PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (kode saham: ISAT) mencatatkan total pendapatan sebesar Rp46,75 triliun sepanjang 2022, atau tumbuh 48,9 persen year on year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

Dilansir dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Senin, layanan selular, Multimedia, Internet & Data Communication Services (MIDI), dan Telekomunikasi Tetap milik perseroan masing-masing memberikan kontribusi sebesar 86,1 persen, 12,2 persen, dan 1,7 persen terhadap pendapatan usaha konsolidasian.

Kemudian, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi atau EBITDA tercatat sebesar Rp19,46 triliun atau naik 40,2 persen yoy, dengan margin EBITDA tercatat sebesar 41,6 persen sepanjang l 2022.

Dengan kekuatan dari dua merk serta penggabungan bisnis, pelanggan perusahaan meningkat sebesar 62,5 persen yoy menjadi 102,2 juta pelanggan sepanjang tahun 2022.

Peningkatan pelanggan tersebut sedikit berdampak terhadap penurunan Average Revenue per User (ARPU) yang menjadi Rp33,9 ribu pada 2022, dari sebelumnya Rp34,4 ribu pada 2021.

Perluasan basis pelanggan menghasilkan pertumbuhan trafik data sebesar 91,8 persen yoy sepanjang tahun lalu.

Selain itu, cakupan jaringan perusahaan juga meningkat seiring peningkatan jumlah BTS 4G yang mencapai 137 ribu, sehingga mampu menangani peningkatan trafik yang tinggi.

Namun demikian, laba bersih perseroan turun 30 persen yoy menjadi Rp4,72 triliun, dari sebelumnya Rp6,57 triliun pada 2021.

Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan beban operasional, peningkatan beban depresiasi dan amortisasi, serta peningkatan biaya finansial sebagai dampak dari penggabungan dua perusahaan yang diimbangi oleh peningkatan pendapatan.

Lebih lanjut, pengeluaran belanja modal senilai Rp12,01 triliun tidak termasuk Rp10,02 triliun aset hak guna pada 2022.

Sekitar 93,3 persen pengeluaran modal tersebut dialokasikan untuk bisnis selular demi mendukung permintaan layanan data, serta sisanya dialokasikan pada pengeluaran modal untuk MIDI, infrastruktur dan TI.

Per 31 Desember 2022, perusahaan memiliki utang pokok tidak termasuk biaya transaksi yang belum diamortisasi dan liabilitas sewa senilai Rp21,32 triliun, serta posisi kas perusahaan sebesar Rp9,5 triliun, dengan utang bersih sebesar Rp11,81 triliun.

Baca juga: Indosat Ooredoo-Huawei bangun jaringan transport 5G Ready
 

Perusahaan mobile analitik OpenSignal menemukan bahwa pengguna ponsel di Indonesia yang berganti operator seluler rata-rata memiliki pengalaman seluler yang lebih buruk sebelum beralih.

Selain itu, semua pengguna yang berpindah operator seluler memiliki pengalaman yang lebih baik di jaringan seluler baru mereka. "Pengguna kami yang meninggalkan 3, Indosat, Smartfren dan XL rata-rata menghabiskan lebih sedikit waktu tanpa sinyal seluler di jaringan baru mereka," kata OpenSignal, di blog resmi, dikutip Kamis.

Namun, pengguna yang meninggalkan Telkomsel secara rata-rata tidak melihat perbedaan yang signifikan terhadap ketersediaan sinyal 3G/4G mereka, melainkan melihat peningkatan ketersediaan 4G di jaringan baru mereka. Baca selengkapnya: Alasan orang Indonesia ganti operator seluler


Baca juga: Indosat Ooredoo - Cisco hadirkan jaringan transport untuk 5G

Baca juga: Indosat Ooredoo siap bangun jaringan 5G di Jabar - Jateng

Pewarta: Muhammad Heriyanto

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023