Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Republik Indonesia menerbangkan 26 tersangka teroris dari Gorontalo dan Makassar ke Jakarta, Kamis, untuk diperiksa lebih lanjut.
Puluhan teroris tersebut terdiri dari tujuh teroris dari Gorontalo dan 19 teroris dari Makassar.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divhumas Kepolisian Indonesia, Brigadir Jenderal Polisi Rusdi Hartono, di Jakarta, Kamis, menyatakan, kelompok Gorontalo ini dikenal dengan Ihwal Pakuato yang merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi ke ISIS.
Kelompok itu diketahui merencanakan penyerangan ke Markas Kepolisian Indonesia rumah dinas polisi, dan rumah pejabat di Gorontalo serta berencana merampok toko-toko di Gorontalo.
"Mereka mempersiapkan diri (dengan) melakukan latihan fisik bela diri kemudian memanah, melempar pisau dan menembak dengan senapan angin. Kelompok ini mempunyai kemampuan untuk merakit bom," katanya.
Sementara kelompok teroris Makassar juga merupakan jaringan JAD. "Kelompok ini memiliki rencana yang akan mengganggu kamtibmas dengan melakukan kegiatan bom bunuh diri," kata dia.
Ia menyebut, salah satu yang pernah terlibat dalam kelompok JAD Makassar ini adalah mendiang suami-istri Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh yang merupakan pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral, Jolo, Filipina, Januari 2019 silam.
Keduanya memiliki anak yang juga terlibat aksi terorisme. "Satu anak ditahan di Filipina karena aksi terorisme kelompok Abu Sayyaf, satu (anak) di Suriah, satu (anak) tertangkap di Makassar," katanya.
Tak hanya anak-anak mereka yang terlibat aksi terorisme, mereka juga memiliki menantu bernama Andi Baso yang juga menjadi teroris. Baso diketahui terlibat dalam kasus bom molotov di Gereja Oikumene, Samarinda, pada 2016 silam. "Artinya keluarga ini, bapak, ibu, anak dan menantu terlibat terorisme," kata Hartono.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
Puluhan teroris tersebut terdiri dari tujuh teroris dari Gorontalo dan 19 teroris dari Makassar.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divhumas Kepolisian Indonesia, Brigadir Jenderal Polisi Rusdi Hartono, di Jakarta, Kamis, menyatakan, kelompok Gorontalo ini dikenal dengan Ihwal Pakuato yang merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi ke ISIS.
Kelompok itu diketahui merencanakan penyerangan ke Markas Kepolisian Indonesia rumah dinas polisi, dan rumah pejabat di Gorontalo serta berencana merampok toko-toko di Gorontalo.
"Mereka mempersiapkan diri (dengan) melakukan latihan fisik bela diri kemudian memanah, melempar pisau dan menembak dengan senapan angin. Kelompok ini mempunyai kemampuan untuk merakit bom," katanya.
Sementara kelompok teroris Makassar juga merupakan jaringan JAD. "Kelompok ini memiliki rencana yang akan mengganggu kamtibmas dengan melakukan kegiatan bom bunuh diri," kata dia.
Ia menyebut, salah satu yang pernah terlibat dalam kelompok JAD Makassar ini adalah mendiang suami-istri Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh yang merupakan pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral, Jolo, Filipina, Januari 2019 silam.
Keduanya memiliki anak yang juga terlibat aksi terorisme. "Satu anak ditahan di Filipina karena aksi terorisme kelompok Abu Sayyaf, satu (anak) di Suriah, satu (anak) tertangkap di Makassar," katanya.
Tak hanya anak-anak mereka yang terlibat aksi terorisme, mereka juga memiliki menantu bernama Andi Baso yang juga menjadi teroris. Baso diketahui terlibat dalam kasus bom molotov di Gereja Oikumene, Samarinda, pada 2016 silam. "Artinya keluarga ini, bapak, ibu, anak dan menantu terlibat terorisme," kata Hartono.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021