Direktur Jasa Kelautan Ditjen PRL Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Miftahul Huda mendorong perusahaan daerah ambil peran dalam ekosistem bisnis garam yang potensial di Provinsi Kalimantan Barat.

"Kalbar saat ini belum ada produksi garam secara signifikan. Sehingga menciptakan ekosistem bisnis garam yang ada di Kalbar. Jika perusahaan daerah menjadi penyiar utamanya maka akan lancar kebutuhan garam lokal," katanya dalam Webinar Nasional "Pengembangan Potensi Garam dari Air Laut Kalimantan Barat" Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Pontianak, Sabtu.

Baginya secara potensi Kalbar memiliki pantai yang memanjang dari Utara ke Selatan dan dari bahan baku air laut sangat bagus, umumnya 3,5 derajat boume.

"Namun sebagian lahan adalah lahan gambut yang bersifat hidrofilik atau menyerap air dengan cepat. Sehingga produksi sistem tambak dengan evaporasi total di tanah lebih sulit," jelasnya.

Untuk itu ia mengatakan, yang bisa digunakan dalam produksi garam adalah teknologi dengan full impermeable liner dengan lapis kedap air, baik dengan tunnel, prisma dan lainnya yang ada alas plastiknya.

"Dengan kondisi pasar yang potensial, fokus ke pengolahan yang notabene keuntungannya lebih besar, dapat menjadi pilihan yang menguntungkan. Hal ini perlu dikaji dalam masterplan dan roadmap pengembangannya," paparnya.

Dalam neraca komoditas pergaraman yang ditetapkan setiap tahun angka kebutuhan garam nasional saat ini sekitar 4,4 - 4,6 juta ton. Namun produksi garam nasional baru sekitar 2,5 juta ton.

"Dengan potensi garam di Kalbar paling tidak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daerah sebesar 6.000 ton per tahun. Kemudian dengan teknologi yang ada seperti teknologi prisma dan panel kemungkinan hanya bisa mencukupi 5-10 persen dari pasar," kata dia.

Untuk menciptakan ekosistem bisnis garam yang ada di Kalbar, jika perusahaan daerah menjadi penyiar utamanya maka akan lancar kebutuhan garam lokal.

"Dalam hal ini lebih baik didatangkan dari Jawa, misalnya yang notabene produsen tertinggi di Indonesia. Kemudian diolah di Kalbar dan dibuat menjadi merek sendiri. Hal ini agar kebutuhan garam di Kalbar tetap terpenuhi sekaligus menjamin harga garam bagi masyarakat di Jawa," katanya.

Ia mengatakan bahwa perlu melihat realita di lapangan ketika hendak mengembangkan potensi garam, salah satunya menghasilkan pabrik pengolahan garam tidak hanya sekadar bahan baku.

Hal ini akan menjadi pangsa pasar yang secara bisnis bisa dilakukan dan logis untuk dimulai di Kalbar.

"Jika ingin langsung memproduksi garam, intervensi modalnya besar. Sehingga menjamin pangsa pasar dahulu sangat diperlukan di Kalbar," kata dia.

Pewarta: Dedi /Rahma

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021