Perdana Menteri Vietnam mengatakan pada Rabu bahwa 10 hari mendatang akan menjadi masa kritis dalam penanganan wabah COVID-19 di negara itu, usai kasus infeksi kembali muncul akhir bulan lalu setelah tiga bulan bebas virus corona.

"Menjadi catatan bahwa periode mulai sepanjang pekan ini hingga pertengahan pekan depan akan sangat kritis," kata Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan pemerintah.

"Langkah-langkah apa yang harus kita terus terapkan untuk menang melawan virus corona? Pelajaran apa yang telah kita ambil dari wabah saat ini?," kata Phuc menambahkan.

Sebelumnya, Vietnam mendapat pengakuan internasional atas keberhasilan mengendalikan wabah di wilayahnya dengan uji deteksi besar-besaran, penelusuran kontak, dan karantina, sehingga angka infeksi sempat tercatat hanya sekitar 400 kasus tanpa kematian.

Pada 25 Juli, Vietnam kembali mengumumkan kasus penularan lokal di kota wisata Da Nang. Kemudian kasus bertambah dari hari ke hari, dan kini mencapai dua kali lipat angka semula menjadi 866 kasus dengan 17 kematian.

Setelah Da Nang menjadi pusat penularan baru, pemerintah mulai memberlakukan pembatasan sosial secara luas dan isolasi kota tersebut hingga waktu yang ditentukan kemudian.

Sebuah stadion olahraga yang diubah menjadi rumah sakit darurat berkapasitas 1.000 ranjang pasien mulai menerima pasien COVID-19 pada hari ini. Kebanyakan pasien itu dirujuk dari rumah sakit di Da Nang.

Perdana Menteri Phuc menyebut bahwa langkah-langkah yang diambil oleh otoritas terkait dalam penanganan gelombang ketiga wabah COVID-19 telah lebih baik dibandingkan pada gelombang-gelombang sebelumnya.

Masyarakat Vietnam juga lebih tenang dalam menghadapi wabah ini, sekalipun terjadi lonjakan kasus secara tiba-tiba, kata Phuc.

Sebelumnya, Phuc menyebut bahwa awal Agustus akan menjadi waktu yang menentukan untuk menghentikan penyebaran virus corona dalam skala besar di Vietnam.

Sumber: Reuters
 

Pewarta: Suwanti

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020