Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kalbar, Prijono mengatakan komoditas daging ayam ras sebagai penyumbang inflasi terbesar di Kalbar pada Mei 2019.
"Pada Mei 2019 kelompok makanan menjadi pendorong utama dalam menyumbang inflasi di Kalbar karena lima komoditas datang dari kelompok makanan tersebut. Komoditas daging ayam ras paling tinggi penyumbang inflasinya," ujarnya di Pontianak, Kamis.
Prijono menjelaskan lima penyumbang inflasi tersebut yakni daging ayam ras dengan andil sebesar 0,14 persen, sawi hijau sebesar 0,09 persen, ikan tongkol sebesar 0,05 persen, sawi putih 0,04 persen dan cabai rawit sebesar 0,03 persen.
"Sedangkan lima penyumbang deflasi sendiri meliputi angkutan udara sebesar dengan andil 0,12 persen, tarif pulsa ponsel sebesar 0,04 persen, daging sapi sebesar 0,02 persen, jeruk dan biskuit masing - masing 0,01 persen," papar dia.
Ia menyebutkan secara umum tingkat inflasi di Kalbar sebesar 0,62 persen. Angka inflasi tersebut jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya meningkat karena pada April 2019 inflasi di Kalbar hanya 0,21 persen.
"Kemudian dibandingkan dengan periode yang sama dengan tahun sebelumnya bahkan angka yang ada deflasi sebesar 0,26 persen. Namun secara umum baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya 2019 atau dengan Mei 2019, inflasi di Kalbar di bawah inflasi nasional," kata Prijono.
Dia mengatakan bahwa inflasi yang ada di Kalbar masih terkendali. Pihaknya terus memantau dan melakukan koordinasi melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
"Kondisi inflasi di Kalbar masih sangat terkendali. Segala upaya terus dilakukan dan koordinasi dengan TPID, Satgas Pangan dan lainnya terus dimaksimalkan," katanya.
Sementara kata dia untuk resiko inflasi sendiri di Kalbar seputar anomali cuaca dan berencana alam di sentra produksi bahan makanan.
"Resiko inflasi merupakan faktor - faktor yang berpotensi baik meningkatkan maupun menurunkan inflasi. Resiko inflasi tersebut yang terus dilihat agar inflasi di Kalbar dapat terkendali dengan baik," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Pada Mei 2019 kelompok makanan menjadi pendorong utama dalam menyumbang inflasi di Kalbar karena lima komoditas datang dari kelompok makanan tersebut. Komoditas daging ayam ras paling tinggi penyumbang inflasinya," ujarnya di Pontianak, Kamis.
Prijono menjelaskan lima penyumbang inflasi tersebut yakni daging ayam ras dengan andil sebesar 0,14 persen, sawi hijau sebesar 0,09 persen, ikan tongkol sebesar 0,05 persen, sawi putih 0,04 persen dan cabai rawit sebesar 0,03 persen.
"Sedangkan lima penyumbang deflasi sendiri meliputi angkutan udara sebesar dengan andil 0,12 persen, tarif pulsa ponsel sebesar 0,04 persen, daging sapi sebesar 0,02 persen, jeruk dan biskuit masing - masing 0,01 persen," papar dia.
Ia menyebutkan secara umum tingkat inflasi di Kalbar sebesar 0,62 persen. Angka inflasi tersebut jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya meningkat karena pada April 2019 inflasi di Kalbar hanya 0,21 persen.
"Kemudian dibandingkan dengan periode yang sama dengan tahun sebelumnya bahkan angka yang ada deflasi sebesar 0,26 persen. Namun secara umum baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya 2019 atau dengan Mei 2019, inflasi di Kalbar di bawah inflasi nasional," kata Prijono.
Dia mengatakan bahwa inflasi yang ada di Kalbar masih terkendali. Pihaknya terus memantau dan melakukan koordinasi melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
"Kondisi inflasi di Kalbar masih sangat terkendali. Segala upaya terus dilakukan dan koordinasi dengan TPID, Satgas Pangan dan lainnya terus dimaksimalkan," katanya.
Sementara kata dia untuk resiko inflasi sendiri di Kalbar seputar anomali cuaca dan berencana alam di sentra produksi bahan makanan.
"Resiko inflasi merupakan faktor - faktor yang berpotensi baik meningkatkan maupun menurunkan inflasi. Resiko inflasi tersebut yang terus dilihat agar inflasi di Kalbar dapat terkendali dengan baik," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019