Pontianak (Antaranews Kalbar) - Pemerintah Kota Pontianak bersama Forum Puspa (Partisipasi publik untuk kesejahteraan perempuan dan anak), Sabtu, mendeklarasinya "Three Ends" yakni stop kekerasan terhadap perempuan dan anak, stop perdagangan manusia, dan stop ketidakadilan ekonomi bagi perempuan di Kampung Yuka, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak.
"Deklarasi ini bagian dari upaya kita bersama-sama dalam upaya mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak yang menjadi PR bersama," kata Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, saat memberikan sambutan sekaligus mendeklarasikan "Three Ends" di kampung Yuka di Kelurahan Sungai Beliung, Pontianak.
Dalam sambutannya, Edi menyatakan kampung Yuka merupakan salah satu lokasi dengan jumlah penduduk terpadat di Kota Pontianak. Karena terpadat itu, kawasan ini rentan berbagai masalah sosial.
Ia mengajak semua pihak bersama-sama saling bahu membahu mengatasi masalah sosial di masyarakat kota Pontianak, seperti kekerasan terhadap perempuan, perdagangan manusia, dan ketidakadilan ekonomi bagi perempuan.
Edi menambahkan, jumlah penduduk miskin di Pontianak hampir 29 ribu jiwa berdasarkan data "by name by address". Untuk mengatasi masalah itu harus bersama-sama berkolaborasi, salah satunya dengan Forum Puspa yang beberapa bulan terakhir memiliki kegiatan penyadaran terhadap masyarakat di Kampung Yuka.
Kampung Yuka memiliki 19 rukun tetangga dengan 5 rukun warga. Jumlah penduduk setempat sekitar 5.000 jiwa dengan mata pencaharian beragam seperti buruh, pedagang, nelayan dan ibu rumah tangga.
"Sebagai Kota layak anak tingkat madya, maka perlu peningkatan kualitas pemberdayaan perempuan dan anak," kata Edi lagi.
Sementara Ketua Forum Puspa Kalbar, Renny Hidzadjie menyatakan kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari program Forum Puspa Kalbar, partisipasi publik untuk pemberdayaan perempuan dan anak. Forum Puspa Kalbar dibentuk pada Desember 2017. Mulai bekerja pada Januari 2018. Namun untuk program kerja di Kampung Yuka, baru berlangsung tiga bulan terakhir.
Beberapa kegiatan yang diadakan berupa proses penguatan, penyadaran, dan peningkatan kapasitas agar terlepas dari 'Three ends', katanya.
Ini menjadi bagian penting bagi Forum Puspa bersama warga di sini agar terbebas dari kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan manusia, dan ketidakadilan ekonomi pada perempuan.
"Mudah-mudahan kita bisa menangkal kasus kekerasan yang ada karena ini bagian dari perjuangan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan," kata Renny.
Pendeklarasian "Three Ends" ditandai dengan cap lima jari yang merupakan simbol stop kekerasan terhadap perempuan. Ini dilakukan wali kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, Ketua Forum Puspa Indonesia Prof Dr Armai Arief, dan anggota DPRD Kota Pontinak serta sejumlah pejabat di lingkungan Pemkot Pontianak.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Deklarasi ini bagian dari upaya kita bersama-sama dalam upaya mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak yang menjadi PR bersama," kata Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, saat memberikan sambutan sekaligus mendeklarasikan "Three Ends" di kampung Yuka di Kelurahan Sungai Beliung, Pontianak.
Dalam sambutannya, Edi menyatakan kampung Yuka merupakan salah satu lokasi dengan jumlah penduduk terpadat di Kota Pontianak. Karena terpadat itu, kawasan ini rentan berbagai masalah sosial.
Ia mengajak semua pihak bersama-sama saling bahu membahu mengatasi masalah sosial di masyarakat kota Pontianak, seperti kekerasan terhadap perempuan, perdagangan manusia, dan ketidakadilan ekonomi bagi perempuan.
Edi menambahkan, jumlah penduduk miskin di Pontianak hampir 29 ribu jiwa berdasarkan data "by name by address". Untuk mengatasi masalah itu harus bersama-sama berkolaborasi, salah satunya dengan Forum Puspa yang beberapa bulan terakhir memiliki kegiatan penyadaran terhadap masyarakat di Kampung Yuka.
Kampung Yuka memiliki 19 rukun tetangga dengan 5 rukun warga. Jumlah penduduk setempat sekitar 5.000 jiwa dengan mata pencaharian beragam seperti buruh, pedagang, nelayan dan ibu rumah tangga.
"Sebagai Kota layak anak tingkat madya, maka perlu peningkatan kualitas pemberdayaan perempuan dan anak," kata Edi lagi.
Sementara Ketua Forum Puspa Kalbar, Renny Hidzadjie menyatakan kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari program Forum Puspa Kalbar, partisipasi publik untuk pemberdayaan perempuan dan anak. Forum Puspa Kalbar dibentuk pada Desember 2017. Mulai bekerja pada Januari 2018. Namun untuk program kerja di Kampung Yuka, baru berlangsung tiga bulan terakhir.
Beberapa kegiatan yang diadakan berupa proses penguatan, penyadaran, dan peningkatan kapasitas agar terlepas dari 'Three ends', katanya.
Ini menjadi bagian penting bagi Forum Puspa bersama warga di sini agar terbebas dari kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan manusia, dan ketidakadilan ekonomi pada perempuan.
"Mudah-mudahan kita bisa menangkal kasus kekerasan yang ada karena ini bagian dari perjuangan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan," kata Renny.
Pendeklarasian "Three Ends" ditandai dengan cap lima jari yang merupakan simbol stop kekerasan terhadap perempuan. Ini dilakukan wali kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, Ketua Forum Puspa Indonesia Prof Dr Armai Arief, dan anggota DPRD Kota Pontinak serta sejumlah pejabat di lingkungan Pemkot Pontianak.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018