Guru adalah tonggak pendidikan sehingga sebagai tenaga pendidik, mereka memiliki tanggung jawab besar untuk membawa segala peradaban keilmuan dunia bagi para generasi penerus bangsa.

Tugas mulia itu turut diemban oleh para guru yang berada di garis terdepan, terluar, dan tertinggal di Indonesia bahkan hanya dengan memanfaatkan sekecil apa pun kesempatan yang dimiliki di tengah segala keterbatasan yang melingkupi.

Sebagai tenaga pendidik, guru dituntut memiliki strategi tersendiri untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan bagi siswa-siswi termasuk di wilayah 3T yang salah satunya melalui Program Guru Garis Depan (GGD).

GGD adalah program afirmasi Pemerintah untuk mewujudkan pemerataan pelayanan pendidikan khususnya di daerah 3T, sesuai dengan semangat Nawacita yaitu membangun dari pinggiran dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia.

Pada masa kini, program tersebut mampu membawakan semangat dan peradaban inovasi pendidikan kepada para siswa di pedalaman yaitu melalui penerapan model pembelajaran berbasis digital.

Guru melalui program GGD didorong untuk lebih giat mengadopsi inovasi digital dan mengembangkan kreativitas mereka sehingga menciptakan berbagai model pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan para siswa.

Hal ini sesuai dengan penerapan Kurikulum Merdeka yang menuntut percepatan proses transformasi pembelajaran kepada peserta didik, namun tetap disesuaikan dengan tingkat pemahaman masing-masing siswa.

Kurikulum tersebut berpusat pada pembelajaran intrakurikuler dengan konten yang beragam agar siswa dapat lebih optimal dan memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.

Melalui inovasi teknologi itu diharapkan mampu menciptakan pendidikan yang menyenangkan bagi peserta didik maupun guru dengan menekankan pada pengembangan aspek keterampilan dan karakter sesuai nilai-nilai bangsa Indonesia.


Kemampuan adaptif guru

Seorang guru yang mengikuti program GGD di daerah 3T adalah Ali Zaenal. Pria 34 tahun yang sudah 5 tahun mengajar di SD Inpres Rata,  sebuah sekolah pedalaman di Kelurahan Dhawe, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ali yang merupakan pengampu mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) ini cukup cepat dalam beradaptasi dengan kondisi dunia pendidikan terutama perkembangan teknologi.

Bekal kemampuan teknologi digital Ali dapatkan ketika ia masih mengajar di sekolah swasta di Jawa Tengah dengan membuat konten-konten edukatif sebelum akhirnya memutuskan menjadi guru di NTT.

Meski Ali mahir dalam konten edukatif berbasis digital, ia baru memanfaatkan kemampuannya menggunakan teknologi dalam pembelajaran melalui platform Youtube saat bertugas di Nagekeo selama masa pandemi COVID-19.

Ali memanfaatkan masa pandemi untuk membuat bahan ajar berbasis konten Youtube, ia mencari ide, menemukan kerangka video, merangkai aset, mendesain animasi, mengambil video, memasukkan suara, dan menambahkan warna untuk menarik perhatian siswa.

Ali kemudian menayangkan konten bahan ajar PJOK beranimasi melalui channel Youtube e-PJOK miliknya yang tidak pernah disangka ternyata sangat diminati oleh masyarakat hingga viewers atau pengunjungnya mencapai jutaan.

e-PJOk milik Ali pun berhasil menjadi nomor satu dalam jumlah kunjungan tertinggi di Indonesia selama masa pandemi hingga mendapatkan penghargaan dari Youtube berupa Silver Play Button pada 2021.

Pada tahun yang sama, Ali menjadi finalis Duta Rumah Belajar melalui program Pembelajaran Berbasis TIK (Pembatik). Ia mendesain media pembelajaran baik berupa konten video maupun multimedia pembelajaran interaktif yang berbasis web/HTML5.

Berkat prestasinya, pegiat konten kreator ini direkrut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 2022 untuk menjadi pembuat bahan ajar mata pelajaran PJOK berbasis digital pada jenjang SD-SMA guna mendukung Kurikulum Merdeka.

Hingga kini sudah ada 24 konten video mata pelajaran PJOK yang Ali ciptakan sebagai bahan ajar dalam Platform Merdeka Mengajar. Awalnya ia memakai animasi, namun Kemendikbudristek meminta secara riil yang kemudian bisa dipenuhi oleh Ali dengan membuat video menggunakan Facecam.


