Dompet Dhuafa menyelenggarakan program pemberdayaan ekonomi bagi warga Salaman, Magelang, Jawa Tengah, bertajuk "Lahan Wakaf Produktif Budidaya Aloevera" untuk memperkenalkan budi daya lidah buaya (aloevera) sebagai alternatif sumber pendapatan.
 
"Warga yang mayoritas adalah petani bibit diwakilkan Derajad selaku local hero yang kami tunjuk. Tujuannya agar bisa memberdayakan masyarakat (Sidomulyo, Salaman) untuk lebih sejahtera secara ekonomi," kata Supervisi (SPV) Ekonomi Dompet Dhuafa Yogyakarta, Imam Hidayat di Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Kamis.
Program "Lahan Wakaf Produktif Budidaya Aloevera" di Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (9/11/2023). ANTARA/ Siti Nurhaliza
 
Program pemberdayaan ekonomi dengan budi daya lidah buaya (aloevera) ini terus dikembangkan karena semakin meningkatnya jumlah warga di wilayah dataran tinggi. Sehingga, masyarakat Salaman bisa lebih sejahtera dari segi ekonomi.
 
Penanaman komoditas lidah buaya pada tahap awal, kata Imam, memanfaatkan tanah wakaf milik seorang warga sekitar 600 meter persegi.

Dompet Dhuafa juga menggandeng masyarakat sekitar yang dianggap memiliki pengaruh (local hero) terhadap perkembangan program pemberdayaan lidah buaya ini.

Imam menjelaskan budi daya lidah buaya ini merupakan komoditas tahan lama dan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan komoditas lainnya seperti pepaya ataupun melon yang saat ini masih marak di lahan wilayah Salaman.
 
"Lidah buaya hanya membutuhkan waktu tanam tujuh bulan dari masa pembibitan, untuk memasuki masa panen. Setelah tujuh bulan, panen bisa dilakukan sekurangnya dua kali dalam satu bulan," jelas Imam.

Baca juga: Pemkot Pontianak terus dorong produksi aloevera sebagai produk unggulan
 
Lebih lanjut, Imam menyebut budidaya lidah buaya ini diprediksi bisa menghasilkan Rp1,8 juta per 100 meter persegi jika tidak banyak mengalami hambatan. Jika terdapat 600 meter persegi, maka setiap bulan atau dua kali panen bisa menghasilkan Rp10,8 juta.
 
Imam menjelaskan, nantinya hasil panen yang didapatkan tersebut akan dibagi dua. Sebanyak 60 persen keuntungan untuk local hero, sedangkan 40 persen lagi untuk biaya perawatan budi daya lidah buaya.
 
"Untuk profit  kita bagi hasil, tapi bukan ke kembali ke Dompet Dhuafa, tapi kembali ke masyarakat untuk pengelola lahan budidaya lidah buaya ini," ujar Imam.
 
Adapun hasil tanam lidah buaya ini dapat diproduksi dan dijual sebagai minuman, pelepah-pelepah aloevera juga bisa dibeli oleh beberapa orang yang ingin memanfaatkannya sebagai obat, tanaman hias, atau kebutuhan lainnya.

 
 

 Pengunjung takjub tatkala melihat pelepah lidah buaya atau Aloevera yang dipajang di Stand Kota Pontianak pada pameran Indonesia City Expo (ICE) 7-10 Agustus dalam rangka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XV Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Lapangan Imam Bonjol, Kota Padang, Sumatera Barat, Selasa.

Salah satu pengunjung Osvin (51) asal Padang, mengaku baru pertama kali melihat pelepah lidah buaya sebesar yang dipamerkan dari stand Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.

"Saya punya tanaman lidah buaya di rumah tapi tidak sebesar ini, ini besar sekali," ujarnya.

Selain melihat pelepah Aloevera, ia pun mencicipi minuman lidah buaya. Menurutnya, rasa minuman ini manis dan daging atau isi dari Aloevera itu terasa gurih.

"Rasanya segar, isinya juga tebal, jadi teringat ketika maag, dulu minumnya hanya air lidah buaya," ujarnya.

Sementara itu, Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono menyempatkan diri untuk mengunjungi stand Kota Pontianak. Dirinya berharap produk-produk UKM yang ditampilkan mampu menyedot minat pengunjung. Terlebih, industri kerajinan saat ini menjadi bagian dari ekonomi kreatif yang pertumbuhannya sangat pesat.Baca berita selengkapnya: "Lidah buaya" asal Pontianak membuat takjub pengunjung pameran ICE
 

Pewarta: Siti Nurhaliza

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023