Sekadau (Antaranews Kalbar ) - Buah tengkawang, salah satu lambang Kabupaten Sekadau kini sedang membanjir di wilayah itu. Seperti contoh di daerah Dusun Resak Balai, Desa Merbang, Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau.
Meski buah tengkawang tengah berlimpah, namun primadona komoditas di era 80-90’an tersebut, kini tidak lagi terdengar harga jualnya.
"Dulu seingat saya, saat SD hingga SMP, ditempat kami setiap musim tengkawang berbuah, kebun-kebun tua atau tembawang selalu ramai manusia lalu lalang, baik siang maupun malam hari untuk mencari buah tengkawang itu," ujar warga Resak Balai, Lisasius.
Menurut Lisa, akhir Februari atau awal Maret biasanya dulu buah tengkawang berguguran atau jatuh, sehingga tidak sedikit anak-anak seusianya mengais rejeki di bawah pepohonan tengkawang. Pohon masih banyak warga yang membiarkan tumbuh, makanya kita tahu sekarang banyak buahnya.
"Hingga sekarang, belum ada yang terdengar hendak membeli buah tersebut. Dulu biasanya buah yang baru jatuh bisa menembus hingga Rp2.500 perkilo nya, harga tersebut akan berubah apabila tengkawang itu sudah kering di asapi. Kami warga diperkampungan diminta melestarikan hutan dan alam, ada buah yang biasanya bisa menopang ekonomi saat berbuah eh tidak ada yang membelinya," tutup bapak dua anak itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
Meski buah tengkawang tengah berlimpah, namun primadona komoditas di era 80-90’an tersebut, kini tidak lagi terdengar harga jualnya.
"Dulu seingat saya, saat SD hingga SMP, ditempat kami setiap musim tengkawang berbuah, kebun-kebun tua atau tembawang selalu ramai manusia lalu lalang, baik siang maupun malam hari untuk mencari buah tengkawang itu," ujar warga Resak Balai, Lisasius.
Menurut Lisa, akhir Februari atau awal Maret biasanya dulu buah tengkawang berguguran atau jatuh, sehingga tidak sedikit anak-anak seusianya mengais rejeki di bawah pepohonan tengkawang. Pohon masih banyak warga yang membiarkan tumbuh, makanya kita tahu sekarang banyak buahnya.
"Hingga sekarang, belum ada yang terdengar hendak membeli buah tersebut. Dulu biasanya buah yang baru jatuh bisa menembus hingga Rp2.500 perkilo nya, harga tersebut akan berubah apabila tengkawang itu sudah kering di asapi. Kami warga diperkampungan diminta melestarikan hutan dan alam, ada buah yang biasanya bisa menopang ekonomi saat berbuah eh tidak ada yang membelinya," tutup bapak dua anak itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019