Forum Evolving Treatment Methodologies in Addiction (ETMA) menyebutkan bahwa kalangan perokok dewasa perlu diberikan ragam pilihan produk tembakau alternatif guna membantu mereka keluar dari candu dan beralih dari kebiasaan merokok.
Dalam salah satu diskusi bertema “How Effective is Harm Reduction as a Form Treatment?”, Sharifah Ezzat Wan Puteh dari Manajemen Rumah Sakit dan Ekonomi Kesehatan Universiti Kebangsaan Malaysia mengatakan bahwa perokok dewasa akan terus tetap merokok apabila tidak disediakan produk alternatif.
Kondisi tersebut tergambarkan ketika Pemerintah Malaysia melarang beberapa varian rasa pada rokok elektrik dijual di pasaran beberapa waktu lalu. Apalagi, Pemerintah Malaysia belum lama ini merencanakan regulasi yang mengatur tentang larangan merokok dan kepemilikan tembakau, termasuk rokok elektrik, bagi warganya yang lahir setelah tahun 2007.
Baca juga: Lantamal-Bea Cukai gagalkan penyelundupan miras dan rokok ilegal asal Singapura
Baca juga: Pemkot Pontianak deklarasi kawasan tanpa rokok untuk lindungi anak
"Ketika itu terjadi, pada akhirnya prevalensi merokok akan meningkat lagi. Ini akan menjadi kerugian bagi Malaysia jika rokok elektrik dengan rokok diatur lewat regulasi yang sama,” kata Sharifah dalam forum tersebut pada Rabu.
Dengan aturan tersebut, Sharifah menjelaskan, perokok dewasa tidak memiliki pilihan untuk berhenti merokok, seperti rokok elektrik dan produk tembakau alternatif lainnya yang terbukti mampu mengurangi risiko kesehatan. Sebab, penggunaan terapi pengganti nikotin tidak cukup efektif membantu perokok dewasa untuk menghentikan kebiasaannya.
“Kami memiliki makalah penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan terapi pengganti nikotin (untuk berhenti merokok) cukup suram. Beberapa tidak berhasil dengan terapi pengganti nikotin,” ujar Sharifah.
Ia mengungkapkan para peneliti telah berbicara langsung dengan pemerintah, sekaligus menyajikan data-data ilmiah mengenai produk tembakau alternatif. “Padahal, penelitian ini sebenarnya justru bermanfaat,” tuturnya.
Baca juga: Hentikan penjualan rokok ketengan demi cegah perokok anak
Baca juga: Dokter sebut ketika mata terkena abu rokok, jangan langsung diusap
Sharifah meneruskan, Selandia Baru melakukan pendekatan yang berbeda dengan Malaysia. Negeri Kiwi tersebut memanfaatkan produk tembakau alternatif untuk menekan prevalensi merokok dan memperkuatnya dengan regulasi yang berbasis fakta.
Di Selandia Baru, pengaturan antara rokok yang dibakar berbeda dengan produk tembakau alternatif. Dalam aturannya menekankan bahwa produk tersebut tidak boleh diakses oleh mereka yang masih di bawah usia 18 tahun ke atas dan non-perokok.
“Ada ketentuan tentang batasan usia, itu berarti Anda tidak seharusnya memberikan akses terhadap anak-anak dan sebagainya. Namun Malaysia justru melarang total sehingga akan menciptakan permasalahan terhadap barang selundupan di pasar gelap sehingga harganya akan sangat murah dan mudah diakses,” ungkapnya.
Dalam sesi diskusi berbeda, Anggota Parlemen Victoria dan Ketua Reason Party Fiona Patten menambahkan, Selandia Baru telah berada di jalan yang tepat dalam mewujudkan program Bebas Asap 2025 dengan mendukung keberadaan produk tembakau alternatif.
"Mereka (Selandia Baru) tidak ada rencana larangan rokok elektrik,” ujar Fiona.
Baca juga: Produk tembakau alternatif 50 persen efektif kurangi kecanduan nikotin
Peralihan konsumsi dari rokok konvensional ke produk alternatif dapat mengurangi risiko penyakit gigi dan mulut pada perokok aktif, kata akademisi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran (Unpad) Dr. drg. Amaliya, M.Sc, PhD.
Untuk itu, selain rutin memeriksakan gigi dan mulut, para pecandu rokok diharapkan segera berhenti merokok demi menjaga kesehatan rongga mulut hingga paru-paru.
Amaliya berpesan, apabila perokok sulit berhenti karena sudah kecanduan, tidak ada salahnya mengalihkan kebiasaan itu dengan produk alternatif yang menurut penelitian lebih rendah risiko.
"Pada produk tersebut tidak ada pembakaran. Pembakaran menyebabkan terbentuknya TAR (total aerosol residue) dan zat lain yang bersifat toksik,” kata Amaliya dalam siaran pers, Minggu (7/11).
Ia menjelaskan, rokok konvensional yang dibakar mengeluarkan zat beracun TAR yang menjadi pemicu kanker dan membuat gigi berwarna kuning. Sedangkan produk alternatif memiliki risiko lebih rendah karena tembakau tidak dibakar, melainkan dipanaskan sehingga yang keluar bukanlah asap, namun uap.
