Seoul (ANTARA) - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, Jumat, mengadakan rapat darurat keamanan di tengah tanda-tanda adanya keputusan Korea Utara untuk mengirim pasukannya ke Rusia guna mendukung perang di Ukraina.
Menurut pernyataan kantor kepresidenan, rapat yang melibatkan pejabat senior dari Dewan Keamanan Nasional, Kementerian Pertahanan Nasional, dan Badan Intelijen Nasional (NIS) itu membahas perkembangan terbaru mengenai keterlibatan pasukan Korea Utara dalam konflik bersenjata Rusia-Ukraina.
Setelah pertemuan tersebut, NIS menyatakan bahwa Pyongyang baru-baru ini memutuskan untuk mengerahkan empat brigade dengan total 12.000 tentara, termasuk pasukan khusus, ke perang di Ukraina. Keputusan ini akan menandai pengiriman pasukan darat berskala besar pertama Korea Utara.
"Para peserta rapat sepakat bahwa situasi saat ini, di mana hubungan militer Rusia dan Korea Utara telah berkembang dari transfer pasokan militer menjadi pengiriman pasukan, merupakan ancaman keamanan yang signifikan tidak hanya bagi Korea Selatan tetapi juga bagi komunitas internasional," ujar kantor kepresidenan Korsel itu dalam siaran persnya.
"Mereka juga memutuskan untuk tidak berdiam diri dan akan merespons dengan mengerahkan semua sarana yang tersedia bekerja sama dengan komunitas internasional," kata kantor kepresidenan menambahkan.
Korea Selatan telah secara cermat memantau pergerakan pasukan Korea Utara ke Rusia sejak awal, berkoordinasi dengan sekutunya, dan akan terus memantau situasi serta mengambil semua langkah yang diperlukan secara proaktif.
Sebelumnya pada Kamis (17/10), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengutip laporan intelijen Ukraina yang menunjukkan bahwa personel angkatan darat Korut sudah dikerahkan di wilayah Ukraina yang diduduki Rusia, dengan tambahan 10.000 anggota pasukan yang sedang dipersiapkan untuk bergabung dalam pertempuran.
Awal bulan ini, media Ukraina melaporkan bahwa enam warga Korea Utara termasuk di antara yang tewas setelah serangan rudal Ukraina di wilayah Donetsk timur yang sebagian diduduki pada 3 Oktober.
Rusia membantah menggunakan pasukan Korea Utara dalam perang ini.
Sumber: Yonhap-OANA