Pasukan Amerika Serikat Korea (USFK) pada Jumat (24/3) mengatakan telah melakukan pelatihan pertama pengerahan peluncur "jarak jauh" sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Korea Selatan (Korsel).

Militer AS memublikasikan satu set foto pelatihan pada Minggu, beberapa jam setelah media pemerintah Korea Utara (Korut) melaporkan negara itu melakukan latihan yang melibatkan drone serangan bawah air dan peluncuran rudal jelajah awal pekan ini.

"Pelatihan pasukan THAAD kami meningkatkan kesiapan tempur unit, postur pertahanan gabungan dalam aliansi, menunjukkan komitmen kuat untuk mendukung dan mempertahankan ROK dan semakin memperkuat keamanan dan stabilitas di Semenanjung Korea," kata USFK dalam sebuah rilis pers.

ROK merupakan singkatan dari nama resmi Korea Selatan, Republik Korea.

Latihan berlangsung bersamaan dengan latihan reguler Freedom Shield Korsel-AS yang berlangsung selama 11 hari dan berakhir pada Kamis (23/3).

Penggunaan peluncur jarak jauh sejalan dengan program peningkatan militer AS yang dirancang untuk merampingkan dan mengintegrasikan sistem pertahanan rudal THAAD dan Patriot ke dalam satu program untuk operasi keamanan yang canggih dan lebih fleksibel.

Latihan dilakukan saat Pemerintahan Seoul mendorong "normalisasi" baterai THAAD di Seongju, 217 kilometer bagian tenggara Seoul, yang berstatus instalasi "sementara" sembari menunggu penilaian dampaknya terhadap lingkungan.

"Normalisasi operasi dan kemampuan Terminal High Altitude Area Defense memberikan USFK kesiapan lebih besar untuk memastikan sumber daya unit yang berkelanjutan, serta menyediakan peluang lebih besar memodifikasi desain pertahanan menggunakan opsi peluncuran jarak jauh," kata USFK.

Sementara itu, Angkatan Udara Korsel dan AS melakukan latihan tembakan udara di Laut Kuning dari Senin hingga Jumat, sehubungan dengan latihan FS, menurut pejabat di Korsel.

Korsel mengerahkan pesawat tempur penghindar radar F-35A, F-15Ks, KF-16s, F-16s dan F-4Es, sementara AS mengerahkan pesawat tempur A-10.

Jet F-35A menembakkan rudal udara-ke-udara AIM-9X dan AIM-120 serta bom udara-ke-darat, GBU -31, sementara pesawat A-10 melontarkan rudal udara-ke-darat AGM 65 dan GBU-31 dan bom GBU-38.

Sumber: Yonhap-OANA

 

Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melakukan latihan pendaratan di Laut China Timur dengan menggunakan kapal perang baru.

Satu unit kapal pendaratan besar dan dua kapal pendaratan utilitas telah melakukan pelatihan terintegrasi dalam menjalankan misi pendaratan amfibi di wilayah yang dirahasiakan di Laut China Timur, demikian pernyataan Komando Angkatan Laut Armada Timur PLA di Beijing, Sabtu.

Kapal tersebut dapat mengangkut kendaraan lapis baja berikut pasukan sehingga sangat cocok untuk menjalankan misi pendaratan berskala besar.

Komando Armada Timur menyatakan bahwa latihan tersebut untuk menguji kemampuan tempur kapal pendaratan dalam jangka waktu yang lama dan berdaya jelajah jauh.

Sementara itu, pihak Kementerian Pertahanan Nasional China (MND) mengakui bahwa lokasi latihan tersebut dekat dengan wilayah Taiwan.

Operasi PLA berada di kawasan dekat wilayah udara dan maritim Taiwan dengan mengerahkan beberapa satuan kecabangan dinas militer, kapal, dan pesawat sebagai respons terhadap pasukan pendukung kemerdekaan Taiwan, demikian juru bicara MND Kolonel Senior Tan Kefei.Baca selengkapnya: Militer China berlatih pendaratan pasukan di Laut China Timur


 

Pewarta: Katriana

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023