Sekadau (Antaranews Kalbar) - Berton-ton sudah buah tengkawang jatuh berguguran di Dusun Resak Balai, Desa Merbang, Kecamatan Belitang Hilir, Sekadau. Warga pun masih berharap harga terbaik menghampiri buah musiman yang menjadi ikon Sekadau itu. 
    "Harapannya jelas harga baik, agar berimbang dengan karet atau juga sawit. Kendala sekarang cuaca yang tidak menentu, sehingga mau mengasapi tengkawang pun terbilang sulit," ujar seorang tokoh pemuda kampung Resak Balai, Lisasius.
    Pantauan dilapangan, pondok-pondok warga pun mulai dibangun di sekitaran kebun tengkawang yang jauh dari kampung, guna menyetok buah yang gugur atau sekedar untuk istirahat siang saat menyampah buah tengkawang.
    Suasana dikampung mulai terasa hidup, karena tengkawang terakhir berbuah lebat pada tahun 2010 silam.
    "Dulu harga mentah tembus Rp1.000 perkilo, kalau yang kering sudah diasapi sekitar Rp. 3.000 perkilo nya, akses jalan dulu sulit, hanya akses jalan kaki jadi mau berjual pun tidak bisa membawa banyak," paparnya. 
    Dia menambahkan, jika kondisi sekarang harga baru menyentuh Rp750 perkilo, untuk yang kering dan sudah diasapi sekarang tembus Rp1.500 perkilo.
    "Semoga kedepan harga lebih baik, mengingat buah tengkawang ini paling lama sampai sebulanan, kisaran akhir maret sudah habis biasanya," ujar pria dua anak itu.
 

Pewarta: Gansi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019