Kementerian Komunikasi dan Informatika meminta masyarakat di seluruh Indonesia mewaspadai hoaks tentang COVID-19 yang masih terus ada sampai saat ini.

"Sejumlah hoaks yang masih terus menyebar di sekitar kita, dan menjadi salah satu kendala penanganan COVID-19 di Indonesia. Seperti COVID-19 harus terus kita lawan, persebaran hoaks harus kita tangkal," kata Juru Bicara Kominfo, Dedy Permadi, dalam siaran pers, Jumat.

Sejak Januari 2020 hingga 25 November 2021, Kominfo menemukan 1.999 isu hoaks dari 5.162 unggahan yang ada di media sosial. Kementerian sudah memutus akses terhadap 5.031 unggahan, sementara 131 lainnya masih dalam proses.

Facebook masih menjadi tempat terbanyak dalam penyebaran hoaks tentang COVID-19, yaitu 4.463 unggahan dari total yang ada.

Kominfo juga menemukan hoaks tentang vaksinasi COVID-19, yang secara total berjumlah 395 isu pada 2.449 unggahan di media sosial. Kominfo sudah memutus akses untuk seluruh unggahan ini.

Baca juga: Kominfo telah identifikasi 1.971 isu hoaks COVID-19 sejak Januari 2020

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat juga tidak luput menjadi sasaran hoaks, ada 48 isu dari 1.194 unggahan di media sosial. Unggahan hoaks soal ini paling banyak ditemukan di Facebook, yaitu 1.176.

Kominfo sudah menutup 1.038 unggahan hoaks seputar PPKM, 156 sisanya masih ditindaklanjuti.

Hoaks yang beredar seminggu terakhir antara lain CEO Pfizer ditangkap FBI karena pemalsuan data vaksin, Aliansi Dokter Dunia menyatakan virus corona varian Delta tidak ada dan mandi dengan ramuan soda kue, garam, epsom dan boraks untuk menghilangkan kandungan vaksin COVID-19.

Kominfo melihat hoaks, terutama yang berkaitan dengan virus corona, masih membayangi anak-anak. Siapa pun, terutama generasi muda, diharapkan tidak terancam hoaks, apalagi jika sampai menyebarkannya.

Laporan UNICEF tahun ini, dikutip dari Kominfo, merujuk pada studi di Jerman pada 2020, menunjukkan 76 persen dari 2.000 anak usia 14-24 tahun setidaknya terpapar hoaks sekali dalam seminggu.

Survei lainnya dari UNICEF pada 2019 menunjukkan tiga perempat dari 14.000 responden di 10 negara tidak bisa menentukan kebenaran dari informasi yang mereka terima.

Dalam laporan yang sama ditemukan bahwa penyebaran hoaks oleh mahasiswa di Indonesia bertujuan menyenangkan diri sendiri atau tanpa alasan tertentu.

Baca juga: Hoaks jadi tantangan terbesar sosialisasi vaksinasi COVID-19
Baca juga: Kabareskrim : Tindak tegas hoaks penanganan COVID-19


 

Pewarta: Natisha Andarningtyas

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021