Ratusan warga Pontianak, Kalimantan Barat, melaksanakan Shalat Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriyah pada Selasa(4/6) pagi di halaman SD Negeri 34 Pontianak Kota.
"Ada ratusan jamaah yang ikut Shalat Ied hari ini," kata salah seorang jamaah, Cathidar Condro Cahyono saat dihubungi di Pontianak, Selasa.
Menurut dia, jamaah yang melaksanakan Shalat Ied hari ini karena penentuan 1 Syawal mengacu metode Rukyatul Hilal Global.
"Karena hilal sudah terlihat di Timur Tengah dan Amerika," kata Cathidar Condro Cahyono.
Khatib dalam khatbahnya mengangkat tema terutama terkait masalah ketaqwaan.
"Di mana problematika umat dimana masih banyak umat Islam yang tertindas diberbagai belahan dunia Islam seperti Gaza, Suriah, Palestina, Rohingya serta terkait masalah kepemimpinan dalam Islam serta bagaimana mewujudkan persatuan umat Islam se-dunia," ujar dia.
Pelaksanaan Shalat Ied berlangsung lancar dan kondisi cuaca agak mendung pada pagi hari.
Sementara versi pemerintah, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa terdapat dua landasan pemerintah menetapkan Lebaran 2019 jatuh pada Rabu, 5 Juni.
"Pertama karena posisi hilal di bawah ufuk yaitu di posisi minus 1,26 menit sampai minus 0,5 menit," kata Lukman di sela Sidang Isbat Awal Syawal di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan alasan kedua yaitu tidak ada satupun perukyat di 105 titik di seluruh Indonesia yang melihat hilal setelah matahari terbenam (bakda ghurub).
"Tidak satupun di antara mereka yang menyatakan melihat hilal," katanya usai memimpin sidang isbat yang diikuti tokoh agama, pimpinan ormas Islam, pimpinan pesantren, ahli falak atau astronomi, tim falakiyah, dubes dan kepala perwakilan negara-negara sahabat, legislator dan unsur terkait lainnya.
Atas pertimbangan para perukyat, kata dia, yang bekerja di bawah sumpah tidak melihat hilal dan bulan baru di bawah ufuk maka puasa tahun ini digenapkan menjadi 30 hari atau "istikmal".
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Ada ratusan jamaah yang ikut Shalat Ied hari ini," kata salah seorang jamaah, Cathidar Condro Cahyono saat dihubungi di Pontianak, Selasa.
Menurut dia, jamaah yang melaksanakan Shalat Ied hari ini karena penentuan 1 Syawal mengacu metode Rukyatul Hilal Global.
"Karena hilal sudah terlihat di Timur Tengah dan Amerika," kata Cathidar Condro Cahyono.
Khatib dalam khatbahnya mengangkat tema terutama terkait masalah ketaqwaan.
"Di mana problematika umat dimana masih banyak umat Islam yang tertindas diberbagai belahan dunia Islam seperti Gaza, Suriah, Palestina, Rohingya serta terkait masalah kepemimpinan dalam Islam serta bagaimana mewujudkan persatuan umat Islam se-dunia," ujar dia.
Pelaksanaan Shalat Ied berlangsung lancar dan kondisi cuaca agak mendung pada pagi hari.
Sementara versi pemerintah, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa terdapat dua landasan pemerintah menetapkan Lebaran 2019 jatuh pada Rabu, 5 Juni.
"Pertama karena posisi hilal di bawah ufuk yaitu di posisi minus 1,26 menit sampai minus 0,5 menit," kata Lukman di sela Sidang Isbat Awal Syawal di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan alasan kedua yaitu tidak ada satupun perukyat di 105 titik di seluruh Indonesia yang melihat hilal setelah matahari terbenam (bakda ghurub).
"Tidak satupun di antara mereka yang menyatakan melihat hilal," katanya usai memimpin sidang isbat yang diikuti tokoh agama, pimpinan ormas Islam, pimpinan pesantren, ahli falak atau astronomi, tim falakiyah, dubes dan kepala perwakilan negara-negara sahabat, legislator dan unsur terkait lainnya.
Atas pertimbangan para perukyat, kata dia, yang bekerja di bawah sumpah tidak melihat hilal dan bulan baru di bawah ufuk maka puasa tahun ini digenapkan menjadi 30 hari atau "istikmal".
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019