Transformasi pembelajaran

Tak hanya puas dengan prestasi yang sudah dicapai, Ali kemudian mengikuti program Guru Penggerak dari Kemendikbudristek agar dapat berkontribusi membantu guru lainnya untuk mampu beradaptasi dalam menghadapi transformasi pembelajaran.

Sebagai guru penggerak dan fasilitator daerah (fasda) manajemen pembelajaran program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi) di Kabupaten Nagekeo, Ali bertugas mendampingi guru merumuskan pembelajaran sesuai alur, mulai dari cara menganalisis kompetensi dasar, tujuan, hingga asesmen.

Selain itu, Ali secara mandiri membuat perubahan pola pembelajaran, metode, dan hasil karya secara inovatif. Moda bahan ajar video berbasis daring menjadi media mentransformasikan sistem pembelajaran sekolah.

Setelah memiliki lisensi pelatih bersertifikat Google atau Google certified trainer, Ali pun bertanggung jawab membantu sebagai pelatih dalam pembelajaran daring.

Dalam berbagai lokakarya tenaga pendidik di Nagekeo, ia sering memberikan pelatihan membuat website, mengelola fitur-fitur Google, serta mengelola akun belajar @belajar.ID.

Akun tersebut berisi sejumlah fitur untuk membantu guru mengakses model pembelajaran terbaru. Para guru juga bisa mengakses Platform Merdeka Mengajar (PMM), rumah belajar, dan beberapa fitur lain yang tersedia guna menambah pengetahuan pendidik.

Seluruh upaya perjuangan dilakukan Ali karena, menurutnya, apabila melek teknologi maka guru akan lebih mudah mentransformasikan sistem pembelajaran kepada peserta didik.

Transformasi pembelajaran adalah ruang yang dibuka dalam Kurikulum Merdeka untuk memberi kesempatan anak meningkatkan daya pikir kritis sesuai kemampuan.

Mau tidak mau, pendidik harus mampu beradaptasi untuk mentransformasi sistem pembelajaran ke siswa. Teknologi akan terus berkembang dan sistem pendidikan akan terus diperbarui.


Minat pembelajaran meningkat

Selaku fasda program Inovasi tahun 2020-2022 di SD Inpres Towak, Kecamatan Aesesa, dan SD Inpres Raterunu, Ali juga berupaya meningkatkan minat pembelajaran di kelas-kelas.

Sebagai fasda Manajemen Pembelajaran di kelas I, II, dan III, Ali mendampingi para guru selama enam bulan agar mampu mencapai tujuan pembelajaran yang esensial karena melalui kegiatan fasda para guru bisa meramu pembelajaran sesuai kebutuhan siswa.

Ali juga memperkenalkan Platform Rumah Belajar dan memberikan referensi pembelajaran menggunakan media atau bahan ajar digital baik dari PMM maupun lainnya yang sudah bisa dikurasi untuk diimplementasikan di kelas.

Ia menuntun satu per satu para guru agar mereka mampu memanfaatkan Internet untuk memperkaya referensi belajar, mendesain bahan ajar, dan membuat lembar kerja siswa lebih menarik.

Setelah memberikan materi, Ali tetap mendampingi para guru ketika mereka mengimplementasikannya di kelas masing-masing agar dapat saling mengetahui kekurangan yang perlu segera untuk diperbaiki.

Ali menilai refleksi dan evaluasi tidak kalah penting. Ia sangat menanti para guru untuk bisa menyampaikan pesan dan kesan tentang pengalaman mereka saat di dalam kelas.

Refleksi dan evaluasi tersebut nantinya tidak akan hanya berguna bagi Ali dan para guru, tetapi yang terpenting adalah bagi para siswa karena Kurikulum Merdeka mengutamakan kenyamanan proses pembelajaran bagi peserta didik.

Melalui langkah ini, Ali berharap para guru dapat mengembangkan kompetensi yang berdampak positif kepada siswa mereka hingga akhirnya cita-cita bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) berkualitas bisa terwujud, termasuk dari generasi muda pelosok Indonesia.


Baca juga: Digitalisasi tenaga kerja perlu diterapkan

Baca juga: DP3A Kalimantan Barat berikan penguatan digitalisasi organisasi perempuan

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023