Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Perempuan Indonesia Untuk Keadilan (YLBH-PIK) Pontianak menggandeng penyandang disabilitas untuk mencegah terjadinya kekerasan berbasis gender online (KBGO).
"Kami menggandeng penyandang disabilitas dalam forum diskusi KBGO ini agar mereka peka dalam penggunaan media sosial yg baik. Karena biasanya sasaran paling empuk KBGO ini adalah perempuan dan kelompok rentan atau awam yang menjadi korban," kata Ketua LBH APIK Tutik Suprihatin saat menjadi narasumber dalam kegiatan Diskusi Publik tentang Kekerasan Berbasis Gender Online di Pontianak, Minggu.
Selain penyandang disabilitas, pihaknya juga melibatkan beberapa unsur, ada tokoh agama, mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dalam hal kekerasan terhadap perempuan.
Ia menjelaskan, pentingnya masyarakat agar lebih bijak dan berhati-hati dalam menggunakan media sosial (medsos) dan harus peka terhadap hukum yang ada agar dapat mencegah dan menindaklanjuti.
"Dalam bermedia sosial bisa saja kita menjadi korban atau bahkan pelaku, jadi harus berhati-hati dalam penggunaannya. Harus paham bahwa dalam media sosial ada pasal hukumnya dan ada pihak yang dirugikan dalam tindakan yang salah itu," tuturnya.
Selain itu, ia mengatakan, dari data yang ada, pihaknya mengantongi 14 kasus yang dilaporkan beberapa tahun ini. Terkait korban kekerasan itu banyak, tetapi yang spesifik seperti KBGO bisa dihitung.
"Sebenarnya kasus KBGO itu banyak, tetapi karena mereka tidak tahu bagaimana harus memproses hukumnya, jadi mereka memilih diam. Maka dari itu, kami terus mengajak lembaga pemerintah untuk terus sosialisasikan dan berikan edukasi bukan hanya kepada korban tetapi kepada masyarakat luas terkait KBGO dan hukumnya," katanya.
Sementara itu, di tempat yang sama, Ketua Jurnalis Perempuan Khatulistiwa Aseanty Widaningsih Pahlevi mengatakan, dalam mencegah KBGO yang terpenting
yaitu harus paham apa aja aset digital dan data digital yang dimiliki.
"Makanya inventarisasi aset digital itu perlu untuk mengamankan datanya karena merujuk pada prinsip keamanan digital, lebih baik mencegah dari pada memulihkan serta paham resiko dari apa yang akan kita unggah ke medsos," kata Aseanty Widaningsih Pahlevi yang akrab dipanggil Levi.
Ia juga mengingatkan agar semua aset digital yang dimiliki oleh pengguna medsos harus mengamankan dengan password yang kuat dan dua langkah pengamanan.
"Selain itu, hindari verifikasi akun-akun dengan nomor telepon, karena nomor telepon bisa di retas. Kemudian yang paling penting, jangan pernah mau berbagi kata sandi sama orang, kalau memegang akun organisasi hendaknya pakai pengamanan lain, seperti one time password," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Kami menggandeng penyandang disabilitas dalam forum diskusi KBGO ini agar mereka peka dalam penggunaan media sosial yg baik. Karena biasanya sasaran paling empuk KBGO ini adalah perempuan dan kelompok rentan atau awam yang menjadi korban," kata Ketua LBH APIK Tutik Suprihatin saat menjadi narasumber dalam kegiatan Diskusi Publik tentang Kekerasan Berbasis Gender Online di Pontianak, Minggu.
Selain penyandang disabilitas, pihaknya juga melibatkan beberapa unsur, ada tokoh agama, mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dalam hal kekerasan terhadap perempuan.
Ia menjelaskan, pentingnya masyarakat agar lebih bijak dan berhati-hati dalam menggunakan media sosial (medsos) dan harus peka terhadap hukum yang ada agar dapat mencegah dan menindaklanjuti.
"Dalam bermedia sosial bisa saja kita menjadi korban atau bahkan pelaku, jadi harus berhati-hati dalam penggunaannya. Harus paham bahwa dalam media sosial ada pasal hukumnya dan ada pihak yang dirugikan dalam tindakan yang salah itu," tuturnya.
Selain itu, ia mengatakan, dari data yang ada, pihaknya mengantongi 14 kasus yang dilaporkan beberapa tahun ini. Terkait korban kekerasan itu banyak, tetapi yang spesifik seperti KBGO bisa dihitung.
"Sebenarnya kasus KBGO itu banyak, tetapi karena mereka tidak tahu bagaimana harus memproses hukumnya, jadi mereka memilih diam. Maka dari itu, kami terus mengajak lembaga pemerintah untuk terus sosialisasikan dan berikan edukasi bukan hanya kepada korban tetapi kepada masyarakat luas terkait KBGO dan hukumnya," katanya.
Sementara itu, di tempat yang sama, Ketua Jurnalis Perempuan Khatulistiwa Aseanty Widaningsih Pahlevi mengatakan, dalam mencegah KBGO yang terpenting
yaitu harus paham apa aja aset digital dan data digital yang dimiliki.
"Makanya inventarisasi aset digital itu perlu untuk mengamankan datanya karena merujuk pada prinsip keamanan digital, lebih baik mencegah dari pada memulihkan serta paham resiko dari apa yang akan kita unggah ke medsos," kata Aseanty Widaningsih Pahlevi yang akrab dipanggil Levi.
Ia juga mengingatkan agar semua aset digital yang dimiliki oleh pengguna medsos harus mengamankan dengan password yang kuat dan dua langkah pengamanan.
"Selain itu, hindari verifikasi akun-akun dengan nomor telepon, karena nomor telepon bisa di retas. Kemudian yang paling penting, jangan pernah mau berbagi kata sandi sama orang, kalau memegang akun organisasi hendaknya pakai pengamanan lain, seperti one time password," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023