The Apurva Kempinski Bali merayakan tradisi kebudayaan Kalimantan lewat "Mystery of Borneo" sebagai bagian dari kampanye "Unity in Diversity" atau Bhinneka
Tunggal Ika yang berlangsung sepanjang tahun 2022.
Resor bintang lima di Bali itu mengangkat berbagai kearifan dari pulau Kalimantan dengan berbagai kolaborasi bersama para seniman Indonesia, yang dapat mewakili identitas budaya dari setiap daerah yang diangkat.
Kali ini, resor tersebut bekerja sama dengan Franklin Firdaus, seorang perancang busana yang berasal dari pulau Kalimantan, untuk memberikan panggung bagi karya seni pulau tersebut.
Baca juga: Kampung Budaya Sarawak siap terima pengunjung RWMF 2019
Franklin Firdaus yang dikenal atas karyanya melalui label busana Franksland menampilkan berbagai busana yang terinspirasi dari warna dan budaya Kalimantan.
Franklin menampilkan raga busana yang bertajuk "Mystery of Borneo" di lobi Pendopo, menyajikan berbagai busana yang menyampaikan cerita pola yang berasal dari Kalimantan.
Warna-warna khas pulau tersebut, serta pesan tersembunyi yang terkandung dalam setiap desain. Sebagai seorang perancang busana, Franklin Firdaus yang mempelajari fesyen secara otodidak ini ingin menyampaikan budaya, tradisi, serta misteri dari tempat kelahirannya.
"Melalui panggung ini, saya berusaha untuk menampilkan keunikan dari Nusantara melalui kreasi," kata Franklin dalam siaran pers pada Selasa.
Tidak hanya melalui panggung kolaborasi, The Apurva Kempinski Bali juga terus memperkenalkan budaya dan tradisi Indonesia dalam pelaksanaan program Unity in Diversity, Melalui makanan-makanan yang terinspirasi dari makanan tradisional pulau tersebut, kelas kerajinan tangan, dan juga cerita - cerita daerah yang disampaikan di Jalak Family club, para pengunjung dapat lebih mengenal tradisi serta budaya dari Kalimantan.
"Keindahan budaya pulau Kalimantan sungguh terpancar melalui panggung kami bersama Franklin Firdaus," kata General Manager, Vincent Guironnet yang berharap, melalui acara ini orang-orang dapat semakin mengapresiasi budaya Indonesia.
"Bhinneka Tunggal Ika adalah kombinasi kata yang sangat kuat yang merekatkan negara besar ini. Ini sangat menginspirasi saya sebagai Fashion Designer," kata Franklin Firdaus.
"Jika kita ingin budaya ini tetap dapat dinikmati generasi selanjutnya, kita harus terus melestarikannya. Pada akhirnya kita harus mulai dengan diri kita sendiri, dan menginspirasi orang-orang di sekitar kita."
Baca juga: Kalimantan Barat akan menggelar pameran seni rupa
Ratusan artefak kebudayaan Dayak meliputi pisau apang (mandau), tato etnik, pakaian perang, peti jenazah, serta patung kayu ditampilkan dalam pameran Dayak: The Art of Head-Hunters yang diadakan di Museo delle Cultura, Lugano, Swiss.
Fungsi Pensosbud KBRI Bern, Swiss, Ruth Yohanna, kepada ANTARA di London usai pembukaan pameran tersebut, Jumat mengatakan KBRI Bern menyampaikan apresiasi tinggi dan dukungan penuh pada pelaksanaan pameran ini.
"Dayak adalah salah satu etnis tua Indonesia yang masih terjaga dengan baik, kami sangat bangga bisa menyaksikan pameran budaya Dayak di Swiss ini, ujarnya.
Artefak-artefak itu akan dipajang selama sembilan bulan dari tanggal 28 September 2019 sampai 17 Mei 2020.
