Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah sedang mempersiapkan lumbung padi baru di Kalimantan untuk menjaga ketersediaan pangan meski diprediksi akan terjadi kemarau yang lebih kering pada 2020.
"Bapak Presiden mengarahkan untuk konsentrasi melihat lumbung padi baru di lahan yang dulu pernah disiapkan, yaitu di Kalimantan dan pernah dipersiapkan," kata Airlangga di Jakarta, Selasa.
Airlangga menyampaikan hal tersebut seusai mengikuti rapat terbatas dengan topik "Antisipasi Dampak Kekeringan Terhadap Ketersediaan Bahan Pangan Pokok" yang dipimpin Presiden Jokowi melalui sarana video conference.
"Karena laporan BMKG maupun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di (Kalimantan) sana kecukupan curah hujan sampai November masih cukup, masih sekitar 200 mm dan juga kebutuhan air relatif ada, sehingga tentu Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN dan yang lainnya dapat berkonsentrasi dan juga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mempersiapkan berkonsentrasi untuk menyiapkan infrastruktur lumbung pangan di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah tersebut," tambah Airlangga.
Dalam rapat 28 April 2020, Airlangga mengatakan terdapat lahan gambut sebanyak 900 ribu hektare di Kalimantan sebagai lahan baru persawahan. Dari jumlah tersebut sekitar 200 ribu hektare dikuasai BUMN.
"Laporan Menteri PUPR, lahan gambut yang disiapkan bisa sepertiga atau 200 ribu hektar. Presiden minta ditinjau kembali termasuk infrastrukturnya dan lahan 200 ribu itu memang berada dalam satu hamparan meski dari segi yield berbeda dengan (hasil sawah) di Pulau Jawa," ungkap Airlangga.
Namun Presiden Jokowi menurut Airlangga tetap mengikuti saran FAO dan BMKG terkait prediksi musim kering bulan Agustus untuk wilayah Jawa, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat.
"Bahkan NTB sudah lebih dahulu (masuk musim kering), maka Kalimantan yang punya curah hujan relatif cukup baik sampai November ini jadi salah satu alternatif yang nanti akan dipelajari Kementan, Kementerian PUPR dan beberapa BUMN," tambah Airlangga.
Sedangkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan untuk menanami lahan gambut, Litbang Kementan sudah punya bibit khusus.
"Kita membuat produksi bibit yang cukup namanya Impara, bibit untuk rawa dan kita bisa berharap bibit ini bisa menuai hasil yang lebih baik dibanding lahan gambut yang diasumsikan gagal itu namun memang mensyaratkan adanya parit-parit kecil," kata Syahrul
Syahrul juga mengatakan pada Mei 2020, petani sudah memasuki musim panen namun akan segera diminta langsung mulai kembali menanam.
"Kita mengejar sisa air hujan yang ada atau air tanah dari lahan yg ada. Percepatan itu akan tersedia pada lahan existing kita, atau lahan irigasi teknis pada April-September ada 5,6 juta hektare, juga ada percepatan bantuan penyediaan benih untuk 2 juta hektare," ungkap Syahrul.
Namun Syahrul mengakui bahwa pertanian rentan terhadap cuaca, bencana dan hama sehingga perlu ada penyiapan pipanisasi, pompa, dan sarana lain termasuk kemungkinan lahan pertanian cadangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Bapak Presiden mengarahkan untuk konsentrasi melihat lumbung padi baru di lahan yang dulu pernah disiapkan, yaitu di Kalimantan dan pernah dipersiapkan," kata Airlangga di Jakarta, Selasa.
Airlangga menyampaikan hal tersebut seusai mengikuti rapat terbatas dengan topik "Antisipasi Dampak Kekeringan Terhadap Ketersediaan Bahan Pangan Pokok" yang dipimpin Presiden Jokowi melalui sarana video conference.
"Karena laporan BMKG maupun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di (Kalimantan) sana kecukupan curah hujan sampai November masih cukup, masih sekitar 200 mm dan juga kebutuhan air relatif ada, sehingga tentu Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN dan yang lainnya dapat berkonsentrasi dan juga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mempersiapkan berkonsentrasi untuk menyiapkan infrastruktur lumbung pangan di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah tersebut," tambah Airlangga.
Dalam rapat 28 April 2020, Airlangga mengatakan terdapat lahan gambut sebanyak 900 ribu hektare di Kalimantan sebagai lahan baru persawahan. Dari jumlah tersebut sekitar 200 ribu hektare dikuasai BUMN.
"Laporan Menteri PUPR, lahan gambut yang disiapkan bisa sepertiga atau 200 ribu hektar. Presiden minta ditinjau kembali termasuk infrastrukturnya dan lahan 200 ribu itu memang berada dalam satu hamparan meski dari segi yield berbeda dengan (hasil sawah) di Pulau Jawa," ungkap Airlangga.
Namun Presiden Jokowi menurut Airlangga tetap mengikuti saran FAO dan BMKG terkait prediksi musim kering bulan Agustus untuk wilayah Jawa, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat.
"Bahkan NTB sudah lebih dahulu (masuk musim kering), maka Kalimantan yang punya curah hujan relatif cukup baik sampai November ini jadi salah satu alternatif yang nanti akan dipelajari Kementan, Kementerian PUPR dan beberapa BUMN," tambah Airlangga.
Sedangkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan untuk menanami lahan gambut, Litbang Kementan sudah punya bibit khusus.
"Kita membuat produksi bibit yang cukup namanya Impara, bibit untuk rawa dan kita bisa berharap bibit ini bisa menuai hasil yang lebih baik dibanding lahan gambut yang diasumsikan gagal itu namun memang mensyaratkan adanya parit-parit kecil," kata Syahrul
Syahrul juga mengatakan pada Mei 2020, petani sudah memasuki musim panen namun akan segera diminta langsung mulai kembali menanam.
"Kita mengejar sisa air hujan yang ada atau air tanah dari lahan yg ada. Percepatan itu akan tersedia pada lahan existing kita, atau lahan irigasi teknis pada April-September ada 5,6 juta hektare, juga ada percepatan bantuan penyediaan benih untuk 2 juta hektare," ungkap Syahrul.
Namun Syahrul mengakui bahwa pertanian rentan terhadap cuaca, bencana dan hama sehingga perlu ada penyiapan pipanisasi, pompa, dan sarana lain termasuk kemungkinan lahan pertanian cadangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020