Gubernur Kalbar Sutarmidji mengajak Muhammadiyah terus meningkatkan kiprah dalam meningkatkan SDM dan perekonomian di provinsi itu mengingat saat ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masih berada pada range 30.
"Dengan angka nilai sekitar 67,8 ini masih di bawah angka IPM Nasional yang berada pada nilai 71," ujar Sutarmidji saat mengikuti silaturrahim daring Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalbar di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kalbar, jalan Ahmad Yani, Kabupaten Kubu Raya, Sabtu pagi (22/5).
Ikut hadir dalam pertemuan tersebut Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nasir serta ratusan keluarga besar Muhammadiyah Kalbar.
Menurut Sutarmidji, untuk IPM perlu menjadi perhatian baik dari sektor pendidikan, ekonomi dan kesehatan.
Namun dari sisi ekonomi, Kalbar posisinya cukup menggembirakan yakni selalu berada di posisi urutan ke-4, terbaik se-Kalimantan. "Ini cukup menggembirakan, hanya saja ini masih ditopang dari sektor pertambangan. Tapi jika hanya dari sektor pertambangan, kita tidak menikmati itu. Walaupun CPO kita sudah cukup lumayan, sudah bisa di ekspor dari Kalbar, hanya saja sektor pertambangan ini harus diimbangi oleh sektor yang terbaharukan," kata Sutarmidji.
Ia juga berharap dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) muncul inovasi-inovasi dalam meningkatkan dan memicu pertumbuhan perekonomian di Kalbar.
"Perlu ada ragam pemikiran dari kalangan Muhammadiyah, sehingga Kalbar maju, dengan tetap menjaga lingkungan," ujar dia.
Ia juga sempat menyinggung pada tahun 2023 mendatang, Badan Narkotika Nasional (BNN) akan melarang tentang perdagangan kratom. Padahal, ujar dia, di Kabupaten Kapuas Hulu separuh masyarakat menggantungkan hidupnya pada kratom, bahkan sampai dengan di ekspor.
Ia menjelaskan bahwa kratom dilarang oleh BNN karena mengandung zat adiktif empat kali lebih banyak dibanding ganja meski dapat digunakan untuk meningkatkan imunitas dan menghilangkan rasa nyeri.
Mengenai pencegahan COVID-19, ia menilai masjid yang dikelola Muhammadiyah sudah memiliki prokes yang ketat. "Saya berharap Muhammadiyah bisa terus memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait pentingnya Protokol Kesehatan," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Dengan angka nilai sekitar 67,8 ini masih di bawah angka IPM Nasional yang berada pada nilai 71," ujar Sutarmidji saat mengikuti silaturrahim daring Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalbar di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kalbar, jalan Ahmad Yani, Kabupaten Kubu Raya, Sabtu pagi (22/5).
Ikut hadir dalam pertemuan tersebut Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nasir serta ratusan keluarga besar Muhammadiyah Kalbar.
Menurut Sutarmidji, untuk IPM perlu menjadi perhatian baik dari sektor pendidikan, ekonomi dan kesehatan.
Namun dari sisi ekonomi, Kalbar posisinya cukup menggembirakan yakni selalu berada di posisi urutan ke-4, terbaik se-Kalimantan. "Ini cukup menggembirakan, hanya saja ini masih ditopang dari sektor pertambangan. Tapi jika hanya dari sektor pertambangan, kita tidak menikmati itu. Walaupun CPO kita sudah cukup lumayan, sudah bisa di ekspor dari Kalbar, hanya saja sektor pertambangan ini harus diimbangi oleh sektor yang terbaharukan," kata Sutarmidji.
Ia juga berharap dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) muncul inovasi-inovasi dalam meningkatkan dan memicu pertumbuhan perekonomian di Kalbar.
"Perlu ada ragam pemikiran dari kalangan Muhammadiyah, sehingga Kalbar maju, dengan tetap menjaga lingkungan," ujar dia.
Ia juga sempat menyinggung pada tahun 2023 mendatang, Badan Narkotika Nasional (BNN) akan melarang tentang perdagangan kratom. Padahal, ujar dia, di Kabupaten Kapuas Hulu separuh masyarakat menggantungkan hidupnya pada kratom, bahkan sampai dengan di ekspor.
Ia menjelaskan bahwa kratom dilarang oleh BNN karena mengandung zat adiktif empat kali lebih banyak dibanding ganja meski dapat digunakan untuk meningkatkan imunitas dan menghilangkan rasa nyeri.
Mengenai pencegahan COVID-19, ia menilai masjid yang dikelola Muhammadiyah sudah memiliki prokes yang ketat. "Saya berharap Muhammadiyah bisa terus memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait pentingnya Protokol Kesehatan," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021