Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat Hary Agung Tjahyadi mengatakan pihaknya mengirimkan sampel ke Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan untuk mengetahui sub varian Omicron BA.4 dan BA.5, dalam upaya mengantisipasi masuknya varian virus tersebut di Kalbar.
"Sampel yang dikirim itu dengan CT di bawah 30, di mana pengiriman sampel untuk dilakukan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) atau pengurutan genom bertambah. Pemeriksaan itu untuk mengetahui apakah sampel masuk dalam sub varian Omicron BA.4 dan BA.5," kata Hary di Pontianak, Minggu.
Baca juga: 126 orang di Kubu Raya masih dirawat akibat COVID-19 varian Omicron
Baca juga: Terdeteksi Omicron, Korea Utara Lockdown
Dia menjelaskan, sampai hari ini dari pemeriksaan sampel itu belum ditemukan sub varian Omicron BA.4 dan BA.5.
"Kami tetap lakukan terus pemeriksaan secara prosedural, sehingga perkembangan kasusnya dan jenis varian bisa diketahui," kata dia.
Secara terpisah, Ahli Epidemiologi dari Poltekkes Pontianak, Malik Saepudin mengatakan pemerintah daerah perlu meningkatkan mitigasi COVID-19 terkait dengan temuan kasus sub varian Omicron BA.4 dan BA.5.
Baca juga: Airlangga : Tren kenaikan kasus COVID-19 varian Omicron masih terjadi di Kalbar
Baca juga: Kematian akibat COVID meningkat, kamar mayat di Hong Kong kewalahan
Malik menyebutkan data terakhir, terdapat satu orang terinfeksi BA.4 dan tiga orang lain BA.5. Kondisi ini dinilai bisa menimbulkan kekhawatiran di tengah pelonggaran masker di Indonesia termasuk di Kalimantan Barat.
Turunan varian Omicron BA.4 dan BA.5 mesti diwaspadai lantaran memiliki mutasi yang sama dengan variant of concern Delta. Sub varian BA.4 dan BA.5 mampu melakukan reinfeksi, artinya dapat menginfeksi orang yang sudah divaksin atau terkena COVID-19.
Hal ini diperparah jika PPKM dicabut, pelaksanaan vaksinasi menurun, dan perilaku masyarakat memakai masker juga buruk.
"Jika dominan dalam dua pekan maka bisa menyebabkan peningkatan jumlah kasus terinfeksi," kata Malik.
Baca juga: Tren kasus COVID-19 mulai melandai
Baca juga: Varian Delta masih dominan di Pontianak
Malik melanjutkan mitigasi yang dilakukan mulai dari tingkat provinsi hingga ke RT dan RW. Pemerintah perlu menyiapkan strategi penanganan bencana dengan mitigasi bencana di saat pandemi COVID-19.
"Pemerintah dan masyarakat saling berkontribusi, kolaborasi dan koordinasi dalam upaya pengurangan resiko penyebaran COVID-19," tuturnya.
Lalu diperlukan rekonstruksi program penanganan COVID-19 selama pandemi pada tahun 2021 yang berhasil menekan laju peningkatan kasus dengan baik sesuai kearifan lokal.
Baca juga: Pemprov Kalbar percepat vaksinasi cegah lonjakan kasus
"Kegiatan itu ditulis kembali, dan dijadikan sebuah pedoman standar (SOP) dalam penangan COVID-19 di Kalbar," kata dia.
Ia berharap dengan mitigasi yang memadai dan maksimal, maka potensi sub varian BA.4 dan BA.5 ini tidak akan menciptakan gelombang baru dalam beberapa minggu atau bulan ke depan.
Baca juga: Empat rekomendasi epidemiolog untuk strategi pengendalian penularan Omicron
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
"Sampel yang dikirim itu dengan CT di bawah 30, di mana pengiriman sampel untuk dilakukan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) atau pengurutan genom bertambah. Pemeriksaan itu untuk mengetahui apakah sampel masuk dalam sub varian Omicron BA.4 dan BA.5," kata Hary di Pontianak, Minggu.
Baca juga: 126 orang di Kubu Raya masih dirawat akibat COVID-19 varian Omicron
Baca juga: Terdeteksi Omicron, Korea Utara Lockdown
Dia menjelaskan, sampai hari ini dari pemeriksaan sampel itu belum ditemukan sub varian Omicron BA.4 dan BA.5.
"Kami tetap lakukan terus pemeriksaan secara prosedural, sehingga perkembangan kasusnya dan jenis varian bisa diketahui," kata dia.
Secara terpisah, Ahli Epidemiologi dari Poltekkes Pontianak, Malik Saepudin mengatakan pemerintah daerah perlu meningkatkan mitigasi COVID-19 terkait dengan temuan kasus sub varian Omicron BA.4 dan BA.5.
Baca juga: Airlangga : Tren kenaikan kasus COVID-19 varian Omicron masih terjadi di Kalbar
Baca juga: Kematian akibat COVID meningkat, kamar mayat di Hong Kong kewalahan
Malik menyebutkan data terakhir, terdapat satu orang terinfeksi BA.4 dan tiga orang lain BA.5. Kondisi ini dinilai bisa menimbulkan kekhawatiran di tengah pelonggaran masker di Indonesia termasuk di Kalimantan Barat.
Turunan varian Omicron BA.4 dan BA.5 mesti diwaspadai lantaran memiliki mutasi yang sama dengan variant of concern Delta. Sub varian BA.4 dan BA.5 mampu melakukan reinfeksi, artinya dapat menginfeksi orang yang sudah divaksin atau terkena COVID-19.
Hal ini diperparah jika PPKM dicabut, pelaksanaan vaksinasi menurun, dan perilaku masyarakat memakai masker juga buruk.
"Jika dominan dalam dua pekan maka bisa menyebabkan peningkatan jumlah kasus terinfeksi," kata Malik.
Baca juga: Tren kasus COVID-19 mulai melandai
Baca juga: Varian Delta masih dominan di Pontianak
Malik melanjutkan mitigasi yang dilakukan mulai dari tingkat provinsi hingga ke RT dan RW. Pemerintah perlu menyiapkan strategi penanganan bencana dengan mitigasi bencana di saat pandemi COVID-19.
"Pemerintah dan masyarakat saling berkontribusi, kolaborasi dan koordinasi dalam upaya pengurangan resiko penyebaran COVID-19," tuturnya.
Lalu diperlukan rekonstruksi program penanganan COVID-19 selama pandemi pada tahun 2021 yang berhasil menekan laju peningkatan kasus dengan baik sesuai kearifan lokal.
Baca juga: Pemprov Kalbar percepat vaksinasi cegah lonjakan kasus
"Kegiatan itu ditulis kembali, dan dijadikan sebuah pedoman standar (SOP) dalam penangan COVID-19 di Kalbar," kata dia.
Ia berharap dengan mitigasi yang memadai dan maksimal, maka potensi sub varian BA.4 dan BA.5 ini tidak akan menciptakan gelombang baru dalam beberapa minggu atau bulan ke depan.
Baca juga: Empat rekomendasi epidemiolog untuk strategi pengendalian penularan Omicron
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022