Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS) melakukan pembasahan lahan di wilayah kerjanya di Kalimantan untuk mencegah kebakaran lahan dan hutan berulang.

Lahan yang sebagian berupa hutan sekunder, semak, hingga lahan gambut, disiram dengan air yang sumbernya dari parit, kolam, ataupun sumur.

Menurut CEO Yayasan BOS Jamartin Sihite, Kamis, Yayasan melakukan beberapa upaya sebagai tindakan pencegahan kebakaran lahan dan hutan.

“Selain pembasahan lahan, bersama dengan mitra internasional, kami sebelumnya membangun sumur serta "beje" (kolam). Jika terjadi kebakaran, sumur dan kolam ini bisa digunakan sebagai sumber air untuk memadamkan api,” papar Sihite.

Sebelum ini, lahan di dua tempat di fasilitas BOS di Kalimantan Tengah terbakar hingga 50 hektare pada pertengahan Agustus lalu.

Menurut Sihite, keterbatasan akses menuju lokasi kebakaran dan kedalaman kubah gambut mengakibatkan kebakaran meluas jauh di kedalaman gambut. Hal ini menyulitkan tim pemadam kebakaran mengidentifikasi kebakaran dari permukaan dan butuh waktu hampir sepekan untuk memastikan api padam.

“Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi secara tiba-tiba pada tahun 2023 ini menjadi peringatan bahwa kita perlu bertindak segera dan saling bekerja sama,” kata Sihite.

Sebelumnya, dengan belajar dari kejadian kebakaran hutan dan lahan yang ekstrem di Kalimantan di tahun 2015 dan 2019, Yayasan BOS secara rutin menggelar pelatihan penanganan kebakaran, pemantauan wilayah kerja, membentuk dan melatih kelompok pemadam kebakaran, serta membangun sumur sebagai tempat sumber air untuk memadamkan kebakaran.

Peralatan pemadam kebakaran seperti selang air dan penyemprotnya, juga sumur tersebut tersedia di sejumlah titik dan lokasi yang dianggap rawan atau pernah mengalami kebakaran hebat.

Pada tahun 2015, fenomena El Nino yang juga melanda Kalimantan seperti sekarang, menyebabkan musim kemarau menjadi lebih panjang dan lebih ekstrem. Kebakaran lahan dan hutan terjadi di mana-mana.

Lebih dari 2 juta hektar hutan hilang akibat kebakaran hutan tahun itu, yang memaksa Yayasan BOS harus merelokasi orang utan liar ke hutan yang lebih aman antara November 2015 hingga Februari 2017.

“Kebakaran hutan dan lahan itu ancaman yang serius bagi lingkungan dan kesejahteraan,” demikian Sihite.*

Bupati Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Halikinnor meminta masyarakat di wilayahnya untuk tidak membakar lahan karena kondisi pada musim kemarau saat ini sangat kering sehingga api kecil pun bisa dengan cepat memicu kebakaran yang luas.

"Saya minta tolong agar tidak membakar lahan, begitu juga sampah-sampah yang selama ini kadang-kadang dibakar sembarangan. Kalau tidak ada hujan seperti sekarang, otomatis mudah sekali terbakar," kata Halikinnor di Sampit, Jumat.

Saat ini kebakaran lahan di Sampit yang meliputi Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang, mulai terjadi sporadis atau di banyak titik.

Pemadaman tidak hanya dilakukan dari darat, tetapi juga menggunakan pengeboman air atau water bombing dari udara oleh helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Pemadaman di darat oleh tim gabungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB), Dinas Damkar dan Penyelamatan, Manggala Agni, KPHP, TNI, Polri, relawan dan lainnya bahkan dilakukan hingga malam hari. Baca selengkapnya: Masyarakat diminta tidak bakar lahan cegah kebakaran




 

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023