Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kalimantan Barat (Kalbar) Agus Chusaini mengatakan pembelian karena panik di tengah wabah Virus Corona baru atau COVID-19 berpotensi sebabkan inflasi.

"Saat ini terdapat beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai, selain faktor alam seperti anomali cuaca, bencana alam di sentra produksi makanan, namun juga karena panic buying atau pembelian karena panik di tengah wabah COVID-19," ujarnya di Pontianak, Sabtu.

Ia menambahkan fluktuasi harga minyak dunia, kelangkaan gula pasir, dan potensi peningkatan harga jelang bulan Ramadhan 1441H/2020 juga sangat berisiko terhadap inflasi.

"Berdasarkan pola inflasi yang ada di Kalbar, saat hari besar keagamaan dan tahun baru inflasi terjadi. Inflasi terjadi karena permintaan yang tinggi," kata dia.

Dengan potensi yang ada ke depan, pihaknya dari KPw BI Kalbar dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalbar akan terus hadir di masyarakat untuk menjaga inflasi.

"Secara umum Kalbar ke depan diprakirakan masih berada pada rentang target inflasi nasional 3+1 persen (yoy). Namun demikian, tingkat inflasi tetap rendah dan stabil, demi mencapai pertumbuhan ekonomi daerah yang berkualitas," kata dia.

Terkait inflasi Kalbar pada Maret 2020 tekanan harga menurun lebih dalam yang tercermin dari realisasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Maret 2020 yang tercatat deflasi sebesar 0,14 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan Februari yang tercatat sebesar 0,68 persen (mtm).

"Realisasi IHK Maret 2020 ini juga lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 0,10 persen (mtm) dan menempatkan Kalbar pada posisi ke-18 dari 34 provinsi di Indonesia. Dilihat secara historis, realisasi IHK Maret 2020 lebih rendah dari rata-rata inflasi bulan Februari periode 3 tahun terakhir sebesar 0,02 persen (mtm)," jelasnya.

Deflasinya IHK Kalbar tersebut berasal dari deflasi Kota Pontianak sebesar 0,13 persen (mtm), Kota Singkawang sebesar 0,18 persen (mm) dan Kabupaten Sintang sebesar O,15 persen (mtm). Secara nasional, realisasi pergerakan IHK bulanan di Kota Pontianak, Kota Singkawang dan Kabupaten Sintang masing-masing berada pada posisi ke-S8, ke-64 dan ke-61 dari 90 kota sampel inflasi di Indonesia.

"Kelompok makanan, minuman dan tembakau menjadi pendorong utama deflasi Kalbar bulan Maret 2020 dengan andil sebesar 0,10 persen. Adapun komoditas yang menjadi penyumbang deflasi antara lain tarif angkutan udara, sawi hijau, kacang panjang, cabai rawit dan bayam. Di sisi lain, komoditas gula pasir, kangkung, ikan tongkol, cabai merah kering dan ikan kembung mengalami inflasi sehingga menahan laju deflasi IHK lebih dalam," jelasnya.

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020