Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Barat mengerahkan 2.315 relawan yang tergabung dalam 105 kelompok masyarakat yang telah dilatih untuk membantu penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah tersebut.
"Persoalan karhutla itu tanggung jawab bersama, bahkan kami juga sudah melatih kelompok masyarakat untuk membantu turut serta dalam penanganan karhutla," kata Ketua Satuan tugas (Satgas) Informasi Bencana BPBD Kalbar Daniel, di Kota Pontianak, Jumat.
Disampaikan Daniel, keberadaan kelompok masyarakat peduli api atau relawan cukup membantu dalam penanganan karhutla, hanya saja sampai saat ini ditemukan beberapa kendala yang dihadapi di lapangan dalam penanganan karhutla, di antaranya yaitu keterbatasan sarana dan prasarana maupun sulitnya memperoleh sumber air terdekat di lokasi bencana itu.
Menurutnya, kondisi tersebut menjadi kendala cukup serius, meskipun sudah dibangun kanal, akan tetapi tidak ada air dan mengering, hingga terpaksa petugas mengangkut air menggunakan mobil tangki dari Sungai Kapuas.
Dia menyebutkan hingga saat ini per 17 Agustus 2023, tercatat 16 titik panas yang diduga titik api di wilayah Kalimantan Barat.
Selain itu, terdapat 322 desa atau kelurahan di Kalimantan Barat berpotensi rawan karhutla.
Sedangkan, dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Barat terdapat dua kabupaten berstatus tanggap darurat yaitu Kubu Raya dan Sanggau.
"Titik panas semakin meningkat, jadi perlu juga upaya kita untuk berdoa, karena upaya lain sudah kita lakukan, mesti juga ada satgas doa," ucapnya.
Daniel juga berpendapat terkait penanggulangan karhutla, perlu kesadaran masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar.
Karena, dengan kondisi karhutla yang terjadi di Kalimantan Barat, menimbulkan dampak kabut asap yang berpengaruh terhadap kualitas udara yang tidak baik.
Tidak hanya itu, Daniel berpesan kepada BPBD kabupaten dan kota agar selalu melakukan penanganan dan pencegahan karena di masing-masing daerah terdapat titik panas atau "hotspot".
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Persoalan karhutla itu tanggung jawab bersama, bahkan kami juga sudah melatih kelompok masyarakat untuk membantu turut serta dalam penanganan karhutla," kata Ketua Satuan tugas (Satgas) Informasi Bencana BPBD Kalbar Daniel, di Kota Pontianak, Jumat.
Disampaikan Daniel, keberadaan kelompok masyarakat peduli api atau relawan cukup membantu dalam penanganan karhutla, hanya saja sampai saat ini ditemukan beberapa kendala yang dihadapi di lapangan dalam penanganan karhutla, di antaranya yaitu keterbatasan sarana dan prasarana maupun sulitnya memperoleh sumber air terdekat di lokasi bencana itu.
Menurutnya, kondisi tersebut menjadi kendala cukup serius, meskipun sudah dibangun kanal, akan tetapi tidak ada air dan mengering, hingga terpaksa petugas mengangkut air menggunakan mobil tangki dari Sungai Kapuas.
Dia menyebutkan hingga saat ini per 17 Agustus 2023, tercatat 16 titik panas yang diduga titik api di wilayah Kalimantan Barat.
Selain itu, terdapat 322 desa atau kelurahan di Kalimantan Barat berpotensi rawan karhutla.
Sedangkan, dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Barat terdapat dua kabupaten berstatus tanggap darurat yaitu Kubu Raya dan Sanggau.
"Titik panas semakin meningkat, jadi perlu juga upaya kita untuk berdoa, karena upaya lain sudah kita lakukan, mesti juga ada satgas doa," ucapnya.
Daniel juga berpendapat terkait penanggulangan karhutla, perlu kesadaran masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar.
Karena, dengan kondisi karhutla yang terjadi di Kalimantan Barat, menimbulkan dampak kabut asap yang berpengaruh terhadap kualitas udara yang tidak baik.
Tidak hanya itu, Daniel berpesan kepada BPBD kabupaten dan kota agar selalu melakukan penanganan dan pencegahan karena di masing-masing daerah terdapat titik panas atau "hotspot".
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023