Baca selanjutnya: Produk alternatif dapat kurangi risiko penyakit gigi dan mulut perokok
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
Dalam salah satu diskusi bertema “How Effective is Harm Reduction as a Form Treatment?”, Sharifah Ezzat Wan Puteh dari Manajemen Rumah Sakit dan Ekonomi Kesehatan Universiti Kebangsaan Malaysia mengatakan bahwa perokok dewasa akan terus tetap merokok apabila tidak disediakan produk alternatif.
Kondisi tersebut tergambarkan ketika Pemerintah Malaysia melarang beberapa varian rasa pada rokok elektrik dijual di pasaran beberapa waktu lalu. Apalagi, Pemerintah Malaysia belum lama ini merencanakan regulasi yang mengatur tentang larangan merokok dan kepemilikan tembakau, termasuk rokok elektrik, bagi warganya yang lahir setelah tahun 2007.
Baca juga: Lantamal-Bea Cukai gagalkan penyelundupan miras dan rokok ilegal asal Singapura
Baca juga: Pemkot Pontianak deklarasi kawasan tanpa rokok untuk lindungi anak
"Ketika itu terjadi, pada akhirnya prevalensi merokok akan meningkat lagi. Ini akan menjadi kerugian bagi Malaysia jika rokok elektrik dengan rokok diatur lewat regulasi yang sama,” kata Sharifah dalam forum tersebut pada Rabu.
Dengan aturan tersebut, Sharifah menjelaskan, perokok dewasa tidak memiliki pilihan untuk berhenti merokok, seperti rokok elektrik dan produk tembakau alternatif lainnya yang terbukti mampu mengurangi risiko kesehatan. Sebab, penggunaan terapi pengganti nikotin tidak cukup efektif membantu perokok dewasa untuk menghentikan kebiasaannya.
“Kami memiliki makalah penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan terapi pengganti nikotin (untuk berhenti merokok) cukup suram. Beberapa tidak berhasil dengan terapi pengganti nikotin,” ujar Sharifah.
Ia mengungkapkan para peneliti telah berbicara langsung dengan pemerintah, sekaligus menyajikan data-data ilmiah mengenai produk tembakau alternatif. “Padahal, penelitian ini sebenarnya justru bermanfaat,” tuturnya.
Baca juga: Hentikan penjualan rokok ketengan demi cegah perokok anak
Baca juga: Dokter sebut ketika mata terkena abu rokok, jangan langsung diusap
Sharifah meneruskan, Selandia Baru melakukan pendekatan yang berbeda dengan Malaysia. Negeri Kiwi tersebut memanfaatkan produk tembakau alternatif untuk menekan prevalensi merokok dan memperkuatnya dengan regulasi yang berbasis fakta.
Di Selandia Baru, pengaturan antara rokok yang dibakar berbeda dengan produk tembakau alternatif. Dalam aturannya menekankan bahwa produk tersebut tidak boleh diakses oleh mereka yang masih di bawah usia 18 tahun ke atas dan non-perokok.
“Ada ketentuan tentang batasan usia, itu berarti Anda tidak seharusnya memberikan akses terhadap anak-anak dan sebagainya. Namun Malaysia justru melarang total sehingga akan menciptakan permasalahan terhadap barang selundupan di pasar gelap sehingga harganya akan sangat murah dan mudah diakses,” ungkapnya.
Dalam sesi diskusi berbeda, Anggota Parlemen Victoria dan Ketua Reason Party Fiona Patten menambahkan, Selandia Baru telah berada di jalan yang tepat dalam mewujudkan program Bebas Asap 2025 dengan mendukung keberadaan produk tembakau alternatif.
"Mereka (Selandia Baru) tidak ada rencana larangan rokok elektrik,” ujar Fiona.
Baca juga: Produk tembakau alternatif 50 persen efektif kurangi kecanduan nikotin
Peralihan konsumsi dari rokok konvensional ke produk alternatif dapat mengurangi risiko penyakit gigi dan mulut pada perokok aktif, kata akademisi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran (Unpad) Dr. drg. Amaliya, M.Sc, PhD.
Untuk itu, selain rutin memeriksakan gigi dan mulut, para pecandu rokok diharapkan segera berhenti merokok demi menjaga kesehatan rongga mulut hingga paru-paru.
Amaliya berpesan, apabila perokok sulit berhenti karena sudah kecanduan, tidak ada salahnya mengalihkan kebiasaan itu dengan produk alternatif yang menurut penelitian lebih rendah risiko.
"Pada produk tersebut tidak ada pembakaran. Pembakaran menyebabkan terbentuknya TAR (total aerosol residue) dan zat lain yang bersifat toksik,” kata Amaliya dalam siaran pers, Minggu (7/11).
Ia menjelaskan, rokok konvensional yang dibakar mengeluarkan zat beracun TAR yang menjadi pemicu kanker dan membuat gigi berwarna kuning. Sedangkan produk alternatif memiliki risiko lebih rendah karena tembakau tidak dibakar, melainkan dipanaskan sehingga yang keluar bukanlah asap, namun uap.
Baca selanjutnya: Produk alternatif dapat kurangi risiko penyakit gigi dan mulut perokok
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022