Dinas Pertanian Peternakan dan Perkebunan (Distanakbun) Kabupaten Ketapang merespon cepat. Serta langsung menangani kasus terduga (suspect) Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terhadap ternak di Ketapang. 

"Ada 12 ternak khususnya sapi dari populasi 32 ribu lebih di Ketapang ini yang suspek PMK dan semua sudah kita tangani," ungkap Kepala Distanakbun, Sikat Gudag melalui Medik Veteriner Subkoordinator Kesmavet
Distanakbun Ketapang, Drh Eko Sutanto di Ketapang, Rabu. 

Eko memaparkan 12 sapi suspek PMK itu yakni Kecamatan Manis Mata khususnya di Desa Asam Besar ada dua ekor. Kemudian di Kecamatan Benua Kayong khususnya Kelurahan Mulia Kerta tiga ekor dan Desa Kinjil Pesisir tujuh ekor. 

Ia menjelaskan suspek adalah ternak yang menunjukkan gejala klinis mengarah ke PMK. Artinya belum dinyatakan positif karena menentukan positif atau negatif ternak mengalami PMK harus melalui uji laboratorium.

"Kita sudah mendatangi tempat ternak suspek PMK itu bersama pihak terkait. Serta mengambil sampel darah untuk pengecekan, hanya sampai sekang kita belum dapat hasilnya," jelasnya. 

Eko menegaskan, namun perkembangannya setelah sepakan, saat ini 11 ekor sudah dinyatakan sembuh. "Jadi saat ini tinggal satu ekor di Benua Kayong tapi sudah mulai membaik," tuturnya.  

Ia menceritakan, pihaknya mulai mendapatkan kabar adanya kasus suspek terhadap sapu di Ketapang pada 20 April lalu. Kemudian langsung membuat surat imbauan pada 9 Mei. Serta melakukan rapat koordinasi dengan pihak terkait hingga pengecekan ke lapangan. 

Hasil investigasi, kasus ini bermula dari pengusaha di Ketapang mendatangkan 20 sapi dari Kalimantan Tegah (Kalteng) untuk persiapan Hari Raya Idul Fitri. Kemudian semua sapi itu sudah dipotong tiga hari sebelum lebaran. 

Selanjutnya baru pada 6 Mei pihaknya mendapat informasi dari petugas di lapangan bahwa ada sapi lokal menunjukkan mengarah sakit PMK. 
Setelah di cek ternyata memang gejalanya mengarah ke PMK. "Pertama ditemukan di Mulia Kerta berdekatan dengan pengusaha yang mendatang sapi dari Kalteng itu," tutur Eko. 

"Kemudian di Kinjil Pesisir, ternyata kandangnya sempat dijadikan tempat menampung sapi yang didatangkan dari Kalteng tersebut. Sedangkan di Manis Mata, dua sapi itu berasal dari Kalteng, bukan sapi asli lokal," lanjutnya. 

Pihaknya juga sudah melakukan pengecekan di kecamatan lain hasilnya tidak ditemukan kasus serupa. Bahkan hingga saat ini belum ada mendapatkan laporan adanya hewan ternak suspek PMK. 

"Perlu masyarakat ketahui bahwa sapi suspek PMK ini ketika dipotong dan dagingnya tetap aman dikonsumsi. Lantaran sifat penyakitnya tidak menular kepada manusia," jelas Eko. 

Ia pun mengimbau terhadap peternak yang memiliki sapi kurang sehat agar jangan dijual. "Kita imbau kepada peternak jangan panik kalau menemukan sapi mengarah ke PMK. Di antara tanda-tandanya yakni demam, nafsu makan turun, berliur dan malas berdiri," paparnya. 

"Segera lapor kepada petugas setempat agar bisa cepat diobati. Kemudian dilarang menjual belikan sapi sedang sakit karena mempermudah penyebaran sakitnya. Pisahkan sapi sakit terlebih bergejala PMK dengan sapi lain yang sehat," imbau Eko. 

Pewarta: Subandi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022