Mahasiswa, ilmuwan dan pegiat perikanan di Indonesia ditantang Marine Stewardship Council (MSC), organisasi nirlaba yang berfokus mendorong perikanan berkelanjutan, untuk mendapatkan dana hibah penelitian Ocean Stewardship Fund (OSF) 2023, yang jumlah totalnya senilai Rp16 miliar.

"Sejak 2019, MSC memberikan 71 hibah penelitian untuk proyek dan perikanan yang mencakup 21 negara. Tahun 2023 ini, total beasiswa penelitian yang disiapkan berjumlah 1 juta poundsterling atau setara Rp16 miliar," kata Direktur Program MSC Indonesia Hirmen Syofyanto dalam penjelasan kepada ANTARA di Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Ia menjelaskan jenis pendanaan antara lain Science and Research Fund (SRF) untuk mendukung penelitian perikanan bersertifikat MSC mempertahankan praktik terbaik mereka, TheTransition Assistance Fund (TAF) untuk membantu perikanan di negara berkembang mencapai standar perikanan berkelanjutan, TheRecertification Assistance Fund (RAF) untuk sertifikasi ulang perikanan ke program MSC dan Student Research Grants(SRG) yang diberikan kepada mahasiswa pascasarjana untuk bekerja sama dengan perikanan bersertifikat.

Pada pendanaan tahun 2023, katanya, SRF membuka peluang proposal yang berkaitan dengan pengurangan tangkapan sampingan atau "bycatch" yang mencakup modifikasi alat tangkap, penilaian dampak atau program penelitian inovatif untuk perikanan bersertifikat.

Baca juga: Lima mahasiswa Indonesia di Wuhan dinyatakan lulus
Baca juga: Mahasiswa kedokteran Indonesia di China protes wacana kemudahan praktik dokter asing

Pendanaan penelitian bagi mahasiswa pascasarjana SRG juga kembali dibuka dengan dukungan 5.000 poundsterling selama 12 bulan.

Dukungan pendanaan difokuskan pada penelitian mengenai perikanan berkelanjutan, perikanan dalam program "In-Transmition to" MSC dan Proyek Pathway MSC tahap empat.

TAF menjadi sarana bagi perikanan yang berada pada tingkat pre-sertifikasi untuk meningkatkan praktik keberlanjutannya dan akan berlaku selama dua tahun menuju sertifikasi MSC.

TAF berlaku bagi perikanan di negara berkembang yang telah terverifikasi dalam program "InTransmition to" MSC.

Sedangka RAF, katanya, sebagai pendanaan untuk perikanan bersertifikat yang ingin mempertahankan sertifikasinya menawarkan dukungan reimbursement biaya re-sertifikasi hingga 75 persen atau 30.000 poundsterling.

Baca juga: Mengenalkan potensi ekonomi Ethiopia kepada mahasiswa Indonesia
Baca juga: Mahasiswa Indonesia yang dievakuasi dampak corona mulai kuliah

Keempat hibah ini telah dibuka secara resmi sejak 26 September 2022, dengan batas waktu pendaftaran 5 Desember 2022 untuk SRF, TAF dan SRG.

RAF akan dibuka sepanjang tahun, namun seleksi untuk tahun ini tenggat waktunya jatuh pada tanggal 15 Oktober 2022, dan proposal yang masuk tanggal tersebut akan ditinjau setelah Oktober 2023.

Proyek yang didanai oleh OSF itu mendukung target harapan yang ditetapkan oleh Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDG’s United Nation).

Dana 1 juta poundsterling yang tersedia, kata Hirmen Sofyanto, akan mendorong kolaborasi antara sektor perikanan bersama ilmuwan, karena mereka bekerja untuk mempertahankan dan mencapai kebermanfaatan lingkungan serta bisnis dengan sertifikasi MSC.

Sementara itu Commercial Communication Officer MSC Indonesia, Usmawati Anggita menambahkan hingga tahun 2022, sebanyak delapan perikanan dan empat penelitian mahasiswa pascasarjana Indonesia telah lolos dalam seleksi OSF dan mendapatkan pendanaan 5.000 hingga 50.000 poundtserling untuk berbagai proyek.

Di antaranya adalah perbaikan perikanan tuna, perikanan rajungan, cumi-cumi, kakap kerapu, kepiting bakau dan udang dalam program "InTransition to" MSC menuju sertifikasi.

Selain itu, juga untuk penelitian genetika hasil tangkapan sampingan rajungan dan penanda genetik untuk uji stok perikanan kakap, demikian Usmawati Anggita.

Baca juga: GMNI Kalbar perkuat peran perjuangkan hak dan kepentingan rakyat melalui KTM
Baca juga: Sujiwo dorong GMNI terus berkontribusi untuk membela kepentingan rakyat
Baca juga: Persatuan Mahasiswa Indonesia di AS galang donasi melalui lomba virtual


Sebanyak 54 kampus perguruan tinggi yang tersebar di 21 kota di China memastikan kesediaan  menerima kembali para mahasiswa dari Indonesia setelah menjalani karantina terpusat di Kota Guangzhou.

"Ya, kami sudah mendapatkan kepastian itu. Jadi, sudah tidak ada masalah lagi di kampus," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan pada Kedutaan Besar RI di Beijing, Yaya Sutarya, Senin.

Sebelumnya ada sejumlah mahasiswa Indonesia yang tidak mendapatkan kepastian dari kampusnya di Shanghai saat sudah tiba di China untuk melanjutkan studi yang sempat terhambat pandemi COVID-19.

Sebanyak 124 mahasiswa Indonesia telah berhasil menyelesaikan karantina selama sepuluh hari sejak pesawat milik maskapai Citilink yang mereka sewa dari Jakarta tiba di Guangzhou pada 7 September 2020.

Mereka tergabung dalam kelompok terbang pertama mahasiswa Indonesia yang kembali ke China selama pandemi COVID-19. Baca selengkapnya: China pastikan terima kembali mahasiswa Indonesia setelah karantian terpusat

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022