Ketua DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Surabaya Adi Sutarwijono menilai almarhum tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur, KH Choirul Anam atau Cak Anam merupakan sosok yang egaliter.
"Kami keluarga besar PDI Perjuangan Surabaya turut berduka atas meninggalnya Cak Anam. Semoga beliau mendapat tempat terbaik dan termulia di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan dalam situasi duka ini," ujar Adi Sutarwijono di Surabaya, Senin.
Cak Anam wafat pada usia ke-69 tahun setelah sempat menjalani perawatan selama dua pekan di Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari, Surabaya. Cak Anam menghembuskan napas terakhir pada Senin pagi tadi, pukul 05.45 WIB.
Jenazah mantan Ketua GP Ansor Jawa Timur itu diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Kutisari Indah Barat IV, Surabaya menuju lokasi pemakaman di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada pukul 11.45 WIB atau setelah dishalatkan di Masjid Jamin Kibar.
Adi mengenal Cak Anam bukan hanya sebagai tokoh NU, tetapi tokoh pergerakan politik. Cak Anam juga dikenal suka membimbing para aktivis, termasuk para juniornya di dunia politik dan aktivisme.
"Saya secara pribadi, dulu tahun 90-an dan awal tahun 2000-an, beberapa kali cangkrukan dengan Cak Anam. Beliau tidak pelit berbagi ilmu, berbagi pengalaman, agar kami para juniornya ini bisa menjadi lebih baik. Beliau senior panutan," ujar Adi yang juga Ketua DPRD Kota Surabaya.
Adi mengatakan banyak kalangan merasa kehilangan dengan meninggalnya Cak Anam. Itu karena sikap Cak Anam yang egaliter, tidak pernah membeda-bedakan kolega, dan selalu ringan tangan dalam menolong.
"Cak Anam adalah sosok egaliter. Meski sebenarnya beliau adalah tokoh Jatim dan nasional, ketika cangkrukan dengan kami, tetap tidak sombong. Egaliter khas arek Surabaya dan Jawa Timur," ujar Adi.
Sejak mahasiswa, almarhum aktif di berbagai organisasi, mulai dari PMII hingga GP Ansor. Cak Anam juga menjadi pendiri sekaligus Dewan Kurator Museum NU di Surabaya.
"Beliau juga seorang penulis dan jurnalis yang produktif," ujar Adi.
Cak Anam memang rutin menulis buku, antara lain buku Pemikiran K.H. Achmad Siddiq, Gerak Langkah Pemuda Ansor, dan Jejak langkah Sang Guru Bangsa: Suka Duka Mengikuti Gus Dur Sejak 1978.
Baca juga: Tokoh NU - politikus senior Jatim Cak Anam wafat
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Kami keluarga besar PDI Perjuangan Surabaya turut berduka atas meninggalnya Cak Anam. Semoga beliau mendapat tempat terbaik dan termulia di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan dalam situasi duka ini," ujar Adi Sutarwijono di Surabaya, Senin.
Cak Anam wafat pada usia ke-69 tahun setelah sempat menjalani perawatan selama dua pekan di Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari, Surabaya. Cak Anam menghembuskan napas terakhir pada Senin pagi tadi, pukul 05.45 WIB.
Jenazah mantan Ketua GP Ansor Jawa Timur itu diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Kutisari Indah Barat IV, Surabaya menuju lokasi pemakaman di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada pukul 11.45 WIB atau setelah dishalatkan di Masjid Jamin Kibar.
Adi mengenal Cak Anam bukan hanya sebagai tokoh NU, tetapi tokoh pergerakan politik. Cak Anam juga dikenal suka membimbing para aktivis, termasuk para juniornya di dunia politik dan aktivisme.
"Saya secara pribadi, dulu tahun 90-an dan awal tahun 2000-an, beberapa kali cangkrukan dengan Cak Anam. Beliau tidak pelit berbagi ilmu, berbagi pengalaman, agar kami para juniornya ini bisa menjadi lebih baik. Beliau senior panutan," ujar Adi yang juga Ketua DPRD Kota Surabaya.
Adi mengatakan banyak kalangan merasa kehilangan dengan meninggalnya Cak Anam. Itu karena sikap Cak Anam yang egaliter, tidak pernah membeda-bedakan kolega, dan selalu ringan tangan dalam menolong.
"Cak Anam adalah sosok egaliter. Meski sebenarnya beliau adalah tokoh Jatim dan nasional, ketika cangkrukan dengan kami, tetap tidak sombong. Egaliter khas arek Surabaya dan Jawa Timur," ujar Adi.
Sejak mahasiswa, almarhum aktif di berbagai organisasi, mulai dari PMII hingga GP Ansor. Cak Anam juga menjadi pendiri sekaligus Dewan Kurator Museum NU di Surabaya.
"Beliau juga seorang penulis dan jurnalis yang produktif," ujar Adi.
Cak Anam memang rutin menulis buku, antara lain buku Pemikiran K.H. Achmad Siddiq, Gerak Langkah Pemuda Ansor, dan Jejak langkah Sang Guru Bangsa: Suka Duka Mengikuti Gus Dur Sejak 1978.
Baca juga: Tokoh NU - politikus senior Jatim Cak Anam wafat
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023