Pangdam I/Bukit Barisan Mayon Jenderal TNI Achmad Daniel Chardin menyebut prajurit TNI di Kodam I/BB dilatih secara khusus menangkal ancaman kejahatan siber dunia maya. 

"Prajurit TNI di Kodam I/BB terus meningkatkan kualitas cyber security (keamanan siber) dengan pelatihan khusus keamanan infrastruktur digital yang terus berkembang," ujar Daniel dalam keterangan tertulis di Barak Transito Ajendam I/BB Medan, Sumut, Senin. 

Pelatihan ini, lanjut dia, dapat menangkal opini negatif, terutama di media sosial terhadap instansi TNI AD, khususnya di lingkungan Kodam I/BB yang meliputi empat provinsi yakni Sumut, Sumbar, Riau dan Kepri. 

Prajurit TNI Kodam I/BB dan jajarannya memiliki pelatihan khusus sandi dan siber membidangi operator di sejumlah satuan.

Baca juga: Jaga kata sandi cegah serangan siber

Pangdam I/BB mengatakan pelatihan ini penting bagi prajurit yang membidangi operator, karena mereka bisa memonitor perkembangan teknologi informasi dapat menimbulkan sisi kejahatan. 

"Kejahatan ini merupakan salah satu extra ordinary crime (kejahatan luar biasa), bahkan menjadi serious crime (kejahatan yang serius) dan transnasional crime (kejahatan antar negara)," ungkap Daniel. 

Aksi kejahatan ini, terang dia, tidak saja mengancam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang berdaulat, tetapi mengancam kehidupan militer di dunia termasuk TNI AD Kodam I/BB.

Pati TNI AD abiturien Akmil 1990 ini juga menekankan kepada peserta pelatihan agar serius dan sungguh-sungguh, sehingga bisa menerapkan aplikasi ilmu di satuan masing-masing. 

"Setelah pelatihan ini, kalian harus bisa melaksanakan 'Cyber Security Incident Response Team', khususnya penanganan isu-isu terkait radikalisme dan pengamanan tubuh Kodam I/Bukit Barisan," tegasnya.

Sehingga ke depan semakin terbangun citra positif TNI AD di mata masyarakat, pungkas Daniel. 

Baca juga: Rudiantara sebut serangan siber masih jadi tantangan bagi tekfin
 

Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Rudiantara mengatakan serangan siber masih menjadi tantangan besar bagi industri penyedia jasa keuangan digital atau teknologi finansial (tekfin) Indonesia.

"Setiap hari kurang lebih 14 juta ancaman (serangan siber). Ancaman yang kita dapatkan paling tinggi terjadi pada bulan April, lebih dari 1 juta ancaman per hari. Dalam hitungan detik, kita harus mengatasi kurang lebih 75 ancaman," kata Rudiantara, dikutip dari keterangan pers, Rabu.

Menurut data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), serangan siber di Indonesia pada 2022 mencapai angka 100 juta kasus yang didominasi oleh serangan ransomware dan malware. Sektor perbankan atau jasa keuangan pun dirasa perlu untuk meningkatkan keamanan data digital lebih lanjut. .Baca juga: Rudiantara sebut serangan siber masih jadi tantangan bagi tekfin




 

Pewarta: Muhammad Said

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023