Presidensi G20 yang diserahkan menjelang akhir 2021, sebuah berkah bagi Indonesia di tengah dunia mengalami ketidakstabilan karena pandemi COVID-19 yang hingga kini belum berakhir.

Sebuah estafet kepemimpinan yang sangat strategis mengingat anggota G20 adalah negara-negara yang mewakili setidaknya 85 persen perekonomian dunia, 79 persen perdagangan global, 80 persen investasi global dan sekitar 65 persen penduduk dunia.

Bayangkan, betapa kuatnya kekuatan negara-negara yang bakal dipimpin Indonesia selama satu tahun ini. Ada Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Uni Eropa, Prancis, Jerman, India, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris dan Amerika Serikat, selain Indonesia.

Akan ada pertemuan secara fisik yang melibatkan sekitar 6.500 delegasi asing.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dijadwalkan pada November 2022 di Bali dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Rangkaian acara G20 Indonesia digelar dari tanggal 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022.

Tema yang diangkat adalah Recover Together, Recover Stronger G20 atau Pulih Bersama, Bangkit Perkasa.

Dari tema ini terlihat bahwa, di tengah ketidakpastian seperti saat ini dibutuhkan kebersamaan atau semangat gotong royong sehingga tidak ada yang merasa meninggalkan atau ditinggalkan yang lain. Sebuah semangat yang berasal dari keluhuran Bangsa Indonesia secara turun temurun.

Di Indonesia, kegiatan pun tidak hanya terpusat di DKI Jakarta atau Bali.

Ada 13 provinsi lain yang menjadi lokasi rangkaian kegiatan terkait Presidensi G20 di Indonesia. Sekaligus menjadi langkah efektif untuk mengenalkan ke berbagai belahan dunia bahwa Indonesia itu punya banyak tempat yang menarik dikunjungi, tidak hanya Jakarta atau Bali.


Keuntungan
Dalam rangkaian kegiatan yang disiapkan, Kalimantan menjadi lokasi untuk dua acara berdasarkan pemetaan yang dibuat oleh Kementerian Perdagangan. Salah satunya di Banjarmasin (Kalsel) dan kemungkinan besar Pontianak (Kalbar).

Adalah sebuah kebanggaan jika Pontianak memang masuk dalam side event dari rangkaian acara Presidensi G20 Indonesia.

Dari sekian puluh kota di Indonesia, dari sekian puluh provinsi di Indonesia, Pontianak dan Kalbar menjadi salah satu yang terpilih. Tentu bukan hal mudah untuk menetapkan sebuah lokasi. Ada berbagai pertimbangan lain dari sudut pandang pemerintah pusat.

Dari sisi kesiapan, Kota Pontianak dan Kalbar mempunyai beberapa kelebihan.

Akses penerbangan dari Jakarta maupun kota besar lain di Indonesia tersedia setiap hari. Waktu tempuh juga terbilang singkat, rata-rata 1 jam lebih 10 menit hingga 30 menit.

Hotel jaringan internasional, hotel lokal kualitas bintang lima pun telah tersedia. Tidak hanya di Kota Pontianak, beberapa kota lain juga ada seperti Kabupaten Kubu Raya dan Kota Singkawang.

Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono sudah mempromosikan bahwa kuliner menjadi salah satu unggulan usaha di kota tersebut selain menjadi pusat bisnis, perdagangan dan jasa di Kalbar.


Peran Strategis
Ada tiga isu utama yang diangkat dalam Presidensi G20 Indonesia. Pertama, arsitektur kesehatan global. Kedua, transisi menuju ekonomi dan energi hijau. Ketiga, digitalisasi/transformasi digital.

Apa urgensi Kalbar dalam tiga isu utama tersebut?
Dari tiga isu tersebut, setidaknya ada dua yang dapat berkaitan erat dengan Kalbar yakni mengenai ekonomi dan energi hijau, serta digitalisasi/transformasi digital.

Indonesia mengajukan pemanfaatan energi terbarukan atau optimalisasi energi hijau menjadi salah satu tema prioritas mengingat saat ini G20 menyumbang sekitar 75 persen permintaan energi global.

Di sisi lain, G20 sedang berupaya memperkuat sistem energi global yang berkelanjutan dan transisi yang berkeadilan.

Kalbar sebagai salah satu daerah yang dilintasi garis khatulistiwa, mempunyai potensi untuk pemanfaatan energi terbarukan. Selain itu, Kalbar merupakan daerah penghasil energi nabati berskala besar dari bahan baku kelapa sawit.

Pemanfaatan energi nuklir sebagai sumber energi, Kalbar juga tengah disiapkan menjadi salah satu daerah yang mungkin akan dibangun pembangkit listrik negara nuklir.

Kalbar juga bagian dari kawasan Heart of Borneo (HoB). Pengembangan kawasan Heart of Borneo (HoB) dengan konsep ekonomi hijau dilakukan untuk pengelolaan yang berbasis pengembangan berkelanjutan di luar kawasan konservasi telah dibahas sejak bertahun silam.

Sementara untuk digitalisasi, Kalbar merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan terletak di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) 1 yang menjadi perlintasan dari bumi bagian utara ke selatan atau sebaliknya, yang melewati Selat Sunda, Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut China Selatan.

ALKI ditetapkan untuk menghubungkan dua perairan bebas yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Jadi, semua kapal dan pesawat udara asing yang mau melintas dari utara ke selatan harus melalui ALKI.

Dengan posisi yang strategis ini, menjadi peluang bagi Kalbar untuk lebih mudah memasarkan produk lokal baik sumber daya alam maupun hasil UMKM setempat. Melalui digitalisasi, akan mempermudah akses untuk memperluas pangsa pasar.

Ditambah hadirnya Pelabuhan Kijing di Kabupaten Mempawah yang disiapkan menjadi pelabuhan internasional terbesar di Kalimantan, dapat memicu tumbuhnya kawasan ekonomi baru di Kalbar.

Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak DR Muhammad Fahmi menambahkan, Presidensi G20 Indonesia menjadi peluang bagi Kalbar untuk mengembangkan ekosistem digital di perbatasan karena sangat potensial dalam meningkatkan ekonomi daerah.

Ekosistem digital di daerah perbatasan sangat potensial untuk dijalankan karena wilayah ini merupakan sumber produksi yang bermanfaat untuk mendukung kinerja perekonomian.

Bukan tidak mungkin dengan adanya Presidensi G20 Indonesia, mimpi menjadikan Kalbar sebagai pusat ekonomi baru di wilayah Kalimantan, menjadi lebih cepat terwujud.

 

Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022