Unit Pelaksana Teknis Museum Kalimantan Barat merekrut sebanyak 170 peserta untuk mengikuti pelatihan sulam kalengkang, kain khas Kesultanan Pontianak, guna pelestarian budaya lokal.
"Kegiatan ini merupakan agenda tahunan untuk mengajak masyarakat belajar bersama, yang tujuannya mengedukasi masyarakat seperti latihan sulam kelengkang ini," kata Kepala UPT Museum Kalimantan Barat Kusmindari Triwati di Pontianak, Selasa.
Kegiatan tersebut diadakan selama lima bulan, yang berisi lima materi, dengan 10 kali pertemuan dan pesertanya juga berbeda-beda.Misalnya, ada yang darang dari Kota Singkawang, Pontianak, Kabupaten Mempawah, dan Kubu Raya.
"Ini merupakan budaya khas Keraton Kadariah Pontianak, kami berharap dengan kegiatan ini maka bisa melestarikan budaya lokal secara bersama-sama, karena kerajinan ini sudah langka dan pengrajinnya juga sudah sulit ditemui, dan alhamdulillah pesertanya hari ini juga banyak," katanya.
Sulam Kalengkang yang terdapat di Keraton Kadariah, biasanya dipakai oleh raja-raja. Selain itu, dijadikan pakaian, tutup saji, alas tempat tidur, dan sebagainya.
"Sulam ini merupakan ciri khas di keraton dan benangnya juga langka, nah kami berharap dengan mengadakan belajar sulam kalengkang semoga bisa menghidupkan para penyulam di Kalbar, khususnya di Pontianak, walaupun benangnya langka mudah-mudahan dengan aktifnya penyulam benangnya juga nantinya bisa dipasok ke sini dan tentunya harganya juga terjangkau," ujarnya.
Syarifah Aisyah Assegaf, penyulam asal Pontianak, mengatakan sejarah sulam kalengkang berasal dari Kesultanan Pontianak, seiring waktu mulai digemari masyarakat dan akhirnya menyebar ke luar daerah Pontianak.
"Asalnya dari kesultanan, dari nenek moyang, seiring waktu masyarakat Melayu Pontianak mulai menggemari akhirnya menyebar ke luar daerah, dan ciri khasnya coraknya yakni motif dari tanaman misalnya, pucuk rebung, padang terbakar, kembang, dan lainnya," katanya.
Ibrahim, peserta asal Mempawah, mengatakan alasannya ikut dalam kegiatannya tersebut, karena ingin ikut melestarikan budaya yang sudah mulai punah itu.
"Alasan saya ingin ikut pembuatan sulam kalengkang, karena ini kerajinan tradisional yang sudah jarang ditemui lagi, tertarik dengan bentuk-bentuknya dan budaya-budaya lama yang ingin kami munculkan lagi bagaimana proses pembuatan dan bahannya juga," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Kegiatan ini merupakan agenda tahunan untuk mengajak masyarakat belajar bersama, yang tujuannya mengedukasi masyarakat seperti latihan sulam kelengkang ini," kata Kepala UPT Museum Kalimantan Barat Kusmindari Triwati di Pontianak, Selasa.
Kegiatan tersebut diadakan selama lima bulan, yang berisi lima materi, dengan 10 kali pertemuan dan pesertanya juga berbeda-beda.Misalnya, ada yang darang dari Kota Singkawang, Pontianak, Kabupaten Mempawah, dan Kubu Raya.
"Ini merupakan budaya khas Keraton Kadariah Pontianak, kami berharap dengan kegiatan ini maka bisa melestarikan budaya lokal secara bersama-sama, karena kerajinan ini sudah langka dan pengrajinnya juga sudah sulit ditemui, dan alhamdulillah pesertanya hari ini juga banyak," katanya.
Sulam Kalengkang yang terdapat di Keraton Kadariah, biasanya dipakai oleh raja-raja. Selain itu, dijadikan pakaian, tutup saji, alas tempat tidur, dan sebagainya.
"Sulam ini merupakan ciri khas di keraton dan benangnya juga langka, nah kami berharap dengan mengadakan belajar sulam kalengkang semoga bisa menghidupkan para penyulam di Kalbar, khususnya di Pontianak, walaupun benangnya langka mudah-mudahan dengan aktifnya penyulam benangnya juga nantinya bisa dipasok ke sini dan tentunya harganya juga terjangkau," ujarnya.
Syarifah Aisyah Assegaf, penyulam asal Pontianak, mengatakan sejarah sulam kalengkang berasal dari Kesultanan Pontianak, seiring waktu mulai digemari masyarakat dan akhirnya menyebar ke luar daerah Pontianak.
"Asalnya dari kesultanan, dari nenek moyang, seiring waktu masyarakat Melayu Pontianak mulai menggemari akhirnya menyebar ke luar daerah, dan ciri khasnya coraknya yakni motif dari tanaman misalnya, pucuk rebung, padang terbakar, kembang, dan lainnya," katanya.
Ibrahim, peserta asal Mempawah, mengatakan alasannya ikut dalam kegiatannya tersebut, karena ingin ikut melestarikan budaya yang sudah mulai punah itu.
"Alasan saya ingin ikut pembuatan sulam kalengkang, karena ini kerajinan tradisional yang sudah jarang ditemui lagi, tertarik dengan bentuk-bentuknya dan budaya-budaya lama yang ingin kami munculkan lagi bagaimana proses pembuatan dan bahannya juga," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021