisanya honorer. Sementara untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA, mereka harus ke Toba.

Di sisi lain, mata pencaharian juga sangat sulit didapatkan warga. Semantara untuk pengembangan hasil pertanian terasa sulit, khususnya untuk pemasaran hasil kebun ataupun pertanian lainnya karena biaya angkut ke kota kecamatan yang cukup besar.

Pembangunan jalan oleh Kodam XII/Tpr membuatnya berharap agar warga dapat lebih mengembangkan hasil pertanian atau paling tidak bisa mencari kerja ke daerah lain dengan mudah melalui akses jalan yang dibangun TNI.

Pendeta Ridu Wisnu Pratama juga mengucapkan terima kasih kepada Pangdam Tanjungpura, Bupati Sanggau, Camat Toba dan pehak terkait lainnya serta masyarakat yang telah merelakan lahannya untuk dijadikan jalan serta rela bergotong royong demi suksesnya jalan yang selama ini didambakan bersama.

Hujan Bukan Halangan
Meskipun kondisi cuaca kurang mendukung karena hujan hampir setiap hari, namun hal itu tidak menyurutkan semangat para prajurit Kodam XII/Tpr bersama warga masyarakat Desa Bagan Asam untuk tetap melakukan pembangunan jalan.

Jalan yang menghubungkan desa terisolir itu tidak hanya merupakan akses warga Desa Bagan Asam melainkan juga bagi warga terdekat yakni warga Desa Teraju.

Usai menyantap jamuan makan siang dari Kades Desa Bagan Asam, rombongan dengan menerobos hujan kembali ke Dusus 00. Kemudian dilanjutkan ke titik nol pembangunan jalan di Dusun Mangkuk dengan menggunakan mobil.

Beruntung, ketika itu sudah pukul 16.00 WIB dan sesampainya di lokasi titik nol pembangunan jalan hujan sudah reda. Di lokasi tersebut rombongan disambut Komandan Yon Zipur VI, Letkol Akhmad Safari berserta anggotanya dan warga yang ikut kerja bergotong-royong. Suasana hutan yang mulai diselimuti senja menjelang malampun turut menyambut kedatangan rombongan kami.
SD Negeri 01 Bagan Asam di Desa Bagan Asam, Kecamatan Toba, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. (Slamet Ardiansyah)

Dan Yon Zipur VI, Letkol Akhmad Safari mengatakan dalam pembangunan jalan ini direncanakan dapat menembus ke Desa Bagan Asam sekitar satu bulan dua minggu. Dengan catatan alat berat yang digunakan tidak mendapat masalah dan dapat bekerja maksimal.

Dalam pembangunan jalan itu sebanyak 22 anggota Yon Zipur dikerahkan. Kemudian dibantu sebanyak empat anggota Kodim 1204/Sangau dan 10 orang warga yang secara bergantian.

Sersan Dua Masdin, operator alat berat yang digunakan untuk membangun jalan mengatakan hingga hari ini tidak ada kesulitan yang berarti juga berkat kekompakan bersama warga.

Kemudian medan yang dihadapi cukup berat karena hutannya masih lebat dan berupa rawa gambut yang cukup dalam. Hal itu tentu akan menyulitkan dalam pengangkutan logistik, terutama BBM alat berat sehingga untuk sementara diangkut dengan cara dipikul melewati rawa gambut.

Namun dengan berbagai kendala tersebut, mereka tetap berjuang agar mimpi warga Bagan Asam lepas dari isolasi infrastruktur, terwujud.

 

Pewarta: Slamet Ardiansyah/Teguh

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018