Spesialis gizi klinik dr Arti Indira, MGz, SpGK, FINEM mengatakan penyakit degeneratif seperti obesitas dan hipertensi tidak disebabkan oleh bumbu umami seperti monosodium glutamate (MSG).
"Penyebab obesitas itu sendiri sangat kompleks (multi-faktorial), sehingga tidak bisa disebabkan dari satu faktor saja," kata dr Arti dalam siaran pers diterima di Jakarta pada Rabu.
Menurut dia penyebab obesitas berhubungan erat dengan asupan makan, aktifitas fisik, genetik dan lingkungan. "Sejauh ini tidak ada penelitian yang menitikberatkan bahwa obesitas disebabkan oleh bumbu penyedap seperti MSG."
Baca juga: Chef Billy Kalangi Iklani Penyedap Rasa Alami
Baca juga: Menu "Kachimeshi" sajian Ajinomoto Indonesia di SEA Games ke-31
Salah satu penyebab terbesar obesitas menurut dia adalah pola makan berlebihan.
"Oleh sebab itu, pola makan harus diperbaiki yakni dengan pengaturan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman," katanya.
Untuk menghindari obesitas, disarankan agar mengonsumsi makanan yang bergizi serta mengurangi konsumsi garam. Standar penggunaan garam yang ideal adalah kurang dari 5 gram.
Sependapat dengan dr Arti, Katarina Larasati – Public Relations Manager PT Ajinomoto Indonesia menyampaikan bahwa saat ini Ajinomoto sedang menggiatkan kampanye Bijak Garam yang memang sejalan dengan anjuran Kementerian Kesehatan RI terkait pengurangan asupan Gula, Garam, Lemak (GGL) dalam konsumsi sehari-hari.
"Melalui kampanye Bijak Garam yang sedang digiatkan ini, Ajinomoto ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diet rendah garam dan mengajak keluarga Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan atau penggunaan garam dalam mengolah makanan, namun tetap bisa memperoleh cita rasa yang tinggi," katanya.
Berbagai menu Bijak Garam dapat diakses melalui laman Dapur Umami.
Baca juga: Ahli gizi ingatkan lansia batasi konsumsi GGL
Obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang sejak beberapa waktu lalu sudah dimasukkan ke dalam kategori penyakit oleh para pakar kesehatan. Pertimbangannya didasarkan pada aspek dampak dan upaya pencegahan serta pengendalian yang membutuhkan intervensi luas.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2016 menunjukkan lebih dari 1,9 miliar atau 39 persen orang di dunia berusia lebih dari 18 tahun memiliki berat badan berlebih dan 650 juta di antaranya obesitas.
Hasil The 2018 Congress on Obesity di Wina, Austria memprediksi, sebanyak 22 persen masyarakat dunia mengalami obesitas pada tahun 2045. Kemudian, 1 dari 8 orang akan mengalami diabetes tipe 2 atau naik 9 persen dibandingkan tahun 2017, yang salah satunya bisa dipicu akibat kondisi obesitas.
Baca selengkapnya: Ikhtiar menolak kegemukan sejak usia muda
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022