Di Kota Makassar, tepatnya di lokasi wisata Pantai Losari, selain disajikan pemandangan laut lepas dan pembangunan di atas lahan reklamasi, pengunjung dapat menikmati berwisata menggunakan kapal pinisi di seputar perairan Kota Makassar.
Seperti pada Minggu (18/10) pagi, saat serombongan pengurus Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dari berbagai provinsi di Indonesia, menikmati suasana Pantai Losari menjelang pulang ke tempat asal masing-masing.
Sebelumnya, AMSI menggelar focus group discussion selama dua hari mulai Jumat (15/10) hingga Sabtu (16/10) malam di Makassar, membahas tentang tingkat kepercayaan terhadap media online.
Tawaran menyusuri kawasan pesisir Kota Makassar menggunakan kapal pinisi pun tak ditolak. Ada dua jenis kapal pinisi, yang pertama lamba atau lambo. Yang kedua, palari dengan lunas yang melengkung dan ukurannya lebih kecil dari jenis lamba.
Kapal pinisi yang dinaiki rombongan adalah jenis palari. Kapal ini kini dikelola oleh anak-anak muda penggiat wisata di Kota Makassar menggunakan nama "Seven Sails".
Sedangkan kapal tersebut dikenal pula dengan nama Pinisi Pusaka Nusantara (Indonesia), yang dibangun sejak tahun 2015 dan pernah berlayar menyusuri bagian Indonesia Timur pada akhir 2018 selama lima bulan.
Menurut Irdham Awie, kapal pinisi jenis palari lebih mudah untuk melewati gelombang tinggi di lautan. "Pernah di kawasan Laut Banda, ombak setinggi empat meter, alhamdulillah kami tetap bisa melanjutkan perjalanan hingga selamat ke tujuan," kata Irdham. Ia menceritakan pengalaman saat membawa kapal tersebut menyusuri bagian Indonesia Timur. "Geladak kapal sampai tidak kelihatan karena terkena gelombang," ujar dia.
Kapal tersebut menggunakan kayu kualitas kelas satu seperti ulin atau besi. Kemudian dilapis dengan cat khusus sehingga tetap mengkilap namun warna kayu tetap muncul. Selain itu, fasilitas yang tersedia juga cukup lengkap. Ada WC duduk yang dilengkapi shower menggunakan air tawar.
Di bagian dek bawah, ada tempat tidur untuk beristirahat. Tersedia pula dapur khusus yang terletak di lantai dua kapal. Di lantai tiga, merupakan tempat kapten kapal. Selain itu, disediakan tempat bersantai di geladak bagian atas.
Saat kapal mulai berlayar secara perlahan, secangkir kopi disediakan pengelola. Ditambah kudapan ringan, membuat pikiran segar setelah berkutat dengan diskusi yang padat selama dua hari.
Air laut yang berwarna biru dan cuaca yang cerah, menjadi saat yang tepat untuk mengambil gambar.
Menurut pengelola Seven Sails, Akhmad Zulkarnane Zaenal, suasana sore hari menjadi pilihan utama warga yang ingin berwisata dengan kapal tersebut. "Mulai dari jam 5 sore sampai jam 8 malam," kata dia.
Meski wisata sudah mulai dibuka, namun mereka selaku pengelola tetap mengedepankan protokol kesehatan bagi pengunjung. Bagi yang berkunjung ke Kota Makassar, jangan lupa untuk menikmati wisata alam menggunakan perahu pinisi sembari membayangkan membelah lautan lepas.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
Seperti pada Minggu (18/10) pagi, saat serombongan pengurus Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dari berbagai provinsi di Indonesia, menikmati suasana Pantai Losari menjelang pulang ke tempat asal masing-masing.
Sebelumnya, AMSI menggelar focus group discussion selama dua hari mulai Jumat (15/10) hingga Sabtu (16/10) malam di Makassar, membahas tentang tingkat kepercayaan terhadap media online.
Tawaran menyusuri kawasan pesisir Kota Makassar menggunakan kapal pinisi pun tak ditolak. Ada dua jenis kapal pinisi, yang pertama lamba atau lambo. Yang kedua, palari dengan lunas yang melengkung dan ukurannya lebih kecil dari jenis lamba.
Kapal pinisi yang dinaiki rombongan adalah jenis palari. Kapal ini kini dikelola oleh anak-anak muda penggiat wisata di Kota Makassar menggunakan nama "Seven Sails".
Sedangkan kapal tersebut dikenal pula dengan nama Pinisi Pusaka Nusantara (Indonesia), yang dibangun sejak tahun 2015 dan pernah berlayar menyusuri bagian Indonesia Timur pada akhir 2018 selama lima bulan.
Menurut Irdham Awie, kapal pinisi jenis palari lebih mudah untuk melewati gelombang tinggi di lautan. "Pernah di kawasan Laut Banda, ombak setinggi empat meter, alhamdulillah kami tetap bisa melanjutkan perjalanan hingga selamat ke tujuan," kata Irdham. Ia menceritakan pengalaman saat membawa kapal tersebut menyusuri bagian Indonesia Timur. "Geladak kapal sampai tidak kelihatan karena terkena gelombang," ujar dia.
Kapal tersebut menggunakan kayu kualitas kelas satu seperti ulin atau besi. Kemudian dilapis dengan cat khusus sehingga tetap mengkilap namun warna kayu tetap muncul. Selain itu, fasilitas yang tersedia juga cukup lengkap. Ada WC duduk yang dilengkapi shower menggunakan air tawar.
Di bagian dek bawah, ada tempat tidur untuk beristirahat. Tersedia pula dapur khusus yang terletak di lantai dua kapal. Di lantai tiga, merupakan tempat kapten kapal. Selain itu, disediakan tempat bersantai di geladak bagian atas.
Saat kapal mulai berlayar secara perlahan, secangkir kopi disediakan pengelola. Ditambah kudapan ringan, membuat pikiran segar setelah berkutat dengan diskusi yang padat selama dua hari.
Air laut yang berwarna biru dan cuaca yang cerah, menjadi saat yang tepat untuk mengambil gambar.
Menurut pengelola Seven Sails, Akhmad Zulkarnane Zaenal, suasana sore hari menjadi pilihan utama warga yang ingin berwisata dengan kapal tersebut. "Mulai dari jam 5 sore sampai jam 8 malam," kata dia.
Meski wisata sudah mulai dibuka, namun mereka selaku pengelola tetap mengedepankan protokol kesehatan bagi pengunjung. Bagi yang berkunjung ke Kota Makassar, jangan lupa untuk menikmati wisata alam menggunakan perahu pinisi sembari membayangkan membelah lautan lepas.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021