Sukadana (Antaranews Kalbar) - Wakil Bupati Kayong Utara Effendi Ahmad mengajak masyarakat setempat untuk kembali membudayakan penggunaan baju Melayu dalam setiap kegiatan.
    Hal ini disampaikannya pada perayaan Mandi Safar di Desa Telok Melano Kecataman Simpang Hilir, Rabu.       "Mari kita membudayakan kembali memakai baju Melayu dalam setiap kegiatan, kita dapat memulainya ketika ada acara perkawinan di dalam keluarga dan acara lainnya," ajak Wakil Bupati.
    Acara Mandi Safar yang dilaksanakan Desa Telok Melano bekerjasama dengan Kecamatan Simpang Hilir dan Dinas Pendidikan, dihadiri Kapolres Kayong Utara AKBP Asep Irpan Rosadi, Anggota DPRD KKU, Kepala OPD di lingkungan Pemkab KKU serta masyarakat Kecamatan Simpang Hilir yang tumpah ruah di Lapangan Voli Telok Melano.
    Effendi Ahmad hadir mengenakan baju Melayu berwarna Hijau. Begitu Juga Kapolres Kayong Utara yang menggunakan baju dinas dengan dilengkapi memakai tanjak dan kain khas Melayu.
    Acara dimulai dengan mendengarkan lantunan ayat suci Alquran dan pembacaan Shalawat, kemudian mendengarkan tausiah yang disampaikan wakil Bupati.
    Dimulai dengan mengucapkan pantun, Effendi Ahmad mengajak masyarakat untuk senantiasa melestarikan budaya yang baik serta berserah diri kepada Allah SWT.
    Usai mendengarkan tausiah, acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa. Setelah itu, Wakil Bupati bersama tamu yang hadir melakukan kirab dan pawai budaya menuju dermaga Telok Melano untuk melaksanakan ritual Mandi Safar.
    Sesampainya di sana, ratusan masyarakat yang telah menunggu acara puncak ini tampak terlihat senang dan ikut berdoa. "Dengan Mnegucap Bismilah, rangkaian acara Mandi Safar ini saya buka," tutur Wakil Bupati sembari memukul gong.
    Usai diresmikan Wakil Bupati, masyarakat kemudian melakukan mandi di Sungai Telok Melano. Hasnawi, Ketua Panitia Kegiatan menjelaskan, bahwa salah satu upacara adat yang terdapat di Telok Melano adalah tradisi Mandi Safar.
    Tradisi ini telah turun temurun dilakukan oleh masyarakat karena dipercaya sebagai upaya menolak bala di bulan Safar. Bulan Safar dipercaya sebagai bulan yang banyak mengandung bahaya. Oleh karenanya, Mandi Safar ditujukan untuk membersihkan diri agar terhindar dari bahaya tersebut.
    "Hari Rabu minggu terakhir di bulan Safar menjadi hari yang penting dalam tradisi Mandi Safar," jelasnya.
    Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Kayong Utara, Jumadi Gading menuturkan, kegiatan ini merupakan ajang silaturahmi masyarakat utuk mempererat rasa persatuan guna melestarikan budaya yang ada.
    "Di dalam ritual Mandi Safar ini, biasanya masyarakat menggantungkan daun andung, yang telah ditulis ayat Alquran yang kemudian diikat di hulu air yang mengalir. Barulah mereka mandi," ujar Jumadi.
    Terkait keinginan Wakil Bupati melestarikan pemakaian baju Melayu menurut Jumadi, Bidang Kebudayaan telah menyusun Raperda Pelestarian Kesenian dan Budaya Daerah yang mana di dalamnya telah mengakomodir hal tersebut.
   "Semoga Raperda ini, tahun depan dapat diketok palu DPRD, sehingga penggunaan baju Melayu dapat dilestarikan terutama pada hari kerja di Pemkab Kayong Utara," kata dia.

 

Pewarta: Rizal/Humas KKU

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018