Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hendarman mengharapkan orang tua dapat menunjukkan keteladanan dalam penggunaan gawai.
“Orang tua harus menunjukkan keteladanan agar tidak menggunakan gawai di depan anak-anaknya pada waktu yang telah disepakati,” ujar Hendarman di Jakarta, Sabtu.
Baik orang tua dan anak perlu membuat kesepakatan mengenai pembatasan penggunaan gawai. Kesepakatan itu merupakan bagian dari tanggung jawab moral dan kerja sama di dalam keluarga.
Baca juga: Kemendikbud terus perbarui aplikasi belajar
Baca juga: Peserta didik dapat bantuan kuota internet tapi ada syaratnya
Dia menambahkan hal itu menjadi tantangan bagaimana orang tua dapat mengajak anak-anaknya untuk patuh pada kesepakatan. Hal itu mensyaratkan kemampuan komunikasi orang tua.
Dalam kesempatan itu, Hendarman menambahkan bahwa orang tua perlu membatasi anaknya dalam bermain gawai. Terutama pada saat pandemi COVID-19, yang mana pembelajaran juga dilakukan secara daring sehingga intensitas penggunaan gawai semakin tinggi.
“Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mengawasi hal itu. Pemerintah tidak punya kewenangan, begitu juga sekolah dan guru, karena saat di rumah yang menjadi orang tua adalah guru. Orang tua merupakan guru utama dan pertama.
Seyogyanya, orang tua mengajarkan dan mendidik anak dengan disiplin waktu atau pembatasan penggunaan gawai.
Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim, mengatakan para orang tua harus memberi teladan agar tidak kecanduan pada gawai.
“Sekarang, bagaimana anak tidak kecanduan pada gawai, jika ayah dan ibunya juga asik berinternet saban malam. Padahal anaknya ingin ngobrol, curhat tentang sekolah dan temannya, atau diskusi yang agak berat," ujar Satriwan
Harus ada waktu momentum bersama anak di sore atau malam hari dimana gawai harus ditaruh dan tidak digunakan saat mendengarkan anak.
Jika hal itu tidak dipraktikkan maka jangan heran jika anak akan meniru idolanya di media sosial tanpa filter. Sebab karakter mereka dibentuk oleh idola dan media sosialnya bukan oleh orang tua dan gurunya.
Baca juga: Pemerintah umumkan seleksi satu juta guru PPPK tahun 2021 bagi guru honorer
Baca juga: Ini pernyataan Nadiem tentang mata pelajaran sejarah
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020