Paolo Maiullari, seorang kurator dari Swiss bekerja keras meneliti budaya Dayak dan mengumpulkan artefak sejak awal tahun 2000-an. Baca selengkapnya: Ratusan artefak Dayak pukau pengunjung pameran di Swiss
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
Tunggal Ika yang berlangsung sepanjang tahun 2022.
Resor bintang lima di Bali itu mengangkat berbagai kearifan dari pulau Kalimantan dengan berbagai kolaborasi bersama para seniman Indonesia, yang dapat mewakili identitas budaya dari setiap daerah yang diangkat.
Kali ini, resor tersebut bekerja sama dengan Franklin Firdaus, seorang perancang busana yang berasal dari pulau Kalimantan, untuk memberikan panggung bagi karya seni pulau tersebut.
Baca juga: Kampung Budaya Sarawak siap terima pengunjung RWMF 2019
Franklin Firdaus yang dikenal atas karyanya melalui label busana Franksland menampilkan berbagai busana yang terinspirasi dari warna dan budaya Kalimantan.
Franklin menampilkan raga busana yang bertajuk "Mystery of Borneo" di lobi Pendopo, menyajikan berbagai busana yang menyampaikan cerita pola yang berasal dari Kalimantan.
Warna-warna khas pulau tersebut, serta pesan tersembunyi yang terkandung dalam setiap desain. Sebagai seorang perancang busana, Franklin Firdaus yang mempelajari fesyen secara otodidak ini ingin menyampaikan budaya, tradisi, serta misteri dari tempat kelahirannya.
"Melalui panggung ini, saya berusaha untuk menampilkan keunikan dari Nusantara melalui kreasi," kata Franklin dalam siaran pers pada Selasa.
Tidak hanya melalui panggung kolaborasi, The Apurva Kempinski Bali juga terus memperkenalkan budaya dan tradisi Indonesia dalam pelaksanaan program Unity in Diversity, Melalui makanan-makanan yang terinspirasi dari makanan tradisional pulau tersebut, kelas kerajinan tangan, dan juga cerita - cerita daerah yang disampaikan di Jalak Family club, para pengunjung dapat lebih mengenal tradisi serta budaya dari Kalimantan.
"Keindahan budaya pulau Kalimantan sungguh terpancar melalui panggung kami bersama Franklin Firdaus," kata General Manager, Vincent Guironnet yang berharap, melalui acara ini orang-orang dapat semakin mengapresiasi budaya Indonesia.
"Bhinneka Tunggal Ika adalah kombinasi kata yang sangat kuat yang merekatkan negara besar ini. Ini sangat menginspirasi saya sebagai Fashion Designer," kata Franklin Firdaus.
"Jika kita ingin budaya ini tetap dapat dinikmati generasi selanjutnya, kita harus terus melestarikannya. Pada akhirnya kita harus mulai dengan diri kita sendiri, dan menginspirasi orang-orang di sekitar kita."
Baca juga: Kalimantan Barat akan menggelar pameran seni rupa
Ratusan artefak kebudayaan Dayak meliputi pisau apang (mandau), tato etnik, pakaian perang, peti jenazah, serta patung kayu ditampilkan dalam pameran Dayak: The Art of Head-Hunters yang diadakan di Museo delle Cultura, Lugano, Swiss.
Fungsi Pensosbud KBRI Bern, Swiss, Ruth Yohanna, kepada ANTARA di London usai pembukaan pameran tersebut, Jumat mengatakan KBRI Bern menyampaikan apresiasi tinggi dan dukungan penuh pada pelaksanaan pameran ini.
"Dayak adalah salah satu etnis tua Indonesia yang masih terjaga dengan baik, kami sangat bangga bisa menyaksikan pameran budaya Dayak di Swiss ini, ujarnya.
Artefak-artefak itu akan dipajang selama sembilan bulan dari tanggal 28 September 2019 sampai 17 Mei 2020.
Paolo Maiullari, seorang kurator dari Swiss bekerja keras meneliti budaya Dayak dan mengumpulkan artefak sejak awal tahun 2000-an. Baca selengkapnya: Ratusan artefak Dayak pukau pengunjung pameran di Swiss
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022