Pembangkit Listrik Tenaga UAP (PLTU) Kalbar-1 unit dua berhasil sinkron atau menyalurkan daya yang dihasilkannya ke jaringan 150 kilovolt (kV) pada Sistem Khatulistiwa (28/4). Tambahan pembangkit ini semakin memperkuat keandalan pasokan listrik dan meningkatkan kemandirian energi nasional di Kalimantan Barat.
Pembangkit yang terletak di Desa Karimunting, Kec. Sungai Raya Kepulauan, Kab. Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat ini memiliki 2 unit pembangkitan yang masing-masing berkapasitas sebesar 100 megawatt (MW).
“Beroperasinya tambahan unit dari PLTU ini akan menurunkan volume pembelian listrik dari Sesco Malaysia sekitar 30 persen. Oleh sebab itu, kemandirian dan ketahanan energi khususnya di Kalimantan Barat ini tentunya juga akan meningkat,” ucap Direktur Bisnis Regional Sumatera dan Kalimantan, Wiluyo Kusdwiharto.
Sistem Khatulistiwa saat ini memiliki daya mampu pasok sebesar 492 Mega Watt (MW) dengan beban puncak sebesar 398 MW. Dengan tambahan pasokan daya listrik dari PLTU IPP Kalbar-1 ini, maka daya mampu pasok akan meningkat hingga 672 MW, sementara cadangan daya mencapai 274 MW.
“Dengan pasokan listrik yang cukup, sistem kelistrikan Khatulistiwa akan semakin andal dan mandiri, kondisi ini tentunya akan semakin mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi, khususnya di Kalimantan Barat,” ungkapnya.
Sebelumnya, unit satu pembangkit Independent Power Producer (IPP) ini telah berhasil terhubung ke Sistem Khatulistiwa pada 29 Desember 2020.
“Kami menargetkan pada pertengahan tahun ini seluruh unit sudah dapat beroperasi secara komersial untuk memenuhi kebutuhan listrik rakyat Kalbar di Sistem Khatulistiwa,” ujar Wiluyo.
Pembangkit listrik yang dikembangkan oleh PT GCL Indo Tenaga yang berdiri di lahan seluas 55 hektare ini dikembangkan untuk memangkas biaya pokok produksi listrik, mengurangi penggunaan pembangkit berbahan baku diesel, dan menghentikan pembangkit-pembangkit sewa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
Pembangkit yang terletak di Desa Karimunting, Kec. Sungai Raya Kepulauan, Kab. Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat ini memiliki 2 unit pembangkitan yang masing-masing berkapasitas sebesar 100 megawatt (MW).
“Beroperasinya tambahan unit dari PLTU ini akan menurunkan volume pembelian listrik dari Sesco Malaysia sekitar 30 persen. Oleh sebab itu, kemandirian dan ketahanan energi khususnya di Kalimantan Barat ini tentunya juga akan meningkat,” ucap Direktur Bisnis Regional Sumatera dan Kalimantan, Wiluyo Kusdwiharto.
Sistem Khatulistiwa saat ini memiliki daya mampu pasok sebesar 492 Mega Watt (MW) dengan beban puncak sebesar 398 MW. Dengan tambahan pasokan daya listrik dari PLTU IPP Kalbar-1 ini, maka daya mampu pasok akan meningkat hingga 672 MW, sementara cadangan daya mencapai 274 MW.
“Dengan pasokan listrik yang cukup, sistem kelistrikan Khatulistiwa akan semakin andal dan mandiri, kondisi ini tentunya akan semakin mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi, khususnya di Kalimantan Barat,” ungkapnya.
Sebelumnya, unit satu pembangkit Independent Power Producer (IPP) ini telah berhasil terhubung ke Sistem Khatulistiwa pada 29 Desember 2020.
“Kami menargetkan pada pertengahan tahun ini seluruh unit sudah dapat beroperasi secara komersial untuk memenuhi kebutuhan listrik rakyat Kalbar di Sistem Khatulistiwa,” ujar Wiluyo.
Pembangkit listrik yang dikembangkan oleh PT GCL Indo Tenaga yang berdiri di lahan seluas 55 hektare ini dikembangkan untuk memangkas biaya pokok produksi listrik, mengurangi penggunaan pembangkit berbahan baku diesel, dan menghentikan pembangkit-pembangkit sewa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021