Dokter spesialis penyakit dalam M. Syah Abdaly Sp.PD mengatakan mengelola stres dan berpikiran positif sangat penting untuk membantu mencegah insomnia atau gangguan tidur.

“Kuncinya positif thinking, kalau kita pikiran negatif melulu akan kebawa dalam emosi sehingga menyebabkan kita menjadi berdebar-debar dan susah tidur,” ucapnya dalam diskusi mengenai penyebab dan cara mencegah insomnia yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan stres tidak bisa dihindari dan tidak mudah selalu berpikiran positif, maka mengelola stres sangat dibutuhkan agar tidur tidak terganggu. Salah satunya dengan konsultasi ke psikolog atau psikiatri untuk membantu jika ada masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri.

Selain itu, masalah kejiwaan seperti gangguan kecemasan atau depresi juga bisa menyebabkan insomnia atau baru saja mengalami kejadian yang bersifat traumatis seperti menghadapi saudara atau orang terdekat meninggal. Mengidentifikasi penyebab insomnia dibutuhkan agar pasien bisa mendapat terapi yang baik dan mengubah perilaku dan kognitif pasien untuk mengatasi masalah tidur.

Baca juga: Cara mengelola stres agar tidak ganggu kesehatan mental

Baca juga: PTSD pada tenaga kesehatan kemungkinan karena pengalaman mereka

“Karena nanti ending-nya orang yang suka insomnia pengobatannya adalah bukan obat tidur, pengobatannya adalah mengobati penyebabnya. Jadi bukan semata-mata susah tidur dikasih obat tidur,” ucap Abdaly.

Sementara itu, dari sisi usia Abdaly mengatakan biasanya lansia banyak yang mengalami gangguan tidur, dan wanita lebih rentan terkena insomnia dibanding dengan laki-laki. Selain itu, adanya penyakit komorbid seperti obestitas, penyakit jantung, stroke, penyakit paru-paru kronik karena merokok dan konsumsi obat-obatan juga menjadi penyebab terjadinya insomnia.

Ia pun menyarankan untuk menjalani pola hidup sehat untuk mengurangi dan mencegah insomnia, salah satunya mengonsumsi buah-buahan, madu, teh seperti chamomile, biji pala dan kacang almond yang bisa meningkatkan hormon melatonin yaitu hormon yang dibentuk untuk mengatur siklus tidur.

“Ada buah-buahan yang berhubungan dengan meningkatnya hormon melatonin yang membantu kita untuk tidur contoh nanas, kiwi, jeruk itu ternyata cukup membantu untuk kita tidur,” ucap Abdaly.

Ia juga mengatakan konsumsi ikan dan ayam juga bisa membantu mengatasi sulit tidur dan bisa membantu tidur lebih cepat karena kedua sumber protein ini mengandung triptofan yang berguna untuk memproduksi hormon melatonin.

Hormon melatonin dibentuk saat malam hari sehingga sangat perlu suasana yang gelap agar produksi hormon ini tidak terganggu. Maka itu ia menyarankan untuk tidak beraktivitas menggunakan handphone (HP) atau menonton TV sebelum tidur.

“Kalau kita tidur harus punya pola dan perilaku yang betul untuk kesiapan tidur misal jangan main HP, jangan nonton TV sebelum tidur, itu bikin susah tidur karena radiasi yang ada dari HP dan TV mengganggu melatonin kita,” ucapnya.

Selain itu pencegahan insomnia lainnya yang bisa membantu adalah dengan olahraga empat atau enam jam sebelum tidur, karena orang yang berolahraga siklus tidurnya lebih baik dibandingkan dengan yang tidak pernah olahraga.

Baca juga: Paus orca yang terdampar di Sungai Seine, Prancis, akan disuntik mati
 

Para peneliti dari Northwestern University di Amerika Serikat menemukan bahwa peradangan yang dipercepat oleh pola makan mengganggu jam tubuh, berpotensi menyebabkan gangguan tidur. 

Para peneliti menentukan bahwa baik peradangan maupun jam tubuh dipengaruhi oleh faktor genetik yang sama, yang disebut NF-kappa beta (NFKB).

Dengan memicu serangkaian reaksi berantai di dalam tubuh, NFKB menyebabkan rasa sakit dan kerusakan jaringan yang terkait dengan penyakit radang, seperti radang sendi, misalnya. Menurut para peneliti, NFKB juga memengaruhi jam tubuh, menurut laporan bustle, Jumat (2/11)

Kesimpulan mereka?

Peradangan (yang mungkin disebabkan oleh asupan pola makan berlemak tinggi) dapat menyebabkan gangguan ritme sirkadian, sejenis gangguan tidur yang melibatkan pola tidur terganggu yang tidak sinkron dengan waktu bangun/tidur yang khas.

Para peneliti juga mengemukakan bahwa ritme sirkadian yang terganggu dapat menghubungkan diet dan penyakit, dalam kasus penyakit seperti diabetes, kanker tertentu, dan penyakit jantung yang sering dikaitkan dengan diet inflamasi. Baca selengkapnya: Peradangan yang dipercepat pola makan berpotensi gangguan tidur



Baca juga: Mengatur napas cara praktis atasi "distress"

Pewarta: Fitra Ashari

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022