Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengingatkan salah satu pelajaran yang dapat dipetik dari momentum peringatan Hari Pahlawan adalah peran besar pemuka agama memperkuat persatuan dan kesatuan di kalangan umat dan bangsa.

"Pelajaran yang bisa kita petik dari peristiwa ini tentu sangat banyak. Di antaranya, pertama, ternyata peran dari para pemuka agama dalam memperkuat persatuan dan kesatuan di kalangan umat dan warga bangsa adalah sangat besar," ujar Anwar, saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, melalui semangat persatuan dan kesatuan yang telah ditanamkan oleh para pemuka agama itu, bangsa Indonesia dapat mengatasi semua masalah yang mengancam eksistensi bangsa dan negara ini.

Baca juga: Hari Santri Nasional MUI Landak dan Ponpes Nurul Islam gelar apel

Selain itu, Anwar juga menyampaikan bahwa peringatan Hari Pahlawan yang dilatarbelakangi peristiwa 10 November 1945 itu mengingatkan pula segenap bangsa Indonesia mengenai peran dari pemuka agama dalam menggerakkan umat serta warga bangsanya untuk melawan penjajah dan membela kepentingan bangsa serta negara.  

"Peran dari para pemuka agama dalam menggerakkan umat dan warga bangsanya untuk melawan penjajah dan membela kepentingan bangsa serta negara adalah sangat tinggi," ujar dia.  

Lebih lanjut, Anwar menyampaikan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, Jawa Timur, telah memperlihatkan kegigihan perjuangan dan kegagahan keberanian anak-anak bangsa, terutama mereka-mereka yang disebut dengan "arek-arek Suroboyo" dalam melawan tentara sekutu demi mempertahankan Tanah Air dan kemerdekaan Indonesia.

Peran kaum santri dan para pemuka agama dalam peristiwa itu tidak dapat dilepaskan dari fatwa "Resolusi Jihad" yang dikeluarkan oleh Rais Akbar PBNU K.H. Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad itu menggerakkan para pejuang untuk datang ke Surabaya guna mengusir penjajah.  

Baca juga: MUI kecamatan se-Ketapang diharapkan sosialisasikan pemahaman tentang fatwa

"Kita melihat bagaimana heroiknya mereka sebelum dan pada tanggal 10 November 1945 tersebut. Dengan teriakan Allahu Akbar yang telah menggumpal di dalam dada dan senjata seadanya, mereka bergerak menyongsong musuh," lanjut Anwar.

Oleh karena itu, menurut Anwar, sebagai warga bangsa yang baik, seluruh masyarakat Indonesia tidak boleh melupakan peristiwa bersejarah itu. Dia berharap segenap bangsa Indonesia dapat memetik pelajaran dari peristiwa tersebut untuk selanjutnya dipergunakan dengan sebaik-baiknya bagi kemaslahatan dan kemajuan umat, bangsa, serta negara Indonesia.  

 Baca juga: MUI Kalbar imbau masyarakat Ketapang laksanakan fatwa
 
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Marsudi Syuhud mengatakan Presiden Joko Widodo telah berupaya dengan sungguh-sungguh terhadap perdamaian dunia, sehingga menerima Penghargaan Perdamaian Internasional Imam Hasan bin Ali Tahun 2022.

"Penghargaan ini menurut saya mengandung dua hal, yang pertama bahwa Presiden Joko Widodo telah melakukan upaya dan usaha yang sungguh-sungguh atas perdamaian dunia yang telah terjadi bertahun-tahun," kata Marsudi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

Dari konflik berkepanjangan negara-negara Muslim di Timur Tengah dan Afrika yang trennya terus bertambah, lanjut Marsudi, Jokowi hadir sebagai pembawa perdamaian, termasuk usaha mendamaikan Palestina, negara konflik lain, dan terakhir konflik antara Rusia dan Ukraina. Baca selengkapnya: MUI: Presiden bersungguh-sungguh atas perdamaian dunia

Baca juga: Ma'ruf Amin meminta Majelis Ulama Indonesia membentuk Pusat Dakwah Islam

Pewarta: Tri Meilani Ameliya

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022